Friday, February 18, 2011

Iron Maiden Membius Jakarta


SEMPURNA - Iron Maiden tampil sempurna malam itu (foto:tioabi)
YA, kehadiran Iron Maiden di Pantai Karnaval, Ancol, Kamis (17/2) malam, benar-benar telah membius para metal head yang hadir. Lewat aksi memukau, grup heavy metal asal Inggris yang beranggotakan Bruce Dickinson (vokal), Steve Harris (bass), Nicko McBrain (drum), serta Janick Gers, Adrian Smith, dan Dave Murray ini membuat mabuk kepayang sekitar 200 ribu penonton yang hadir. Memang, kami, penonton, sempat frustrasi berat lantaran harus begitu lama menunggu kemunculan Bruce dan kawan-kawan di atas pangung. Bayangkan, kami sudah berada di area panggung, sejak pukul 18.00. 

Namun, baru lebih dari pukul 20.00, Rise To Remain, band putra Dickinson, Austin, yang jadi grup pembuka muncul di atas panggung. Namun, semua kepenatan, kekecewaan, kebetean itu sirna begitu saja, saat Iron Maiden muncul di depan mata kami, sekitar pukul 21.20. Ya, setelah Rise To Remain tampil sekitar setengah jam, Iron Maiden, legenda heavy metal itu memang benar-benar hadir di depan mata kami.  Wowwwwww......ini bagaikan mimpi. 
 
Para penonton pun langsung gaduh tak karuan. Mereka yang sebelumnya berada di belakang barisan festival A, pelan-pelan merangsek ke depan, sehingga kami yang berada di tengah, tak jauh dari bibir panggung mulai terdesak. Namun, lantaran euforia yang begitu menyengat, kami tak terlalu merasakannya. 

Dave Murray (kiri) dan Steve Harris (foto:tioabi)
Seperti konser di Moskow dan Singapura, Iron Maiden membuka konser dengan dua lagu dari album terakhir mereka, The Final Frontier:   "Satelite 15... The Final Frontier" disusul "El Dorado" yang baru memenangkan penghargaan Grammy Awards untuk kategori Best Metal Performance. Suasana baru mulai panas, saat lagu ketiga, "2 Minutes to Midnight" digeber. Para penonton yang ada di depan panggung pun melompat-lompat sambil mengacung-ngacungkan tangan.

Sayang, beberapa dari mereka masih saja ada yang norak alias kampungan. Mereka seenaknya ber-head banging, moshpit, tanpa mempedulikan penonton lain, sehingga beberapa penonton memilih agak mundur ke belakang, daripada berperkara . 

Termasuk saya, dan rekan saya, Charles Simanjutak, beserta istrinya. Suasana makin panas begitu nomor "The Trooper" digeber setelah sebelumnya Dickinson menyanyikan "Coming Home" dan "Dance of Death". Dan, setelah lagu "The Trooper" yang membuat kocar-kacir penonton, saya tak tahu lagi di mana Charles, yang merupakan produser program Wara-Wiri di Trans7 itu berada.

Ogut (kiri) dan Charles narsis di depan panggung :)
Untung, saya bertemu kawan lama saya, Tioabi yang  yang saat ini menjadi manajer Stairway to Zinna, band yang segera merilis album, April mendatang. Saya juga bertemu Arkanda, mantan additional keyboard The Flowers, dan Laura Iyos. Satu hal yang membuat saya terkagum-kagum adalah stamina luar biasa yang dipertontonkan para personel grup yang dibentuk tahun 1975.  Dengan usia mereka yang rata-rata di atas 50 tahun, Bruce dan kawan-kawan tampak masih energik di atas panggung.

Steve Harris, bassist idola saya, begitu liar mencabik dawai-dawai bassnya meski telah berusia 54 tahun. Beberapa kali, dia juga memperlihatkan gaya andalannya, merunduk menyorongkan bassnya,  ibarat tengah menembakkan sesuatu melalui bassnya. Begitu juga dengan Janick Gers, yang menurut saya menjadi salah satu yang paling atraktif, malam itu. 

Mengenakan kaus buntung Iron maiden dan celana hitam ketat, beberapa kali, Gers, 54 tahun, melakukan atraksi dengan memutar-memutar gitar di sekujur tubuhnya. Petikan gitarnya juga masih heboh. Tak hanya di lagu-lagu kencang , saat membawakan lagu "Dance of Death", nyawa dan soul lagu yang diciptakan sound gitaran Gers juga benar-benar muncul. Entah mengapa, menyaksikan gaya dia bermain, saya teringat  sahabat saya, almarhum Ivan Bathox, yang juga seorang gitaris.

Aksi Janick Gers (foto:tioabi)
Sementara Bruce, dengan aksinya yang khas, masih begitu lincah, melompat ke sana-sini. Dia bahkan sempat mengibar-ngibarkan bendera Union Jack Britania Raya. Namun, hebatnya, vokalnya sama sekali tak terganggu, tetap stabil. Dia memang musisi berkelas. 

Bruce juga sangat komunikatif terhadap audiens. Sebelum menyanyikan lagi "Blood Brothers", yang diambil dari album Brave New World di tahun 2000, dia sempat mengajak penonton ngobrol. Dia menyebut, bagi Maiden, bertemu dengan budaya baru, orang baru, makanan baru di setiap negara, bukanlah hal istimewa. Tapi, yang membuat mereka selalu terharu adalah saat menyaksikan para penonton mereka datang dari berbagai ras, agama, suku, yang berkumpul jadi satu.  

"Di sini ada yang dari Malaysia, dari Singapura, dari Australia bahkan Amerika, right? Tapi, tak ada perbedaan di sini. Kita semua satu," ujar Bruce, yang juga berkali-kali meneriakkan "Scream for me, Jakartaaaaaaaaaaa". Saya sendiri merinding, saat Gers dan Dave Murray, lewat petikan gitarnya,  memainkan intro lagu "Fear of The Dark" yang kemudian disusul koor para penonton "Oooooooooo...ooooooooooo". 

Wuuiihhhhhhhhhhhhhh... benar-benar sebuah pengalaman yang tak akan terlupakan. Kami pun bernyanyi bersama untuk beberapa bait awal: I am the man who walks alone And when I'm walking a dark road At night or strolling through the park When the light begins to change I sometimes feel a little strange A little anxious when it's dark Fear of the dark, fear of the dark I have constant fear that something's always near Fear of the dark, fear of the dark I have a phobia that someone's always there.................................

Seperti juga di Rusia, pada lagu ke-13, "Iron Maiden", monster Mr. Eddie, versi baru, yang tingginya sekitar 6 meter juga muncul di atas panggung. Dia sempat bercengkerama dengan Janick Gers, yang sejak awal  memang begitu atraktif di sisi kiri panggung. 

Usai lagu ini, para personel menghilang di balik panggung, sebelum akhirnya muncul kembali, setelah kami, penonton, berteriak  "We want more.....we want more..........................". Trik yang biasa dilakukan musisi dunia. Setelah itu, tiga lagu berturut-turut: "The Number of The Beast", "Hallowed Be Thy Name," dan "Running Free" berturut-turut mereka geber, untuk menutup konser yang berakhir sekitar pukul 23.30 WIB itu. 

Gout with Kanda, Tio Abi, dan Laura
Terus terang, secara umum saya sendiri sangat puas menyaksikan penampilan Iron Maiden yang begitu prima, karena juga  mendapat dukungan sound system yang memadai. Saya juga tak heran, jika begitu banyak musisi lokal menyempatkan diri hadir di konser ini. Sebut saja Bagus Netral, Maki & Enda (Ungu), Once (Dewa), Eros (Sheila on Seven), ataupun presenter Arie Dagink, yang begitu sering berseliweran di depan saya. 

Salut dan terima kasih untuk Original Production, yang telah bekerja keras untuk bisa memujudkan mimpi "The Troopers" menyaksikan langsung Iron Maiden di Jakarta, Konon, untuk hal ini, Tommy Pratama, sang dedengkot Original Production, butuh waktu lima tahun untuk meyakinkan manajemen Iron Maiden agar mau main di Indonesia.  Is it worth? Absolutely yes!  

Salam Maiden 
Setlist Iron Maiden di Ancol 1. Satelite 15… The Final Frontier 2. El Dorado 3. 2 Minutes to Midnight 4. Coming Home 5. Dance of Death 6. The Trooper 7. Blood Brothers 8. The Wickerman 9.   When The Wild Wind Blows 10. The Talisman 11.Evil That Man Do 12. Fear of The Dark 13. Iron Maiden Encore 14 The Number of The Beast 15 Hallowed Be Thy Name 16 Running Free 

Wednesday, February 16, 2011

Bono U2 Makin Kaya lantaran Facebook

BONO (foto:voices.washingtonpost)
BONO atau Paul David Hewson lengkapnya, semakin mengukuhkan diri sebagai salah satu musisi terkaya di dunia. Telegraph menulis, vokalis kelompok musik U2 itu mendapat keuntungan bersar lantaran makin menjulangnya situs jejaring sosial Facebook.

Saham Bono, sebesar 1,5 persen di Facebook, Inc, konon kini bernilai 728 juta dolar AS atau sekitar Rp 6,5 triliun! Padahal, tahun lalu, saat Elevation Partners, perusahaan investasi milik Bono membelinya, harga saham tersebut “hanya” sekitar 195 juta dolar AS.

Seperti diketahui, dengan modal baru, Facebook yang   pertama kali di-launching pada Februari 2004 kini telah bernilai 33,7 miliar dolar AS. Dan, sang pendiri sekaligus CEO, Mark Zuckerberg, memiliki 25 persen di antaranya.

Sebelumnya, Bono sendiri-juga bersama grupnya-telah dikenal sebagai musisi dengan penghasilan melimpah. Bahkan, di tahun 2010 lalu, oleh Majalah Forbes, grup asal Dublin, Republik Irlandia ini ditempatkan di posisi paling atas sebagai musisi berpedapatan paling tinggi, dengan torehan 129 juta dolar AS.

Pemasukan terbanyak mereka dapat dari  rangkaian tur “360 Degree” dalam rangka mempromosikan album No Line on the Horizon, di tahun 2009.

Bono, 50 tahun, yang pertama kali membentuk U2 pada 1976, belakangan memang sibuk berbisnis bersama Elevation Partners-nya. Selain di Facebook, dia juga memiliki investasi di Forbes dan Palm, sebuah perusahaan yang bergerak di sistem komunikasi.

Nama Bono sendiri, pertama kali menjulang pada tahun 1980 saat mengeluarkan album Boy bersama U2. Dengan genre musik khas, lirik yang pintar saat bicara cinta atau sosial, serta gaya menyanyi Bono yang karismatik, U2 langsung melesat. Mereka jadi salah satu band rock papan atas di Amerika Serikat dan Eropa. Hingga kini, mereka telah merilis total 12 studio album.

Perlu dicatat, hampir semua album mereka ini mendapat tempat istimewa di berbagai music charts, terutama di Inggris. Lagu-lagu mereka pun seperti “I Will Follow”, “The Sweetest Thing”, “Pride”, “When The Street Has no Name”, “With or Without You”, Sunday Bloody Sunday, “I Still Haven’t Found What I’m Looking For” , hingga “Elevation” dan “Beatiful Day”, seperti telah menjadi legenda.

Bahkan, hingga kini, lagu-lagu U2 masih kerap dimainkan di kafe-kafe di Jakarta. Protonema, band asal Bandung yang sempat menjulang lewat lagu “Kiranya” dan “Rinduku Adinda”, adalah salah satu band yang memainkan lagu-lagu U2 sebelum masuk dapur rekaman.

Tak Melulu Musik dan Bisnis

Namun, Bono dan U2 tak melulu berpikir tentang musik dan bisnis. Sejak awal, dia memang sudah peduli akan masalah-masalah sosial dunia. Pada awal tahun 1980-an, mereka bahkan sudah terlibat proyek sosial bersama penyanyi country Bob Geldof, untuk menggalang dana demi membantu membasmi wabah kelaparan di Ethiopia.

Pada tahun 2005,  bersama Geldof pula, Bono mengelar Live 8 project, yang fenomenal itu. Ketika itu, dengan dukungan tak kurang dari seribu musisi, mereka menggelar sepuluh konser secara bersamaan di negara-negara anggota G8 dan Afrika Selatan pada tanggal 2 dan 6 Juli 2005, sebagai bentuk kampanye mereka untuk menggalang dana untuk memberantas kemiskinan. Sesuai dengan motto mereka ketika itu, “Make Povery  History”.

Konser ini sendiri disiarkan langsung  di 182 jaringan stasiun televisi. Hebatnya, pada tahun 7 Juli, para pemimpin G8 mengumumkan mereka akan menyumbang total 50 miliar dolar AS untuk membasmi kemiskinan di dunia.  Jumlah itu dua kali lipat dari yang mereka sumbangkan setahun sebelumnya.

Salam U2

Saturday, February 12, 2011

Iron Maiden Langsung Menyengat di Moskow



Aksi Adrian Smith, Dave Murray, dan Janick Gers (foto:kjagen)
IRON Maiden tak ingin membuang waktu percuma. Di konser pertama mereka dalam rangkaian "The Final Frontier World Tour 2001", kelompok yang digawangi Bruce Dickinson (vokal), Steve Harris (bass), Nicko McBrain (drum), serta Janick Gers, Dave Murray, dan Adrian Smith (gitar) ini langsung menyengat di Moskow, Rusia, Jumat (11/2). Seperti dilaporkan Aif.ru, puluhan ribu metal head Rusia yang memadati Stadion Olimpysky, tempat berlangsungnya konser, dibuat terkesima oleh aksi menakjubkan kelompok heavy metal yang personelnya rata-rata telah berusia di atas 52 tahun itu. 
 
Aksi panggung dan lengkingan vokal Bruce masih prima, begitu juga dengan gebukan McBrain dan cabikan bas Harris. Sementara aksi-aksi "3 Amigos", julukan untuk trio gitaris: Gers, Smith, dan Murray, membuat komposisi-kompisisi milik kelompok asal Inggris ini jadi tetap megah. 

Tata panggung juga digarap sedemikian rupa, seperti metal hangar dengan menara-menara yang tinggi di sekitar panggung, plus tata lampu yang memukau. Sebagai latar belakang panggung, tampak gambar tengkorak raksasa dengan tongkat yang diikatkan bendera Inggris Raya. Aif.rumelaporkan, set panggung, dengan berbagai gambar monster di sekelilingnya, lebih mirip suasana dalam film-film horror. Hebatnya, set panggung juga sempat beberapa kali diganti. 

Para penonton memang sempat terkesan dingin saat grup Rise to Remain, yang dimotori putra Bruce, Austin, tampil sebagai band pembuka. Mungkin karena aliran musik yang diusung Austin dan kawan-kawan jauh berbeda dengan musik kelompok ayahnya. Namun, begitu lampu enam personel Iron Maiden muncul di panggung, sontak suasana gaduh tak terelakkan. Bruce, yang memang "master panggung" ini lalu berlari ke bibir panggung. Sambil menyorongkan mikrofon, dia pun berteriak, "Screaaam for me, Moscooowwwww".

Penampilan Bruce sendiri sporty. Dia mengenakan kaus buntung warna hitam bertuliskan "Psych Ward" yang sengaja disobek-sobek. Bruce tampak santai mengenakan celana army dan sepatu kets. Dia juga menggunakan armbands warna hitam, di kedua tangannya. 

Tak pula dia mengenakan kupluk berwarna hitam. Setelah itu, dapat ditebak, adrenalin dan emosi para penonton pun terus diaduk-aduk. Aif.rumenyebutkan, penonton memang hanya loncat-loncat dan mengepalkan tangan saat dua lagu pertama: "Satellite 15... The Final Frontier" dan "El Dorado ",dari album "The Final Frontier" dimainkan.Mungkin karena belum familiar. 

Namun, begitu memasuki lagu ketiga, saat Iron Maiden memainkan lagu "2 Minutes To Midnight ", para penonton pun sontak turut bernyanyi. Disusul kemudian dengan lagu-lagu legendaris mereka lainnya, semodel "Dance Of Death", "The Trooper", "The Wicker Man", "Blood Brothers", "Evil That Men Do", ataupun "Fear Of The Dark" , suasana pun jadi panas luar biasa.

Suasana makin riuh, saat karakter Mr. Eddie, monster yang merupakan maskot Iron Maiden, muncul di panggung saat lagu "Iron Maiden". Tak pelak, kehadiran "monster" setinggi 8 meter itu pun membuat konser makin panas. Dan, sebagai lagu penutup, Bruce dan kawan-kawan pun tiga lagu: "The Number Of The Beast",  "Hallowed Be Thy Name", dan "Running Free", digeber sekaligus. Dari Moskow, Iron Maiden akan mampir terlebih dahulu di Singapura, pada 15 Februari, sebelum menyengat Jakarta dan Bali, 17 dan 20 Februari.  

Salam Maiden sumber: aif.ru

Friday, February 11, 2011

Hari Ini, Iron Maiden Mulai Gelar “The Final Frontier Tour”

IRON MAIDEN (Dave Murray, Janick Gers, Bruce Dickinson, Steve Harris, Nicko McBrain, Adrian Smith (foto: loudwire)

YA, hari ini, Jumat (11/2), Iron Maiden memulai rangkaian "The Final Frontier World Tour 2011" di Moskow, Rusia. Kamis (10/2), setelah terbang dari Bandara Southend, kelompok musik rock legendaris Inggris itu telah tiba di Bandara Moscow, menggunakan pesawat khusus mereka "Ed Force One", yang dipiloti sang vokalis, Bruce Dickinson. 

Iron Maiden di akan tampil di Stadion Olimpiysky. Tentu, selain lagu-lagi dari album The Final Frontier, seperti "El Dorado", "Coming Home", "The Talisman", atau "When the Wild Wind Blows", kelompok yang digawangi Dickinson (vocal), Steve Harris (bass), Nicko McBrain (drum), serta Janick Gers, Adrian Smith, dan Dave Murray (gitar) juga akan menggebrak publik Moskow lewat lagu-lagu legendaris mereka. Sebut saja "The Trooper", "Aces High", "2 Minutes to Midnight", "Hallowed By Thy Name", "Fear of The Dark", ataupun"Run To The Hills". Bagi Maiden sendiri, ini ketiga kalinya mereka tampil di Moskow, setelah tahun 1993 dan 2008. 

Mereka juga akan kembali mengunjungi Rusia saat tampil di St Petersburg, 10 Juli mendatang. Konser di Moskow ini bisa dibilang pembuka sebelum perjalanan melelahkan mereka menggelar konser kolosal ini yang akhir berakhir 6 Juli mendatang, saat mereka menggelar gig di rumah sendiri, London, Inggris. Dalam "The Final Frontier World Tour 2011" ini, Iron Maiden akan mengunjungi dan tampl di 26 kota, 13 negara, di lima benua. 

Konser Iron Maiden sendiri total berjumlah 29 pertunjukan. "The Final Frontier World Tour" ini sendiri merupakan bagian kedua konser yang dimaksudkan untuk mempromosikan album dengan judul sama yang dirilis tahun 2010.  Sebelumnya, sepanjang tahun lalu, Iron Maiden juga telah menggelar konser "The Final Frontier World Tour 2010" selama tiga bulan, mengelilingi kawasan Amerika Utara. 
 
Tentu, mengingat usia para personel Iron Maiden, yang rata-rata telah di atas 50 tahun, tur panjang ini jelas akan sangat menguras tenaga. Namun, untuk grup besar sekelas Iron Maiden, perjalanan panjang tur, memang sudah seperti hidup kedua bagi mereka. 

"Kami banyak menemukan pengalaman baru sebagai tur," ujar Steve Harris, sang bassist, kepada edmontonsun.com "Yang paling menyenangkan, kami bisa bertemu dengan para penggemar di seluruh dunia." Terakhir, Iron Maiden mengelar tur panjang saat menggelar tur "Somewhere Back In Time" sepanjang tahun 2008 dan 2009. 

Ketika itu, tur yang digelar Asia-Oseania, Amerika Latin, dan Eropa, serta dibagi dalam empat putaran itu, memakan waktu tak kurang dari enam bulan! Perjalanan Iron Maiden sepanjang tur ini, bersama Ed Force One, kemudian didokumentasi dalam sebuah film documenter berjudul "Flight 666". 

Untuk "The Final Frontier World Tour 2011" sendiri, Iron Maiden akan mampir ke Indonesia, setelah sempat singgah di Singapura, usai tampil di Moskow. Di Jakarta, Iron Maiden akan tampil di Pasar Carnaval Ancol, pada 17 Februari. Sedangkan di Bali, gig akan digelar di Gedung Garuda Wisnu Kencana, tiga hari kemudian. 

Usai manggung di Indonesia, Iron Maiden akan terbang ke Australia. Di "Negeri Kanguru" ini, Dickinson dan kawan-kawan akan tampil di tujuh gig dalam rangkaian acara "Soundwafe Festival" di lima kota, Sidney, Brisbane, Melbourne, Adelaide, dan Perth. 

Setelah itu, mereka akan kembali "menjajah" Asia saat tampil di Korea Selatan dan Jepang, pada 10, 12, dan 13 Maret, sebelum terbang menyeberang benua ke Amerika. Lanjut ke kawasan Latin, sebelum kembali memasuki Eorpa pada akhir Mei. 

Di Eropa sendiri, Iron Maiden akan tampil di Jerman, Belanda, Polandia, Italia, dan Prancis. Pada bulan Juni nanti, Iron Maiden juga akan menyambangi negara-negara yang dikenal sebagai penghasil grup-grup death metal dan grind core, seperti Denmark, Swedia, Norwegia, dan Finlandia, sebelum menutup tur.  
Break a leg Iron Maiden... Keep on Rockin'
Sumber: ironmaiden.com, Wikipedia, youtube, edmontonsun

Wednesday, February 9, 2011

Ed Force One Terbangkan Iron Maiden ke Indonesia

ED FORCE ONE (foto: hdwallpapers.cat)

DAHSYAT! Iron Maiden tampaknya akan habis-habisan saat menggelar konser di Jakarta, 17 Februari dan Bali, tiga hari kemudian dalam rangkaian "The Final Frontier World Tour 2011". Pasalnya, band cadas yang beranggotakan Bruce Dickinson (vokal), Steve Harris (bass), Nicko McBrain (drum), Adrian Smith, Dave Murray, dan Janick Gers (gitar)  itu dipastikan membawa sendiri perlengkapan manggung mereka. 

Mulai dari sound system, lampu, set panggung, hingga hal-hal kecil, seperti mesin-mesin efek asap atau kembang api. Hebatnya lagi,mereka akan datang ke Indonesia dengan pesawat khusus, bernama "Ed Force One". Ini adalah pesawat terbang  jenis Boeing 757, milik perusahaan penerbangan asal Inggris, Astraeus. Lebih hebat lagi, Ed Force One akan dipiloti Dickinson, sang vokalis.

Dickinson memang sudah memiliki lisensi terbang sejak tahun 1990-an. Nah, sejak sekitar tahun 2000-an, dia telah bekerja secara profesional di Astraeus. Jabatan terakhirnya, managing director dan kapten. "Para personel band dan kru sangat menikmati perjalanan tur menggunakan Ed Force One," ujar Dickinson, seperti dikutip Noisecreep. "Dengan pesawat ini, kami bisa terbang ke manapun kami mau. Kami sudah tak sabar untuk bermain di Singapura, Indonesia, dan Korea Selatan, untuk pertama kalinya. 

sang pilot (foto: maiden-world)
Ed Force One memang sudah menjadi  tunggangan andalan di setiap tur Iron Maiden, sejak tahun 2007. Terakhir, pesawat khusus yang namanya diambil dari mascot Iron Maiden, Mr. Eddie, itu menjadi tunggangan Dickinson dan kawan-kawan dalam tur "Somewhere Back in Time" di tahun 2008-2009. Ketika itu,  Ed Force One terbang menyinggahi 20 kota di 13 negara dalam rentang waktu tiga bulan. Perjalanan tur ini dengan Ed Force One, kemudian didokumentasikan dalam sebuah film dokumentar berjudul "Flight 666".

Ed Force One memang bukan Boeing biasa. Astraeus telah menyulapnya ibarat "pesawat terbang kombi" dengan 20 tempat duduk kelas bisnis dengan ukuran seat pitch 59 inci dan 54 tempat duduk kelas premium ekonomi dengan ukuran seat pitch 39 inci. 

Di dalam pesawat ini, Astraeus juga telah menyulap area penumpang di kabin menjadi sebuah tempat khusus untuk menyimpan peralatan band personel Iron Maiden dengan berat mencapai 6,5 ton. Untuk "The Final Frontier World Tour 2011" ini sendiri, Ed Force One, total akan terbang sejauh 50 ribu mil yang meliputi 26 kota, 13 negara, di lima benua. Konser Iron Maiden sendiri total berjumlah 29 pertunjukan. 

Selain keenam personel Iron Maiden, Ed Force One juga akan mengangkut sekitar 60 kru dan peralatan panggung plus sound system yang beratnya dikabarkan mencapai 25 ton! Ed Force One akan memulai penerbangan mereka menuju Moskow, Rusia, di mana Iron Maiden akan mengawali tur "The Final Frontier World Tour 2011" di Stadion Olympiski, 11 Februari. Setelah itu, usai mampir di Singapura, 15 Februari, Iron Maiden akan singgah di Indonesia, sebelum melanjutkan ke Australia, dan terus berkeliling dunia,  hingga konser pamungkas mereka di London, 6 Agustus.

Untuk  "The Final Frontier World Tour 2011" ini, Ed Force One juga akan didesain secara khusus. Selain tajuk konser yang akan dituliskan di bagian atas pesawat, gambar-gambar Mr. Eddie juga dipastikan akan menghiasai buntut, sayap, serta kepala pesawat. 

IRON MAIDEN (foto: charlestoncitypaper)
Sementara nama-nama kota yang disinggahi akan dituliskan dinding luar pesawat, plus tulisan "Iron Maiden" di sekujur tubuh pesawat. "The Final Frontier World Tour 2011" sendiri merupakan bagian dari promosi album terbaru Iron Maiden, The Final Frontier yang merupakan album studio ke-15 mereka. Album-album Iron Maiden lainnya adalah Iron Maiden di tahun 1980, Killers (1981), The Number of the Beast (1982), Piece of Mind (1983), Powerslave (1984), Somewhere in Time (1986), Seventh Son of a Seventh Son (1988), No Prayer for the Dying (1990), Fear of the Dark (1992), The X Factor (1995), Virtual XI (1998), Brave New World (2000), Dance of Death (2003), dan  A Matter of Life and Death (2006). Salam Maiden Bekasi, 9 Februari