Friday, February 18, 2011

Iron Maiden Membius Jakarta


SEMPURNA - Iron Maiden tampil sempurna malam itu (foto:tioabi)
YA, kehadiran Iron Maiden di Pantai Karnaval, Ancol, Kamis (17/2) malam, benar-benar telah membius para metal head yang hadir. Lewat aksi memukau, grup heavy metal asal Inggris yang beranggotakan Bruce Dickinson (vokal), Steve Harris (bass), Nicko McBrain (drum), serta Janick Gers, Adrian Smith, dan Dave Murray ini membuat mabuk kepayang sekitar 200 ribu penonton yang hadir. Memang, kami, penonton, sempat frustrasi berat lantaran harus begitu lama menunggu kemunculan Bruce dan kawan-kawan di atas pangung. Bayangkan, kami sudah berada di area panggung, sejak pukul 18.00. 

Namun, baru lebih dari pukul 20.00, Rise To Remain, band putra Dickinson, Austin, yang jadi grup pembuka muncul di atas panggung. Namun, semua kepenatan, kekecewaan, kebetean itu sirna begitu saja, saat Iron Maiden muncul di depan mata kami, sekitar pukul 21.20. Ya, setelah Rise To Remain tampil sekitar setengah jam, Iron Maiden, legenda heavy metal itu memang benar-benar hadir di depan mata kami.  Wowwwwww......ini bagaikan mimpi. 
 
Para penonton pun langsung gaduh tak karuan. Mereka yang sebelumnya berada di belakang barisan festival A, pelan-pelan merangsek ke depan, sehingga kami yang berada di tengah, tak jauh dari bibir panggung mulai terdesak. Namun, lantaran euforia yang begitu menyengat, kami tak terlalu merasakannya. 

Dave Murray (kiri) dan Steve Harris (foto:tioabi)
Seperti konser di Moskow dan Singapura, Iron Maiden membuka konser dengan dua lagu dari album terakhir mereka, The Final Frontier:   "Satelite 15... The Final Frontier" disusul "El Dorado" yang baru memenangkan penghargaan Grammy Awards untuk kategori Best Metal Performance. Suasana baru mulai panas, saat lagu ketiga, "2 Minutes to Midnight" digeber. Para penonton yang ada di depan panggung pun melompat-lompat sambil mengacung-ngacungkan tangan.

Sayang, beberapa dari mereka masih saja ada yang norak alias kampungan. Mereka seenaknya ber-head banging, moshpit, tanpa mempedulikan penonton lain, sehingga beberapa penonton memilih agak mundur ke belakang, daripada berperkara . 

Termasuk saya, dan rekan saya, Charles Simanjutak, beserta istrinya. Suasana makin panas begitu nomor "The Trooper" digeber setelah sebelumnya Dickinson menyanyikan "Coming Home" dan "Dance of Death". Dan, setelah lagu "The Trooper" yang membuat kocar-kacir penonton, saya tak tahu lagi di mana Charles, yang merupakan produser program Wara-Wiri di Trans7 itu berada.

Ogut (kiri) dan Charles narsis di depan panggung :)
Untung, saya bertemu kawan lama saya, Tioabi yang  yang saat ini menjadi manajer Stairway to Zinna, band yang segera merilis album, April mendatang. Saya juga bertemu Arkanda, mantan additional keyboard The Flowers, dan Laura Iyos. Satu hal yang membuat saya terkagum-kagum adalah stamina luar biasa yang dipertontonkan para personel grup yang dibentuk tahun 1975.  Dengan usia mereka yang rata-rata di atas 50 tahun, Bruce dan kawan-kawan tampak masih energik di atas panggung.

Steve Harris, bassist idola saya, begitu liar mencabik dawai-dawai bassnya meski telah berusia 54 tahun. Beberapa kali, dia juga memperlihatkan gaya andalannya, merunduk menyorongkan bassnya,  ibarat tengah menembakkan sesuatu melalui bassnya. Begitu juga dengan Janick Gers, yang menurut saya menjadi salah satu yang paling atraktif, malam itu. 

Mengenakan kaus buntung Iron maiden dan celana hitam ketat, beberapa kali, Gers, 54 tahun, melakukan atraksi dengan memutar-memutar gitar di sekujur tubuhnya. Petikan gitarnya juga masih heboh. Tak hanya di lagu-lagu kencang , saat membawakan lagu "Dance of Death", nyawa dan soul lagu yang diciptakan sound gitaran Gers juga benar-benar muncul. Entah mengapa, menyaksikan gaya dia bermain, saya teringat  sahabat saya, almarhum Ivan Bathox, yang juga seorang gitaris.

Aksi Janick Gers (foto:tioabi)
Sementara Bruce, dengan aksinya yang khas, masih begitu lincah, melompat ke sana-sini. Dia bahkan sempat mengibar-ngibarkan bendera Union Jack Britania Raya. Namun, hebatnya, vokalnya sama sekali tak terganggu, tetap stabil. Dia memang musisi berkelas. 

Bruce juga sangat komunikatif terhadap audiens. Sebelum menyanyikan lagi "Blood Brothers", yang diambil dari album Brave New World di tahun 2000, dia sempat mengajak penonton ngobrol. Dia menyebut, bagi Maiden, bertemu dengan budaya baru, orang baru, makanan baru di setiap negara, bukanlah hal istimewa. Tapi, yang membuat mereka selalu terharu adalah saat menyaksikan para penonton mereka datang dari berbagai ras, agama, suku, yang berkumpul jadi satu.  

"Di sini ada yang dari Malaysia, dari Singapura, dari Australia bahkan Amerika, right? Tapi, tak ada perbedaan di sini. Kita semua satu," ujar Bruce, yang juga berkali-kali meneriakkan "Scream for me, Jakartaaaaaaaaaaa". Saya sendiri merinding, saat Gers dan Dave Murray, lewat petikan gitarnya,  memainkan intro lagu "Fear of The Dark" yang kemudian disusul koor para penonton "Oooooooooo...ooooooooooo". 

Wuuiihhhhhhhhhhhhhh... benar-benar sebuah pengalaman yang tak akan terlupakan. Kami pun bernyanyi bersama untuk beberapa bait awal: I am the man who walks alone And when I'm walking a dark road At night or strolling through the park When the light begins to change I sometimes feel a little strange A little anxious when it's dark Fear of the dark, fear of the dark I have constant fear that something's always near Fear of the dark, fear of the dark I have a phobia that someone's always there.................................

Seperti juga di Rusia, pada lagu ke-13, "Iron Maiden", monster Mr. Eddie, versi baru, yang tingginya sekitar 6 meter juga muncul di atas panggung. Dia sempat bercengkerama dengan Janick Gers, yang sejak awal  memang begitu atraktif di sisi kiri panggung. 

Usai lagu ini, para personel menghilang di balik panggung, sebelum akhirnya muncul kembali, setelah kami, penonton, berteriak  "We want more.....we want more..........................". Trik yang biasa dilakukan musisi dunia. Setelah itu, tiga lagu berturut-turut: "The Number of The Beast", "Hallowed Be Thy Name," dan "Running Free" berturut-turut mereka geber, untuk menutup konser yang berakhir sekitar pukul 23.30 WIB itu. 

Gout with Kanda, Tio Abi, dan Laura
Terus terang, secara umum saya sendiri sangat puas menyaksikan penampilan Iron Maiden yang begitu prima, karena juga  mendapat dukungan sound system yang memadai. Saya juga tak heran, jika begitu banyak musisi lokal menyempatkan diri hadir di konser ini. Sebut saja Bagus Netral, Maki & Enda (Ungu), Once (Dewa), Eros (Sheila on Seven), ataupun presenter Arie Dagink, yang begitu sering berseliweran di depan saya. 

Salut dan terima kasih untuk Original Production, yang telah bekerja keras untuk bisa memujudkan mimpi "The Troopers" menyaksikan langsung Iron Maiden di Jakarta, Konon, untuk hal ini, Tommy Pratama, sang dedengkot Original Production, butuh waktu lima tahun untuk meyakinkan manajemen Iron Maiden agar mau main di Indonesia.  Is it worth? Absolutely yes!  

Salam Maiden 
Setlist Iron Maiden di Ancol 1. Satelite 15… The Final Frontier 2. El Dorado 3. 2 Minutes to Midnight 4. Coming Home 5. Dance of Death 6. The Trooper 7. Blood Brothers 8. The Wickerman 9.   When The Wild Wind Blows 10. The Talisman 11.Evil That Man Do 12. Fear of The Dark 13. Iron Maiden Encore 14 The Number of The Beast 15 Hallowed Be Thy Name 16 Running Free 

No comments:

Post a Comment