Wednesday, September 23, 2015

ANnYAverockin, Ketika Rock n Roll Telah Mendarah Daging


SENANG - Semua senang, berfoto di akhir acara ulang tahun ke-10 Anya.
ANAK adalah anugerah paling indah bagi orangtua. Tak percaya? Tanyakan kepada Icas Hendhy. Demi membahagiakan sang putri, pria berkaca mata ini secara khusus, berkerja keras, bersusah-payah membuat “surprise party”, dengan nuansa rock yang sangat kental.
 
Maka, jadilah perayaan ulang tahun kesepuluh Anya, sang putri, layaknya pesta rock n roll nan begitu meriah. “AnnYAverockin 10th’”, begitu acara ini diberi tajuk. Hajatan keren ini digelar Sabtu (19/9) malam di Taman Kuliner, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.

Ada tiga band cadas yang tampil: For the Love of Irom Maiden (FLIM), BIG X, dan TRUST, yang dimotori Icas sendiri. Plus Griya Mahayana tentu saja yang merupakan home band Tamkul Ciputat. Kebetulan, beberapa hari sebelumnya,  Mahayana juga merayakan ulang tahun mereka yang pertama. Pas…lah.

Tentu, bukan tanpa alasan Icas menggelar pesta ulang tahun Anya layaknya pagelaran rock. Pasalnya, seperti dirinya, Anya sendiri, ternyata juga sangat menyukai classic rock. Ya, rock n roll sepertinya memang sudah mendarah daging di keluarga Icas.

Line-up pengisi acara yang tampil juga disesuaikan dengan  grup-grup kesuakaan gadis cilik ini. Ada FLIM yang khusus membawakan lagu-lagu Iron Maiden, BIG X menyanyikan lagu-lagu Mr. Big, serta TRUST yang meng-cover lagu-lagu Rush. Sementara Mahayana, terkenal sebagai salah satu band keren pengusung  classic rock.

Saya sendiri memang telah merencanakan datang ke acara ini. Kebetulan, akhir pekan itu, saya dan keluarga ada jadwal menginap di rumah ayah, di Komplek Deplu Rock City Jurang Mangu-Cipadu, tidak terlalu jauh dari Tamkul Ciputat.

GRIYA MAHAYANA
Aksi Mahayana
Saya datang bersama putra saya, Fadhil, adik saya Andis serta putranya, Andrea sekitar pukul 19.45 WIB, saat acara sudah dimulai. Mahayana dengan formasi Har Tanto (gitar), Henry (bass), Mando (kibor), Michael Laquais (drum) serta dua vokalis, Dave dan Linda telah berada di atas panggung. Mulai “Love Keep Us Alive” (Eagles), “I Remember You” (Skid Row), hingga “Thank You” (Bon Jovi) dimainkan begitu rancak oleh Tanto dan kawan-kawan. Mereka juga sempat memainkan beberapa lagu Metallica.

Ini band memang keren. Terlihat betul mereka memang sangat berpengalaman dan didukung skill mumpuni personelnya. Soal jam manggung, Mahayana memang tak perlu diragukan lagi. Sebab, selain di Tamkul, mereka juga tampil regular di kafe-kafe terkenal ibukota, seperti Space dan Piston Brake. Belum lagi ditambah jam terbang tinggi pribadi personelnya.

Tanto, sebelum membentuk Mahayana sempat lama berkibar dengan Le-Montea, grup yang juga mengusung classic rock. Michael dan Henry juga bukan nama asing di panggung musik. Michael sebelumnya tercatat sebagai drummer Pendulum, grup pengusung progressive metal bersama Turi Kaliandra (gitar). Sedangkan Henry  beberapa kali pernah membantu Kla Project.

Mando? Di era 1980-1990-an, siapa sih gak kenal kibordis berambut kriting ini? Bersama Grass Rock yang dibentuknya di Surabaya pada 1984, Mando sempat lama malang-melintang di jagad musik rock Indonesia.  Pada Festival Rock Indonesia 1986 yang digelar promotor Log Zhelebour, Mando terpilih sebagai pemain kibor terbaik, bersama Rere, sang drummer. Grass Rock sendiri ketika itu tampil sebagai juara. FYI, Grass Rock ini salah satu grup lokal favorit saya. Saya pernah menulisnya di sini.

Nah, bayangkan jika musisi-musisi keren seperti mereka dilengkapi dengan vokal paten dari Dave dan Linda. Dahsyat, kan? Apalagi duo vokalis ini juga sangat komunikatif dengan audiens. Gaya Dave dan Linda juga asyik.


Anya meniup lilin di kue ulang tahunnya.
Kejutan Sesungguhnya
Di tengah konser Mahayana, “surprise” sesungguhnya itu muncul. Icas, sang ayah idola, tiba-tiba masuk ke area panggung mengendarai becak bersama Mabel, putri pasangan Michael -Afriyani Afree, membawa kue tart untuk sang  birthday girl.

Clara Sofiana Primartuti, MC cabutan dari Rock Hits lalu memanggil Anya dan sang bunda ke atas pentas untuk meniup lilin kue ulang tahunnya dan mengungkap harapan serta cita-citanya. Suasana haru  pun mengalir begitu saja. Kami semua berdoa yang terbaik untuk gadis mungil ini. Semoga panjang umur, selalu sehat, kelak menjadi anak salehah, berguna bagi keluarga dan bangsa, aamiin…

Setelah itu,  Mahayana sempat kembali memainkan beberapa lagu, sebelum Enggal, selaku MC utama, yang juga istri Tanto, mendaulat Anya tampil  memamerkan suara emasnya, diiringi Andrea (drum), Wildan (gitar), dengan bantuan pemain bass Mahayana, Henry.

Menarik, karena seperti juga Anya, Andrea dan Wildan, masih berusia belasan. Andrea berumur 12 tahun dan duduk di kelas 7, sedangkan Wildan bahkan masih duduk di kelas 6 SD! Hebatnya, lagi, mereka tidak berlatih sebelum tampil dan belum saling mengenal. Tak heran, saat Dave meminta Anya memperkenalkan personel bandnya dan bertanya siapa nama pemain drumnya, Anya menjawab, “Enggak tau…” he, he, he…

Tapi penonton langsung tersentak, begitu mereka langsung memainkan lagu“Rising Force” milik Yngwie Malmstein. Yngwie gitu lho….. Gerayangan jari-jari mungil Wildan, yang merupakan putra Tanto, di atas fret-fret gitar, begitu rapi dan luwes memainkan teknik arpeggio khas Yngwie di lagu tersebut, bersih! Penguasaan struktur lagunya juga luar biasa. Benar kata pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

Anya-Andrea-Wildan membawakan "Rising Force" dan "Sweet Child O Mine"
Andrea juga begitu (bukan karena doi keponakan saya lho he,he,he...). Penguasaan set drumnya layaknya musisi dewasa. Permainan double pedal-nya sepanjang lagu juga begitu rapi, plus aksen-aksennya.
Mungkin memang masih banyak kekurangan. Tapi saya pribadi takjub melihat permainan dua bocah ini. O,ya sekadar informasi, bersama bandnya, Fiveplus, Andrea baru merilis album yang diproduseri Pupun Lemurian, gitaris D’Bandhits, eks Kapten Band. Album Fiveplus sudah bisa didownload di ITunes. Mungkin CD-nya segera beredar dalam waktu dekat. Promosi…ha, ha, ha…..

Anya juga mengagumkan. Anak seusia dia bisa begitu menguasai lagu dengan begitu baik, termasuk saat membawakan lagu kedua, “Sweet Child O Mine” (Guns n Roses).

Usai Anya dan kawan-kawan turun panggung, kehebohan berlanjut, saat band cilik lainnya tampil. Satria and The Monsters, namanya. Band yang terdiri dari tiga bersaudara ini juga begitu memukau memainkan lagu-lagu dari AC/DC dan lagu sendiri. Satria (gitar/vocal) sendiri merupakan kawan lama Andrea. Keduanya sempat menimba ilmu di Gilang Ramadhan Studio Band (GRSB).

FLIM-BIG X-ROCK HITS
 Sekitar pukul 22.00 WIB, panggung menjadi milik FLIM. Dan, malam itu, mereka tampil dengan formasi lengkap: Tito Trisetyayoga (vokal), Eanggy, Nicko Widiyanto (gitar), Bramasta (bass), serta Agung (drum). Meski sempat terkendala sound system pada lagu pertama, "The Number of The Beast", FLIM tetap tampil penuh semangat, total. Bringas, lugas, tanpa kompromi! That's FLIM! Mereka memang selalu habis-habisan di setiap penampilan.

FLIM
Seperti biasa, dengan kibaran benderanya, Tito selalu mampu menyebarkan “virus” Maiden lewat vokalnya yang powerfull. Sementara empat rekannya yang memegang alat, tidak kalah garang. Sudah lebih dari tiga kali saya menyaksikan mereka perform, tak sekalipun saya kecewa. Saya pernah menulis tentang mereka di sini.

Total delapan lagu dimainkan FLIM malam itu. Di antaranya "Heaven Can Wait", "Fear of The Dark", "Wasted Years", serta "Caught Somewhere in Time". Salah satunya, “Phantom of The Opera” dipersembahkan  khusus untuk sang empunya hajat, Icas. Di lagu pamungkas, “Hallowed be Thy Name”, Tito secara khusus memanggil Ncis Acoustica Sciuto, untuk tampil bersamanya.

Ah…tidak disangka, pria tinggi besar ini ternyata ada bakat jadi rocker, he, he,he….. Opening lirik lagu di album The Number of The Beast itu pun dinyanyikan Ncis dengan penuh percaya diri, sebelum Tito, sang ahlinya, menuntaskannya sekaligus menutup gig mereka malam itu.

“Gile..suara gue ngejazz disuruh nyanyi rock,” ujar Ncis, yang tak lain tak bukan adalah admin Rock Hits. O, ya…selain Clara dan Ncis, beberapa member Rock Hits juga hadir malam itu. Sebut saja Junita Puspita Sari, Seus Eky Zeus, Cilegowo Wokowo, serta Admin Denny Harsono dan istrinya, Sisie Yura, plus sang putra, Raditya.

Geng ROCK HITS minus Seus Eky
Kami datang untuk memberi support kepada FLIM, BIG X, yang rata-rata personelnya adalah juga member Rock Hits. Dan tentu juga untuk Icas, sang shohibul bait , yang juga merupakan member Rock Hits.
Usai FLIM turun, panggung langsung dipanaskan oleh kehadiran BIG X, yang sebelumnya sempat tampil di awal acara. Ini band asal Bekasi, yang semua personelnya punya kemampuan bermusik mumpuni, jika tak mau dibilang jago banget, ha,ha,ha….. Bangga juga jadi warga Bekasi, punya band sekeren BIG X, he..he, he..

Hits-hits Mr Big semodel “Daddy, Brother, Lover, and Your Little Boy”, "Live n Kickin", atau“Green Tinted Sixties Mind” pun meluncur dari kerongkongan Fikri, sang vokalis, ditingkahi iringan musik energik trio Adhi (bass), Iwan (gitar), dan Obhe (drum). Vokalis wanita Mahayana, Linda, sempat tampil berduet dengan Fikri di lagu “Just Take My Heart” dan “Nothing But Love”. 

Njlimet, bertenaga, namun harmonis. BIG X pun mampu membawakan lagu-lagu Mr. Big dengan begitu rapi. Kemampuan teknik tinggi tiga player-nya, plus karakter suara sang vokalis, membuat lagu-lagu Mr. Big, yang berat sekalipun jadi tetap enak di telinga, saat dibawakan live.

Bahkan, sebelum menggeber lagu “Shyboy” yang dimedley dengan lagu "Addicted to That Rush", Adhi dan Iwan sempat unjuk kebolehan, mengawali lagu tersebut dengan komposisi insturmental “Screaming Blues O Mania”, milik Paul Gilbert, gitaris Mr. Big. Syedafffff….

Pemilihan lagu “Shyboy” sendiri menarik, lantaran mungkin tak terlalu banyak yang familiar dengan lagu ini. Pasalnya, “Shyboy” hanya ada di album live Mr Big, seperti Mr. Big Live (1992) dan Back to Budokan (2009). “Shyboy” sendiri merupakan karangan Billy Sheehan, bassist Mr Big, saat masih bersama grup lamanya, Talas

Lagu ini sempat dirilis di album Talas, Sink Your Teeth Into That (1982), sebelum dibawakan ulang David Lee Roth di debut album solonya Eat ‘Em and Smile (1986). Seperti diketahui, Sheehan sempat membantu Lee Roth di dua album solo pertamanya.

IWAN dan ADHI ( BIG X)

Semua Senang

Dan, sebagai penutup pesta rock n roll malam itu, tampillah TRUST, yang dimotori Icas (bass), bersama Michael (drum), dan Ibnu Aliph (gitar). Meski hanya membawakan dua buah lagu, TRUST seperti datang membawa air untuk dahaga para penggemar Rush. Dengan skill tinggi personelnya, TRUST menjanjikan harmonisasi ideal dari musik-musik Rush, yang memiliki tingkat kesulitan tinggi.

Lagu pertama yang dibawakan adalah “La Villa Strangiato”, sebuah nomor instrumental yang diambil dari album Hempishere di tahun 1978. Cukup panjang ini lagu, hampir 10 menit! Tapi, TRUST berhasil membawakannya dengan rapi, tanpa membuat penonton merasa bosan. TRUST akhirnya  membungkus malam itu dengan lagu “The Spirit of Radio”, yang dibawakan secara khusus oleh Anya.

TRUST
“Yang penting semua senang, semua happy. Mohon maaf jika banyak kekurangan di acara ini,” ujar Icas. “Tujuan acara ini, selain perayaan ulang tahun Anya, juga untuk dijadikan wadah berkumpul, bersilaturahmi dari semua komunitas rock yang ada. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua yang membantu acara ini: pengisi acara, dan semua yang hadir, juga dari Rock Hits.”



Anya menyanyikan "The Spirit of Radio"


Ya, seperti kata Icas, semua senang, senang happy. Itu tergambar saat kami berfoto bersama di akhir acara. Sebab, di acara itu kami tak hanya mendengarkan musik, menyaksikan live perform. Tapi lebih dari itu. Sebab, yang kami saksikan adalah kawan-kawan sendiri, sehingga ada keterikatan tersendiri. Bounding, istilah kerennya, he, he, he....

Selain itu, kami juga berkumpul dengan kawan-kawan lainnya, bertegur sapa, bercerita, mengeratkan lagi tali silaturahmi yang telah telah tercipta. Banyak kawan, hidup akan bahagia, begitu kata ayah saya. Benar enggak? InsyaAllah....aamiinn.....

@edukrisandefa
Bekasi, 22 September 2015
Foto-foto: Edu Krisnadefa

 
HAR TANTO (Mahayaya)

MANDO (Mahayana)

ANDREA

WILDAN

SATRIA AND THE MONSTERS

SEPTO "CHODET" and FLIM

IBU ALIPH (Trust)

ROCK HITS: SISIE, DENNY, SEUS EKY, CILE

ENCIS, tampil bersama FLIM

FIKRI (Big X) feat LINDA

TITO TRISETYAYOGA

ICAS-MABEL: Kue tart untuk sang birthday girl

ANDIS, ANDREA, RADITYA, FADHIL

 
ME and my Son


Monday, September 14, 2015

Ahmad Albar Petjahkan Bekasi Rock City!

AHMAD ALBAR in action
SELALU ada cerita indah di malam Minggu. Dan, Sabtu malam (12/9), cerita indah itu menjadi milik kami, saya dan istri tercinta, Winda Krisnadefa. Berdua, kami menghabiskan setengah malam menyaksikan penampilan super keren dari legenda musik rock negeri ini, Ahmad Albar.

Ah... sebenarnya nyaris saja saya melewatkan malam istimewa ini. Sebab, sedianya, malam itu, ada rencana saya berlatih bersama band saya, Mawar Berduri. Ini band buat fun aja.... Namun, karena satu dan lain hal, latihan diundur, sehingga jadilah saya dan istri menikmati malam panjang berdua. Anak-anak sementara kami titipkan ke asisten...ha, ha, ha.....

Ahmad Albar, ya Ahmad Albar. Pencinta musik di negeri ini, mana yang tidak mengenal nama ini. Sudah sejak tahun 1973, nama pria dengan gaya khas rambut kribonya ini malang melintang di dunia musik Indonesia.

Bahkan, jika dirunut ke belakang lagi, pria kelahiran Surabaya, 16 Juli 1946 ini sebenarnya sudah sejak usia belasan, berstatus musisi/penyanyi. Yaitu ketika membentuk band remaja bersama Titi Qadarsih dan Luluk Sumaryo. Kuarta Nada, namanya. Ahmad Albar kecil juga sempat tampil sebagai aktor utama di film Djendral Kantjil, pada tahun 1957 yang disutradarai Nya Abbas Akup.

Namun, memang, namanya baru benar-benar mewarnai khasanah musik rock Indonesia, saat dia kembali dari Belanda di awal tahun 1970-an. Bersama Ludwig Lemans (gitar), yang dia ajak dari Belanda, Donny Fattah (bass), Deddy Dores (kibor), dan almarhum Fuad Hassan (drum), Ahmad Albar membentuk sebuah band, yang kini telah menjadi legenda. Ya, God Bless!

Namun, jangan salah, di Belanda, atau tepatnya di Eropa sendiri, ketika itu nama Ahmad Albar sendiri sudah berkibar  bersama band yang dibentuknya, Take Five dan Clover Leaf bersama Om Ludwig. Seperti tertera di situs resmi God Bless, bersama Clover Leaf, setidaknya Ahmad Albar telah merilis tak kurang dari sembilan single.

Dari kiri: Bambang, Om Iyek, dan Utox Londalo
Dan, malam itu, di Downtown Walk Sumarrecon Mal Bekasi (SMB), ayah dari Fauzi, Fachry, dan Fadli ini menghibur kami, membakar adrenalin kami. Bekasi pun petjah....ha, ha, ha. Penonton yang hadir luar biasa, berjubel. Area Downtown Walk SMB berubah jadi lautan manusia.  Mereka, penonton, tidak hanya menyemut, melingkari panggung, namun masih ada juga yang memadati balkon-balkon Downtown Walk, menyaksikan konser dari lantai atas.

O, ya, konser ini merupakan bagian dari program musik Sumarrecon Mall dengan tajuk “The Sound of Memory” yang digelar sejak 29 Agustus lalu, dan berakhir 19 September mendatang. Bukan hanya Ahmad Albar, dua pekan sebelumnya juga hadir berturut-turut Ruth Sahanaya dan Dian Pramana Putra-Deddy Dhukun. Sementara Atiek CB akan tampil sebagai penutup program ini.

Saya sendiri sudah sejak sore mempersiapkan diri untuk menyaksikan konser ini...ha, ha, ha......Perjalanan kami sempat terhambat karena macet yang lumayan  saat keluar dari perumahan, tempat kami tinggal. Biasalah....Tapi, untung, saya dan istri akhirnya bisa datang tepat waktu, sekitar pukul 19.30 WIB, saat Ahmad Albar baru membuka konser dengan lagu Gong 2000, “Kepada Perang”.

Selain bersama God Bless, Ahmad Albar memang sempat juga membentuk Gong 2000 bersama dua personel God Bless lainnya: Ian Antono (gitar) dan Donny Fattah (bass). Mereka dibantu Harry Anggoman (kibor) dan Yaya Muktio (drum).

Proyek ini dimulai pada awal tahun 1990-an, dan berakhir, sesuai namanya, pada tahun 2000. Pembubaran grup ini ditandai dengan konser mereka pada 31 Desember 2000 atau malam tahun baru 2001, di Ancol. Gong 2000 sempat merilis tiga album studio: Bara Timur (1991), Laskar (1993), dan Prahara (1998), plus double album live Gong Live, tahun 1992.

Sebenarnya, saya sempat janjian dengan Septo Bambang Mujiono, rekan dari Bekasi Rock Society dan kawan-kawan dari God Bless Community Indonesia (GBCI) dengan presidennya Asriat Ginting.  Namun, ya itu tadi. Lantaran begitu bejubelnya penonton, sulit bagi saya dan istri untuk langsung bisa bergabung dengan mereka.

Padahal, saya sebenarnya sudah melihat kawan-kawan dari GBCI di sisi kiri panggung. Seperti biasa, rekan-rekan dari GBCI ini begitu heboh .....Maka itu, meski dari jauh saya sudah bisa mengenali mereka. Tapi, ya itu tadi, karena padatnya penonton, akhirnya saya pun memutuskan menyaksikan konser, beberapa baris di depan panggung. Lumayan, setidaknya saya masih bisa mengambil gambar walau agak jauh. Sampai akhirnya Septo mengampiri di pertengahan konser.

UTOX LONDALO
Tampil Cool
Malam itu, Ahmad Albar tampil cool.  Dia mengenakan kaus ketat warna hitam dan celana jins hitam dipadu dengan ikat pinggang hitam bermata perak. Seperti biasa, di atas panggung, gayanya pun asyik. Band pengiringnya juga keren, Laskar Band, dengan formasi Utox Londalo (gitar), Harris (bass), Samboza (drum), Egy (kibor) dan vokalis Bambang, sebagai backing vokal Ahmad Albar.

Laskar memang band rock profesional yang sudah teruji tampil di berbagai ajang besar atau cafe. Mereka juga sudah terbiasa mengiringi Ahmad Albar, sehingga musik yang mereka mainkan pun begitu menyatu.

Setelah lagu pertama, Ahmad Albar berusaha berkomunikasi dengan penonton. “Apa kabar Bekasi.....” ujarnya, setengah berteriak. Tampak sang maestro agak surprise juga.... tidak menyangka, antusias luar biasa yang ditunjukkan rakyat rock Bekasi. Yeahh... Bekasi Rock City he, he, he...

Setelah itu digeberlah lagu “Bla, Bla, Bla”. Lagu ini diambil dari album God Bless, Semut Hitam, yang dirilis tahun 1988. Berhubung ini salah satu album favorit saya, maka saya pun langsung larut, ikut bernyanyi bersama sang superstar. Bukannya sombong, di album ini, hampir  semua lagunya saya hapal.....ha, ha, ha....

Di konser ini, Ahmad Albar juga melantunkan lagu “Anak Adam” yang diambil dari album God Bless, Cermin (1980), album yang disebut-sebut sebagai masterpiece God Bless, dan masih kental nuansa progressive rock-nya. Lagu “Anak Adam” ini aslinya berdurasi lebih dari 12 menit!

Di lagu ini, terlihat betul kematangan skill personel Laskar, yang memang merupakan musisi-musisi jempolan dengan jam terbang tinggi. Terutama Egy di kibor, yang memang amat dominan di lagu ini.

Aksi panggung Egy yang juga mengisi kibor di album Donny Fattah Project, juga sangat atraktif. Dia tidak hanya berdiri terpaku di depan kibor, melainkan juga beberapa kali maju ke tengah panggung dengan shoulder keyboard-nya, kibor gendong kata orang.

Lautan manusia mengempung panggung
Tak kalah dengan Egy, Utox,  sang gitaris, juga selalu mampu menghidupkan nyawa rock dengan sound gitar dan aksi panggungnya yang keren. Sayatan gitarnya memang sadis. Selain bersama Laskar, Utox juga tercatat merupakan personel d’Plant yang juga digawangi Oppie Danzo (vokal), Ossa Sungkar (drum), Atenk  (bass), dan Gatot Kies (kibor).

Sementara di sektor ritem, dengan dentuman bass dan gebukan drumnya, Harris dan Samboza begitu memberikan power pada musik yang dimainkan Laskar. Luar biasa stamina dua orang ini, terlihat betul mereka amat menikmati show.

Usai menggebar lagu-lagu nge-beat di awal, Ahmad Albar menurunkan suasana dengan mendendangkan lagu “Rumah Kita” yang juga diambil dari album Semut Hitam. Alhasil, teriakan-teriakan histeris penonton berubah menjadi paduan suara, karena nyaris mereka semua ikut bernyanyi.

O,iya penonton yang hadir datang dari berbagai kalangan dan usia. Mulai rejama, pasca-remaja, dewasa, hingga usia matang....ha,ha,ha...luar biasa... Mereka semua ikut bernyanyi, melompat-melompat, bahkan ada seorang pria setengah baya nekad naik ke atas panggung, berusaha memeluk Ahmad Albar, sebelum akhirnya diamankan petugas.

Di sebelah saya berdiri seorang bapak yang usianya kira-kira sepantaran ayah saya. Rambutnya putih. Beliau sangat fokus menonton. Sesekali dia berteriak..”Semut Hitam...Trauma..” menyebut hits-hits God Bless di akhir 1980-an. “Ikut nyanyi pak!” ujar saya. “Iya dalam hati...” dia menjawab, sambil bertepuk tangan mengikuti irama lagu.

Apa kabar Bekasiii...
Bikin Merinding
Namun yang membuat saya merinding, juga istri saya—menurut pengakuannya hehehe—adalah saat Utox meletakkan gitar listrik hijaunya dan berganti gitar kopong. Sebab, setelah itu meluncurlah lagu “Syair Kehidupan” dari kerongkongan Om Iyek. Widih ini lagu bikin meleleh....ha, ha, ha...
Bukan apa-apa, lagu ciptaan Ian Antono di album solo Ahmad Albar tahun 1980 ini, adalah sahabat setia semasa duduk di bangku SMP. Utamanya, saat gitaran dengan teman-teman sebaya,  nongkrong, menghabiskan malam, ’”nyekek botol” ha..ha..haha.

Apalagi, setelah itu, masih hanya dengan iringan gitar akustik Utox dan kibor Egy, Om Iyek langsung menyambungnya dengan lagu “Panggung Sandiwara”.  Ini lagu karangan penyair terkenal Taufik Ismail, yang dirilis Ahmad Albar bersama Duo Kribo (duet dengan Alm Ucok Harahap) di sekitar tahun 1977.

Berbagai kenangan pun berkelebat di benak, sambil mulutku terus bernyanyi. Kenangan indah masa remaja, termasuk bersama almarhum ibuku kembali  terbayang begitu jelas. Tak terasa basahlah pipi ini... Ahhh... aku pernah bercerita tentang ibuku yang amat menyukai lagu “Syair Kehidupan” dan “Panggung Sandiwara” di sini.

Untung, Ahmad Albar tak berlama-lama membuatku meleleh.  “Mari kita berjingrak-jingkrak lagi,” katanya. Malam itu, Ahmad Albar memang sangat komukatif kepada penonton. Beberapa kali dia bahkan melempar joke-joke segar. Legend gitu lho..sang raja panggung.

Lagu-lagu kencang pun kembali digeber...mulai “Menjilat Matahari”, “Ogut Suping”, “Kehidupan” (God Bless), “Bara Timur” (Gong 2000), hingga “Bis Kota” yang merupakan salah satu hits dari album solo Ahmad Albar.

Harus diakui, meski usianya telah mendekati 70 tahun, stamina Ahmad Albar masih amat prima. Seingat saya, nyaris tidak nada yang “out of tone” apalagi fals keluar dari kerongkongan om Iyek. Power vokalnya juga masih sangat dahsyat, meski tak lagi sering bermain pada nada-nada tinggi.

Secara keseluruhan, penampilan Ahmad Albar malam itu pantaslah diacungi dua jempol, bahkan mungkin tiga. Apalagi, penampilan Ahmad Albar bersama Laskar juga didukung dengan sound system yang begitu keren yang membuat konser ini jadi begitu sempurna: Cadas, joyfull, bring back my memories.....

Hebatnya, Ahmad Albar sama sekali tidak melihat set list urutan lagu-lagu yang dibawakan, luar biasa ingatan Om yang satu ini. Praktis, sejak konser dimulai, hingga berakhir sekitar pukul 20.45 WIB,  menyanyikan sekitar 12 lagu, vokalnya tetap konstan..wuihhh......

Show ini sendiri ditutup dengan lagu “Semut Hitam”, yang memang sudah ditunggu penonton. Dan, lagi, nyaris seluruh pengunjung yang hadir ikut bernyanyi untuk membuat malam itu semakin indah.

LASKAR BAND
Namun konser belum berakhir sebenarnya. Sebab, usai Ahmad Albar turun panggung, Laskar Band masih memberi kami bonus. Dua lagu pun mereka geber: “Rising Force” (Yngwie Malmsteen) dan “Final Countdown” (Europe) dengan lead vokal Bambang yang dahsyat, untuk benar-benar menyudahi malam rock n roll itu. Penonton pun puas.....

Usai konser, di lokasi aku masih sempat berkumpul, bersilaturahim dengan rekan-rekan dari Bekasi Rock Society dan GBCI. Dari GBCI, Om Asriat datang bersama pasukan militannya: Japra Case, Adiell Rock On, Nugroho Smen New Grow, Wowo Addaffa, Fatoni Wimbardi, Tamie Mellini, dan beberapa kawan lainnya.  Alhamdulillah, darah rock n roll membuatku tak pernah sendiri....
Salam untuk Bekasi Rock Society dan God Bless Community Indonesia

@edukrisnadefa
Foto: Edu Krisnadefa
My Lovely Wife

With Asriat Ginting, Presiden GBCI

With GBCI dan Bekasi Rock Society..Cadasss

"Semua angkat tangaaan...!" kata Om Iyek

Full House

Ngemall..sebelum apa sesudah konser yak??