Monday, January 31, 2011

Mr. Big Kembali Utuh setelah 4 Tahun!

MR. BIG (istimewa)
YA, tahun ini  mungkin akan menjadi tahun kelahiran kembali Mr. Big. Setelah terakhir kali merilis album Actual Size, di tahun 2001, tahun ini kelompok musik pengusung hard rock/heavy metal asal Los Angeles, Amerika Serikat (AS) ini kembali mengeluarkan album baru berjudul What If.

Yang menarik, di album ni, Mr. Birg kembali tampil dengan anggota asli mereka: Eric Martin (vokal), Paul Gilbert (gitar), Billy Sheehan (bass), dan Pat Torpey (drum). Seperti diketahui, terakhir kali, formasi ini merilis album bertitle Hey Man, pada tahun 1996 atau 14 tahun yang lalu.

Gilbert dan Sheehan memang sempat hengkang dari  Mr. Big. Gilbert cabut pada tahun 1997 dan sempat digantikan Richie Kotzen. Bersama Kotzen, Mr. Big merilis dua album: Get Over It (2000) dan Actual Size, sebelum Sheehan didepak lantaran dianggap terlalu mementingkan proyek solonya, antara lain bersama gitaris Steve Vai. Sheehan juga sempat membentuk grup jazz fusion bernama Niacin.

Hebatnya, setelah 14 tahun, Mr. Big nyaris tak berubah. Lagu-lagu di album baru ini pasti akan mengingatkan kita lagu-lagu di album-album lawas mereka. Sebut saja lagu “Undertow” dan “Still Ain’t Enough for Me”, yang sejenis dengan lagu “Daddy, Brother, Lover, Little Boy”di album kedua mereka, Lean Into It. Sedangkan “Stranger in My Life” seperti mewakili lagu-lagu manis khas Mr. Big, semodel “Anyhthing For You”, “Promise Her the Moon”, atau “The Chain” di album-album lama mereka.

Mr. Big memang tetap big. Kekuatan skill masing-masing personel, mampu menyatu, menyuguhkan komposisi-komposisi yang tak hanya enak di telinga, melainkan juga mumpuni dari sisi musikalitas.
Kemampuan bermusik Eric Martin dan kawan-kawan memang tak perlu diragukan lagi. Sheehan, misalnya, berkali-kali dinobatkan sebagai Pemain Bass Terbaik oleh berbagai majalah atau institusi musik sedunia.

Sementara Gilbert, bahkan sempat disebut-sebut sebagai gitaris terbaik di era 1990-an.
Torpey? Dia bahkan dikontrak secara khusus oleh produsen drum, Tama, untuk menggelar sejumlah choacing clinic. Sementara Eric Martin, dengan vokalnya kerap mampu membius siapa pun yang mendengarnya, terutama kaum hawa.

Mr. Big sendiri, sebenarnya telah menyatakan resmi bubar pada tahun 2002, setelah menggelar konser perpisahan. Namun, secara mengejutkan, pada tahun 2009, mereka menggelar tur di Jepang, termasuk di Indonesia, dengan formasi awal. Rupanya, inilah cikal-bakal kembali Mr. Big ke pentas musik dunia.

Mr. Big sendiri pertama kali dibentuk sekitar tahun 1988. Ketika itu, Sheehan baru saja meninggalkan David Lee Roth Band, dan mengajak Eric Martin membentuk sebuah grup. Mereka kemudian menggamit Gilbert, yang saat itu sudah melambung bersama Racer X. Torpey, yang sebelumnya dikenal sebagai drummer yang kerap membantu musisi-musisi top, kemudian datang melengkapi formasi.

Album pertama mereka, dengan Mr. Big memang tak terlalu membuat heboh, meski lagu “Anyhthing for You” sempat mendapat tanggapan cukup positif di kalangan penggemar. Nama Mr. Big baru benar-benar menjulang saat merilis album kedua, Lean Into It pada tahun 1991.

Lagu-lagu di album tersebut, seperti “To be With You”, “Green-Tinted Sixties Mind”, “Just Take My Heart”, ataupun “Alive and Kickin’” sempat merajai berbagai tangga musik di AS.

Nama Mr. Big makin diperhitungkan usai mengeluarkan album ketiga, Bump Ahead di tahun 1993 dengan lagu andalan “Wild World”, yang merupakan karya asli penyanyi religius, Cat Stevens yang kemudian berganti nama Yusuf Islam.

Sayang, setelah mengeluarkan album Hey Man, mereka sempat tenggelam. Kehadiran Kotzen ternyata tak mampu menarik simpati penggemar Mr. Big yang sudah tergila-gila dengan gaya gitaran Gilbert. Dan, album terbaru mereka ini bisa jadi pembuktian bagi Mr. Big, bahwa mereka memang benar-benar telah kembali.

Salam Big
Diskografi Mr. Big
* Mr. Big (1989)
* Lean Into It (1991)
* Bump Ahead (1993)
* Hey Man (1996)
* Get Over It (2000)
* Actual Size (2001)
* What If… (2011)
Referensi: mrbigsite, wikipedia


Monday, January 24, 2011

Bruce Dickinson, Rocker yang Gila Terbang

BRUCE DICKINSON (foto: rockcircus)
ROCKER atau pilot? Tak hanya dua profesi itu. Bruce Dickinson juga mendalami olahraga anggar dan tulis-menulis. Ya, Dickinson, vokalis kelompok musik heavy metal Iron Maiden, yang akan tampil di Jakarta dan Bali pada 17 dan 20 Februari ini, memang sosok penuh bakat.

Dickinson, 52 tahun, bahkan telah mempelajari anggar saat masih berusia 13 tahun. Sementara, banyak orang baru ngeh, bahwa dia juga pandai menulis saat menerbitkan sekuel  Lord Iffy Boatrace dan The Missionary Position di  tahun 1990 dan 1992, yang terjual sekitar 30 ribu kopi.

Tapi, Dickinson adalah vokalis Maiden, band yang pernah begitu merajai  pelataran rock dunia di era 1980-an.  Tapi, Dickinson juga seorang pilot profesional yang telah memiliki lisensi terbang sejak tahun 1990-an dan sejak tahun 2007, bekerja di perusahaan penerbangan Astraeus, sebagai managing director dan kapten. Dickinson  biasa menerbangkan pesawat Boeing 757. Jadi, sebut saja dia rocker yang gila terbang. Atau, pilot yang ngerock?

Di Astraeus, Dickinson bertugas menerbangkan pesawat komersil Boeing 757 dari Inggris Raya dengan tujuan Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Namun, Dickinson juga punya pengalaman terbang ke wilayah konflik. Ya, pada tahun 2007, dia pernah ditugaskan mengangkut sekitar 200 warga Inggris Raya dari Lebanon saat terjadi konflik.

Dickinson juga punya pengalaman lain, saat menerbangkan klub sepak bola Skotlandia, Rangers FC, ke Israel saat bertanding di Piala UEFA lawan Hapoel Tel Aviv. Klub elite Inggris, Liverpool, juga pernahdia terbangkan saat duel lawan Napoli di Italia, Oktober 2010 lalu.

Sementara untuk grupnya, Dickinson mulai menjadi pilot bagi rekan-rekannya saat tur  dunia Somewhere Back in Time pada tahun 2008-09. Ketika itu, menggunakan pesawat khusus yang diberi nama “Ed Force One”, mereka menjelajah 20 kota di 13 negara dengan Dickinson sebagai pilot dan vokalisnya!

Untuk tur di Indonesia, yang punya title “The Final Frontier World Tour 2011″, Dickinson kabarnya juga menerbangkan sendiri pesawat Iron Maiden, yang konon akan mendarat di Halim Perdana Kusuma.

Rombongan Iron Maiden kabarnya berkekuatan 70 orang plus barang bawaan tak kurang dari 20 ton!
Dickinson memang bukan hanya sosok vokalis yang punya suara dan aksi panggung ciamik. Karisma dia, di panggung dan kehidupan sehari-hari pun amat melekat di kalangan penggemar Iron Maiden. Tak heran, banyak penggemar kehilangan, saat Dickinson mundur dari Iron Maiden pada tahun 1993 untuk fokus di solo albumnya.

Kehadiran Blaze Bayley, sebagai vokalis pengganti, dianggap jauh dari harapan. Karakter vokal Bayley yang berbeda dianggap telah membunuh nyawa lagu-lagu Iron Maiden. Maka itu, kembalinya Dickinson sebagai vokalis utama grup ini pada tahun 1999 bersama gitaris Adrian Smith yang sempat mundur pada tahun 1990, disambut gegap gempita.

 Bruce (tengah) dalam aksi panggungnya yang energik  (foto: dailymail/reuters)
Dickinson sendiri pertama kali bergabung dengan Maiden pada tahun 1981 menggantikan vokalisnya sebelumnya, Paul Di’Anno, yang kerap bermasalah dengan alkohol. Hebatnya, album pertama Maiden bersama Dickinson, di tahun 1982, The Number of the Beast, langsung membawa Maiden menjulang.

Mereka pun mulai diperhitungkan sebagai salah satu band terbesar masa itu. Terutama usai merilis album  Piece of Mind dan Powerslave di tahun 1983 dan 1984. Lagu-lagu yang terdapat di dua album tersebut, seperti “Aces High, “2 Minutes to Midnight”, Powerslave”, “Where Eagles Dare”, “Flight of Icarus”, termasuk lagu favorit saya, “The Trooper”, menjadi lagu wajib dengar di kalangan metal head ketika itu.

Kejayaan Maiden bersama Dickinson pun tak luntur ditelan zaman, meski belakangan muncul grup-grup baru dengan jenis musik yang beragam. Buktinya, Agustus tahun lalu, Maiden merilis album terbaru mereka, “The Final Frontier“.

Gaya mereka pun masih sama. Musik Maiden  pun tak jauh berbeda dengan yang mereka mainkan di tahun 1980-an. Masih menderu-deru, dengan gebukan drum Nicko McBrain yang berbalut cabikan bass apik dari Steve Harris. Sementara vokal Dickinson, seperti biasa, melengking mengikuti rangungan gitar Janick Gers, Adrian Smith, dan Dave Murray.
Salam Maiden




Diskografi Iron Maiden
* Iron Maiden (1980)
* Killers (1981)
* The Number of the Beast (1982)
* Piece of Mind (1983)
* Powerslave (1984)
* Somewhere in Time (1986)
* Seventh Son of a Seventh Son (1988)
* No Prayer for the Dying (1990)
* Fear of the Dark (1992)
* The X Factor (1995)
* Virtual XI (1998)
* Brave New World (2000)
* Dance of Death (2003)
* A Matter of Life and Death (2006)
* The Final Frontier (2010)
Album Solo Dickinson Dickinson
* 1990: Tattooed Millionaire
* 1994: Balls to Picasso
* 1996: Skunkworks
* 1997: Accident of Birth
* 1998: The Chemical Wedding
* 2005: Tyranny of Souls

Sunday, January 23, 2011

Bruce Dickinson, Rocker yang Gila Terbang

BRUCE DICKINSON (foto: metalinjection)
ROCKER atau pilot? Tak hanya dua profesi itu. Bruce Dickinson juga mendalami olahraga anggar dan tulis-menulis. Ya, Dickinson, vokalis kelompok musik heavy metal Iron Maiden, yang akan tampil di Jakarta dan Bali pada 17 dan 20 Februari ini, memang sosok penuh bakat. 

Dickinson, 52 tahun, bahkan telah mempelajari anggar saat masih berusia 13 tahun. Sementara, banyak orang baru ngeh, bahwa dia juga pandai menulis saat menerbitkan sekuel  Lord Iffy Boatrace dan The Missionary Position di  tahun 1990 dan 1992, yang terjual sekitar 30 ribu kopi. 

Tapi, Dickinson adalah vokalis Maiden, band yang pernah begitu merajai  pelataran rock dunia di era 1980-an.  Tapi, Dickinson juga seorang pilot profesional yang telah memiliki lisensi terbang sejak tahun 1990-an dan sejak tahun 2007, bekerja di perusahaan penerbangan Astraeus, sebagai managing director dan kapten. Dickinson  biasa menerbangkan pesawat Boeing 757. Jadi, sebut saja dia rocker yang gila terbang. Atau, pilot yang ngerock? 

Di Astraeus, Dickinson bertugas menerbangkan pesawat komersil Boeing 757 dari Inggris Raya dengan tujuan Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Namun, Dickinson juga punya pengalaman terbang ke wilayah konflik. Ya, pada tahun 2007, dia pernah ditugaskan mengangkut sekitar 200 warga Inggris Raya dari Lebanon saat terjadi konflik. 

Dickinson juga punya pengalaman lain, saat menerbangkan klub sepak bola Skotlandia, Rangers FC, ke Israel saat bertanding di Piala UEFA lawan Hapoel Tel Aviv. Klub elite Inggris, Liverpool, juga pernahdia terbangkan saat duel lawan Napoli di Italia, Oktober 2010 lalu. Sementara untuk grupnya, Dickinson mulai menjadi pilot bagi rekan-rekannya saat tur  dunia Somewhere Back in Time pada tahun 2008-09. Ketika itu, menggunakan pesawat khusus yang diberi nama "Ed Force One", mereka menjelajah 20 kota di 13 negara dengan Dickinson sebagai pilot dan vokalisnya!

Ed Force One (foto: metalinjection)
Untuk tur di Indonesia, yang punya title "The Final Frontier World Tour 2011", Dickinson kabarnya juga menerbangkan sendiri pesawat Iron Maiden, yang konon akan mendarat di Halim Perdana Kusuma. Rombongan Iron Maiden kabarnya berkekuatan 70 orang plus barang bawaan tak kurang dari 20 ton! Dickinson memang bukan hanya sosok vokalis yang punya suara dan aksi panggung ciamik. 

Karisma dia, di panggung dan kehidupan sehari-hari pun amat melekat di kalangan penggemar Iron Maiden. Tak heran, banyak penggemar kehilangan, saat Dickinson mundur dari Iron Maiden pada tahun 1993 untuk fokus di solo albumnya. 

Kehadiran Blaze Bayley, sebagai vokalis pengganti, dianggap jauh dari harapan. Karakter vokal Bayley yang berbeda dianggap telah membunuh nyawa lagu-lagu Iron Maiden. Maka itu, kembalinya Dickinson sebagai vokalis utama grup ini pada tahun 1999 bersama gitaris Adrian Smith yang sempat mundur pada tahun 1990, disambut gegap gempita. 

Dickinson sendiri pertama kali bergabung dengan Maiden pada tahun 1981 menggantikan vokalisnya sebelumnya, Paul Di'Anno, yang kerap bermasalah dengan alkohol. Hebatnya, album pertama Maiden bersama Dickinson, di tahun 1982, The Number of the Beast, langsung membawa Maiden menjulang. Mereka pun mulai diperhitungkan sebagai salah satu band terbesar masa itu. 

Terutama usai merilis album  Piece of Mind dan Powerslave di tahun 1983 dan 1984. Lagu-lagu yang terdapat di dua album tersebut, seperti "Aces High, "2 Minutes to Midnight", Powerslave", "Where Eagles Dare", "Flight of Icarus", termasuk lagu favorit saya, "The Trooper", menjadi lagu wajib dengar di kalangan metal head ketika itu. 

Bruce in action (foto: wrif)
Kejayaan Maiden bersama Dickinson pun tak luntur ditelan zaman, meski belakangan muncul grup-grup baru dengan jenis musik yang beragam. Buktinya, Agustus tahun lalu, Maiden merilis album terbaru mereka, "The Final Frontier". Gaya mereka pun masih sama. Musik Maiden  pun tak jauh berbeda dengan yang mereka mainkan di tahun 1980-an. 

Masih menderu-deru, dengan gebukan drum Nicko McBrain yang berbalut cabikan bass apik dari Steve Harris. Sementara vokal Dickinson, seperti biasa, melengking mengikuti rangungan gitar Janick Gers, Adrian Smith, dan Dave Murray. Salam Maiden!

Diskografi Iron Maiden
* Iron Maiden (1980) * Killers (1981) * The Number of the Beast (1982) * Piece of Mind (1983) * Powerslave (1984) * Somewhere in Time (1986) * Seventh Son of a Seventh Son (1988) * No Prayer for the Dying (1990) * Fear of the Dark (1992) * The X Factor (1995) * Virtual XI (1998) * Brave New World (2000) * Dance of Death (2003) * A Matter of Life and Death (2006) * The Final Frontier (2010)

Album Solo Dickinson Dickinson * 1990: Tattooed Millionaire * 1994: Balls to Picasso * 1996: Skunkworks * 1997: Accident of Birth * 1998: The Chemical Wedding * 2005: Tyranny of Souls

Friday, January 21, 2011

40 Tahun Queen Menginspirasi

QUEEN: John Deacon (bass), Brian May (gitar), Roger Taylor (drum),
Freddie Mercury (vokal): foto: wallpapperscraft
DUA ribu sebelas, seperti jadi tahun yang istimewa bagi Queen. Pasalnya, tahun ini, kelompok musik legendaris asal London, Inggris itu, genap berusia 40 tahun! Sebuah pencapaian yang luar biasa untuk grup yang awalnya digawangi Brian May (gitar, kibor, vokal), John Deacon (bass), Roger Taylor (drum, vokal), serta mendiang Freddie Mercury (vokal utama, piano) itu.

Maka itu, perayaannya pun harus spesial. Manajemen Queen, misalnya, telah merancang sebuah hajatan eksebisi besar-besaran dengan tajuk “Stormtroopers in Stilettos,” yang akan digelar di Trumans Brewery, 25 Februari hingga 12 Maret mendatang.

Dalam eksebisi ini akan dipamerkan semua hal tentang Queen yang akan diterjemahkan dalam bentuk audio dan visual. Mulai perjalanan mereka, foto-foto, konser-konser fenomenal, serta berbagai memorabilia, sehingga penggemar bisa merasa lebih dekat dengan grup yang telah menggelar lebih dari 700 konser ini.

Selain itu, telah pula disiapkan sebuah film dokumenter yang digarap BBC TV, tentang Queen. Di antaranya wawancara eksklusif dengan Brian May dan Roger Taylor. Tak hanya itu, sebuah film bergaya Hollywood juga akan digarap khusus menceritakan perjalanan Queen yang akan dibintangi Sascha Baron Cohen, sebagai Freddie Mercury.

FREDDIE MERCURY
(foto: freddymercury.com)
Dan, yang paling fenomenal adalah pindahnya Queen dari perusahaan rekaman EMI yang telah menaungi mereka sejak album pertama, ke Island Records anak perusahaan Universal Music dengan nilai kontrak jutaan pound! Rencananya, dalam rangka merayakan 40 tahun ulang tahun mereka, Queen dan Island Records akan meremaster dan mengedarkan kembali-dengan tambahan beberapa lagu baru-15 album Queen. Mulai Maret ini, kabarnya, lima album awal Queen: “Queen,” “Queen II,” “Sheer Heart Attack,” “A Night At The Opera”, dan “A Day At The Races” telah siap dirilis kembali.

Queen hingga kini memang tetap eksis meski hanya tinggal  digawangi May dan Taylor. Sebagai band legenda, penggemar mereka memang tak pernah rela melupakannya. Bahkan, dari tahun ke tahun, jumlahnya semakin bertambah.

Nama Queen sendiri benar-benar mencapai puncaknya usai merilis A Night at The Opera yang merupakan album keempat mereka, di than 1975. Tiga lagu di album ini: “You’re My Best Friend”, “Love of My Life”, dan “Bohemian Rhapsody” benar-benar menjadi hits dunia. Bahkan, lagu “Bohemian Rhapsody” sempat masuk ke dalam Guinness Book of Records di tahun 2002, sebagai lagu Inggris terbaik sepanjang masa.

Setelah itu, nama Queen mulai merajai pentas musik dunia. Lagu-lagu mereka pun selalu menjadi hits. Sebut saja “I Want to Break Free”, “Crazy Little Thing Called Love”, “Play the Game”, atau “I Want to Ride My Bicycle”. Salah satu yang paling fenomenal tentu saja “We are The Champions” yang terdapat dalam album News of The World, tahun 1977. Lagu ini bahkan sempat dinobatkan sebagai lagu resmi Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat.

Queen juga menjadi inspirasi besar band-band rock setelah mereka.  Sebut saja Def Leppard, Dream Theater, Extreme, Styx, Queensryche, Radiohead, Trivium, Nirvana, termasuk band-band dari genre thrash metal, seperti Anthrax dan Metallica.

Terakhir, penyanyi wanita Lady Gaga juga mengklaim musiknya sangat terinspirasi dari Queen. Termasuk nama panggungnya, yang diambil dari lagu Queen “Radio Gaga” dari album The Works di tahun 1984.

BRIAN MAY (foto: galleryhip)
Awalnya, banyak orang menyebut musik Queen beraliran progressive rock, dengan paduan gospel, elektrik, dan funk. Ada juga yang menyebut mereka sebagai perintis aliran pop rock, hard rock, glam rock, atau heavy metal.  Namun, gitaris metal asal Swedia, Yngwie Malmsteen, menyebut  musik Queen sebagai neo-classical metal.

Band-band tribute untuk Queen juga menjamur di mana-mana. Yang paling terkenal adalah Killer Queen, yang juga berasal dari Inggris.  Killer Queen bahkan sudah menggelar konser di berbagai negara-termasuk di Indonesia- tentunya dengan membawakan lagu-lagu Queen. Sementara, di Indonesia sendiri, ada Second Born, band yang sudah sejak tahun 1990-an mengklaim diri sebagai band tribute untuk Queen.

Dalam perjalanannya, Queen sempat goyah saat Freddie Mercury meninggal lantaran virus AIDS pada tahun 1991. Mereka memang sempat merilis album “Made in Haeven” dengan vokal Freddie yang direkam sebelum wafat.  Namun, album ini menjadi album studio terakhir mereka, menyusul mundurnya John Deacon pada tahun 1997.

Pada tahun 2004, May, kini 63 tahun dan Roger (61 tahun) kembali muncul dengan menggandeng Paul Rodgers, mantan vokalis Bad Company sebagai penyanyi mereka. Namun, sejak awal, May dan Roger menegaskan bahwa kehadiran Rodgers bukan untuk menggantikan Freddie. Maka itu, mereka pun mengggunakan nama “Queen + Paul Rodgers”.

Proyek ini sempat menggelar tur keliling Eropa pada periode 2005-2006. Mereka juga sempat merilis album studio pada tahun 2008 dengan judul The Cosmos Rocks, sebelum menyatakan bubar pada Mei 2009. Kini, menarik ditunggu bagaimana kiprah May dan Roger selanjutnya.


Salam Queen
Refrensi: Wikipedia, queenonline


Diskografi Queen
* Queen (1973)
* Queen II (1974)
* Sheer Heart Attack (1974)
* A Night at the Opera (1975)
* A Day at the Races (1976)
* News of the World (1977)
* Jazz (1978)
* The Game (1980)
* Hot Space (1982)
* The Works (1984)
* A Kind of Magic (1986)
* The Miracle (1989)
* Innuendo (1991)
* Made in Heaven (1995)

“Sore Tugu Pancoran”, Refleksi Sentilan Iwan Fals

DI tahun 1985, Iwan Fals pernah menulis sebuah lagu berjudul “Sore Tugu Pancoran”. Lagu yang terdapat dalam album dengan title sama itu bercerita tentang Budi, seorang bocah di bawah umur, yang harus bekerja keras membantu keluarga lantaran himpitan ekonomi yang melanda.

Di sekitar Tugu Pancoran, Jakarta Selatan, Budi menjanjakan koran untuk menambah penghasilan keluarganya. Pekerjaan ini dia jalani siang hingga sore, bahkan malam hari. Padahal, pagi harinya, Budi harus bersekolah seperti anak-anak lainnya.

Iwan Fals tentu tak asal membuat lagu ini. Dia memang dikenal jeli melihat masalah-masalah sosial di sekitarnya. Setidaknya, apa yang terjadi pada Budi tentu merupakan potret yang terjadi di jalanan, ketika itu, 25 tahun yang lalu.

Sayangnya, kini, setelah 25 tahun berlalu, masih banyak teman-teman Budi berkeliaran di Tugu Pancoran. Memang, tidak semua berjualan koran. Ada yang menjual rokok, atau minuman ringan. Tapi, yang paling banyak, justru menjadi pengamen jalanan, bahkan pengemis.

Tak hanya di Pancoran. Hampir di semua penjuru kota di Indonesia masih terdapat anak-anak terlantar, yang nasibnya mungkin jauh lebih buruk daripada Budi. Mereka berkeliaran di jalan, tidak sekolah, apalagi memikirkan masa depan.

Di perempatan lampu merah Tomang, Jakarta Barat, setiap sekitar pukul 01.00 dini hari, sepulang dari kantor saya selalu menemui anak-anak kecil tidur di troatoar, di bawah tiang lampu merah. Pakaian mereka tentu kumal, compang-camping tak karuan, karena memang tak ada yang mengurusnya.

Pertanyaannya, apa yang selama ini dikerjakan pemerintah negeri ini? Dua puluh  lima tahun setelah Iwan Fals menyentil, perubahan itu tak juga terjadi. Bahkan, menurut Kementrian Sosial, di tahun 2010, anak-anak terlantar di Indonesia mencapai 5,5 juta orang!

Padahal, dalam Undang Undang 1945, pada pasal 34 ayat 1, jelas sekali disebutkan bahwa fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Di tahun 2002, Pemerintah juga pernah menerbitkan undang undang nomor 23 tentang Perlindungan Anak, sebagai lanjutan dari Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

Ah, ternyata elit-elit politik di negeri ini belum juga berubah. Janji-janji muluk  hanya bagian dari retorika. Politik tetap jadi panglima. Semua dipolitisasi. Bahkan, sepak bola pun dipolitisasi. Gila!

Untung, masih banyak pribadi-pribadi di negeri ini yang begitu peduli terhadap sesama. Secara sukarela, pribadi ataupun kelompok, mereka membantu merawat anak-anak terlantar dan fakir miskin, agar bisa hidup lebih layak.

Mereka membantu anak-anak malang ini agar bisa tetap tersenyum, bersekolah, dan yang paling penting, mereka membantu anak-anak ini agar tetap punya masa depan. *

Salam Fals

Sore Tugu Pancoran
(Iwan Fals)

Si Budi kecil kuyup menggigil
Menahan dingin tanpa jas hujan
Disimpang jalan tugu pancoran
Tunggu pembeli jajakan Koran

Menjelang maghrib hujan tak reda
Si Budi murung menghitung laba
Surat kabar sore dijual malam
Selepas isya melangkah pulang

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal

Cepat langkah waktu pagi menunggu
Si Budi sibuk siapkan buku
Tugas dari sekolah selesai setengah
Sanggupkah si Budi diam di dua sisi

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal


“Sore Tugu Pancoran”, Refleksi Sentilan Iwan Fals

Ilustrasi (foto: Kompas)
DI tahun 1985, Iwan Fals pernah menulis sebuah lagu berjudul “Sore Tugu Pancoran”. Lagu yang terdapat dalam album dengan title sama itu bercerita tentang Budi, seorang bocah di bawah umur, yang harus bekerja keras membantu keluarga lantaran himpitan ekonomi yang melanda.

Di sekitar Tugu Pancoran, Jakarta Selatan, Budi menjanjakan koran untuk menambah penghasilan keluarganya. Pekerjaan ini dia jalani siang hingga sore, bahkan malam hari. Padahal, pagi harinya, Budi harus bersekolah seperti anak-anak lainnya.

Iwan Fals tentu tak asal membuat lagu ini. Dia memang dikenal jeli melihat masalah-masalah sosial di sekitarnya. Setidaknya, apa yang terjadi pada Budi tentu merupakan potret yang terjadi di jalanan, ketika itu, 25 tahun yang lalu.

Sayangnya, kini, setelah 25 tahun berlalu, masih banyak teman-teman Budi berkeliaran di Tugu Pancoran. Memang, tidak semua berjualan koran. Ada yang menjual rokok, atau minuman ringan. Tapi, yang paling banyak, justru menjadi pengamen jalanan, bahkan pengemis.

Tak hanya di Pancoran. Hampir di semua penjuru kota di Indonesia masih terdapat anak-anak terlantar, yang nasibnya mungkin jauh lebih buruk daripada Budi. Mereka berkeliaran di jalan, tidak sekolah, apalagi memikirkan masa depan.

Di perempatan lampu merah Tomang, Jakarta Barat, setiap sekitar pukul 01.00 dini hari, sepulang dari kantor saya selalu menemui anak-anak kecil tidur di troatoar, di bawah tiang lampu merah. Pakaian mereka tentu kumal, compang-camping tak karuan, karena memang tak ada yang mengurusnya.
Pertanyaannya, apa yang selama ini dikerjakan pemerintah negeri ini? Dua puluh  lima tahun setelah Iwan Fals menyentil, perubahan itu tak juga terjadi. Bahkan, menurut Kementrian Sosial, di tahun 2010, anak-anak terlantar di Indonesia mencapai 5,5 juta orang!

IWAN FALS (fotoL Hellmi Fitriansyah)
Padahal, dalam Undang Undang 1945, pada pasal 34 ayat 1, jelas sekali disebutkan bahwa fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Di tahun 2002, Pemerintah juga pernah menerbitkan undang undang nomor 23 tentang Perlindungan Anak, sebagai lanjutan dari Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

Ah, ternyata elit-elit politik di negeri ini belum juga berubah. Janji-janji muluk  hanya bagian dari retorika. Politik tetap jadi panglima. Semua dipolitisasi. Bahkan, sepak bola pun dipolitisasi. Gila!

Untung, masih banyak pribadi-pribadi di negeri ini yang begitu peduli terhadap sesama. Secara sukarela, pribadi ataupun kelompok, mereka membantu merawat anak-anak terlantar dan fakir miskin, agar bisa hidup lebih layak.

Mereka membantu anak-anak malang ini agar bisa tetap tersenyum, bersekolah, dan yang paling penting, mereka membantu anak-anak ini agar tetap punya masa depan. *

Sore Tugu Pancoran (Iwan Fals)

Si Budi kecil kuyup menggigil
Menahan dingin tanpa jas hujan
Disimpang jalan tugu pancoran
Tunggu pembeli jajakan Koran

Menjelang maghrib hujan tak reda
Si Budi murung menghitung laba
Surat kabar sore dijual malam
Selepas isya melangkah pulang

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal

Cepat langkah waktu pagi menunggu
Si Budi sibuk siapkan buku
Tugas dari sekolah selesai setengah
Sanggupkah si Budi diam di dua sisi

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal


Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal

Wednesday, January 19, 2011

Slash Setuju, Axl Rose Vokalis Rock Terbaik Sepanjang Masa

SLASH (foto:theriffrepeater)
ANDA tentu masih ingat Guns N’ Roses (GNR). Ya, mereka adalah grup asal Los Angeles, Amerika Serikat pengusung glam rock yang menjulang namanya di era 1990-an. Lewat debut album mereka, Apetite for Destruction di tahun 1986,  grup yang digawangi Axl Rose (vokal), Slash (gitar), Izzy Stradlin (gitar), Duff McKagan (bass), dan Steven Adler (drum) ini menjadi fenomena saat itu dan memunculkan duet legendaris, Slash dan Axl.

Sayang, kebersamaan mereka tak berlangsung lama. Setelah serangkaian pertikaian dengan Axl, Slash yang memiliki nama asli Saul Hudson, menyatakan mundur dari GNR pada Oktober 1996.

Slash berdalih, Axl terlalu mengekangnya, melarangnya membuat proyek solo. Padahal, menurut Slash, meski memiliki proyek sampingan, dia tetap akan komit untuk GNR. Di sisi lain, Axl menyebut, Slash hengkang lantaran kebelet membuat grup baru yang lebih ngerock.

Setelah itu, kedua terlibat perseteruan panjang. Axl bahkan sempat menyebut, tak ada kemungkinan dirinya bisa kembali bereuni dengan Slash di GNR. Sementara Slash sempat mengajukan tuntutan hokum segala, seputar royaltinya di GNR.

Namun begitu, Slash yang sempat membentuk grup Velvet Revolver dan Slash’s Snakepit, tetap menaruh hormat terhadap Axl. Buktinya, Slash mengaku setuju, saat akhir Desember lalu, Axl dinobatkan sebagai vokalis rock terbaik sepanjang sejarah oleh music radar, lewat sebuah polling.

Menurut Axl, di studio rekaman dan di atas panggung, sulit mencari tandingan Axl.
“Sejak dulu, kami memang memiliki banyak perbedaan. Tapi, di kepala saya, Axl tetaplah frontmen grup terbaik. Dia juga penulis lirik rock yang hebat,” ujar Slash, dalam sebuah wawancara dengan Entertainment Weekly. “Bersama Axl, Guns N’ Roses pernah menjadi grup rock hebat.”

Dinobatkan Axl sendiri termasuk mengejutkan. Pasalnya, dia menyingkirkan vokalis-vokalis rock legendaris, macam Robert Plant (Led Zeppelin), Bruce Dickinson (Iron Maiden), Mick Jagger (Rolling Stones), serta mendiang Kurt Cobain dan Freddie Mercury (Nirvana dan Queen). “Saya telah melihat list yang dirilis music radar. Saya kira Axl memang pantas jadi yang terbaik,” Slash, 45 tahun, menambahkan.

Slash saat masih kompak bersama Axl (foto:musicradar)
Slash sendiri bergabung dengan GNR sekitar tahun 1985. Slash diperkenalkan kepada Axl oleh McKagan. Maklum, Slash dan McKagan, juga Adler sempat membentuk grup Road Crew. Di GNR, Slash masuk menggantikan gitaris sebelumnya, Tracii Guns, yang konon sering datang terlambat saat latihan.

Tracii sendiri, boleh dibilang merupakan pendiri GNR. Sebab, nama Guns N’ Roses, sebenarnya adalah penggabungan dari band dia sebelumnya, LA Guns, dan band terdahulu Axl, Hollywood Rose. Usai dipecat, Tracii kembali membesarkan LA Guns.



Salam Rock \m/

5  Vokalis Rock Terbaik Versi Music Radar
1. Axl Rose (Guns N’ Roses)
2. Freddie Mercury (Queen)
3. Robert Plant (Led Zeppelin)
4. Ronnie James Dio (Rainbow, Black Sabbath)

5. John Lennon (The Beatles)

Monday, January 17, 2011

Arwah Sang Putri Menyelamatkan Hidup Vince Neil

VINCE NEILL (foto: loudwire)
NAMA Vince Neil pasti tak asing lagi bagi penggemar musik rock. Bersama Tommy Lee (drum), Mick Mars (gitar), dan Nikki Sixx (bass), vokalis berambut pirang itu begitu merajai pelataran music rock dunia dengan bendera Motley Crue di era 1980 hingga 1990-an.

Tak kurang dari delapan album dia hasilkan bersama Motley Crue pada periode 1981-2008. Neil juga sempat melepas tiga album solo yang laris di pasaran. Sebut saja Exposed di tahun 1993, Carved in Stone (1995), dan Tattos & Tequila (2010).

Namanya rocker, Neil juga punya rekam jejak hitam. Utamanya berkaitan dengan alkohol. Dia, misalnya, berkali-kali berurusan dengan kepolisian lantaran alkohol. Bahkan, di tahun 1984, lantaran mabuk saat mengendarai mobil, Neil menewaskan sahabatnya, Nicholas Dingley, yang juga drummer Hanoi Rocks, dalam sebuah kecelakaan di  Los Angeles, Amerika Serikat (AS).

Lantaran temperamennya, Neil juga pernah memukul mantan gitaris Guns N’ Roses, Izzy Stradlin, dalam sebuah acara MTV Video Music Awards di tahun 1989. Ketika itu, Izzy dikabarkan mendapat luka cukup parah di bibirnya lantaran pukulan Neil.

Namun, Neil juga manusia. Dia sempat mengalami guncangan jiwa yang sangat hebat usai meninggalnya sang putri, Skylar Lynnae, lantaran penyakit kanker di tahun 1995.

Ketika itu, Neil yang tengah menjalani proses rehabilitasi dari ketergantungannya terhadap alkohol pun tak berdaya. Pil-pil laknat dan alkohol pun kembali akrab dengan pria pemiliki vokal tipis itu. “Saya butuh itu untuk menghadapi hari-hari tersulit dalam hidup saya usai kematian Skylar,” ujar Neil dalam acara TV show Celebrity Ghost Stories, seperti dikutip Rockradio.

Ketika itu, Neil, yang hengkang dari Motley Crue pada tahun 1992 bahkan mengaku tak lagi memiliki hasrat untuk hidup. Berkali-kali dia mencoba bunuh diri dengan menenggak sebanyak mungkin pil dan alkohol. “Saya merasa Skylar menunggu saya di ’sana’,” Neil menuturkan. “Ketika itu, satu-satunya yang saya inginkan adalah berada di sisinya.”

Neil yang lahir di Kalifornia, AS, 8 Februari 1961 itu juga mengaku selalu menangis saat mengingat penderitaan sang putri menjalani kemotrapi. Diagnosis dokter ketika itu, ada gumpalan tumor di jantung kanan ginjal Skylar, menekan paru-parunya, sehingga putri Neil itu kesulitan bernapas.

“Saya benar-benar hancur. Selama empat bulan, saya tak melakukan apa-apa, selain meratapi malangnya nasib saya,” Neil melanjutkan. “Ketika itu, saya ingin mati. Selama dua tahun saya rasakan perasaan itu.”

Hidup Neil, yang juga dikenal sebagai playboy ulung, benar-benar hancur. Kontrak-kontrak tur dan rekaman berantakan. Kariernya pun menjadi tidak jelas. Sampai pada suatu ketika, keajaiban itu datang.

Suatu malam, Neil merasa didatangi arwah sang putri. “Ketika itu saya masih ingin mati-saya terjaga dari tidur. Pintu kamar saya tiba-tiba terbuka,” Neil mengisahkan. “Saya begitu takut, saya tak tahu apa yang terjadi. Tapi, saya melihat dia, putri saya.”

Awalnya, Neil menyangka ajalnya telah tiba, putrinya datang menjemput. Namun, kehadiran arwah sang putri justru untuk menyelamatkan nyawanya. Neil menuturkan, selama dua minggu setelah kejadian itu, dia merasa arwah Skylar selalu menemaninya.

Menyemangatinya, untuk kembali menjalani hidup dengan normal, hingga akhirnya Neil mampu kembali bangkit. “Dia telah menyelamatkan hidup saja,” ujar Neil, lirih. “Padahal, saat dia sakit, saya tidak bisa berbuat apa-apa.”

Pada tahun 1998, Neil kembali bergabung dengan Motley Crue dan melahirkan album Generation Swine. Karier Neil kembali bersinar. Dia juga mulai merambah dunia bisnis. Mulai usaha merchandise Motley Crue, tatto parlor, hingga memproduksi tequila sendiri dengan label Tres Rios.

Sementara, untuk mendedikasikan semangat putrinya, Neil mendirikan sebuah yayasan yang diberi nama Skylar Neil Foundation. Yayasan ini bergerak dalam penggalangan dana untuk membantu para penderita kanker, AIDS, dan penyakit-penyakit mematikan lainnya.

Long live Neil, long live rock n’ roll

Sunday, January 16, 2011

Lady Gaga Bernilai Rp 900 Miliar?

LADY GAGA (foto:djmag)
KIPRAH penyanyi wanita asal New York, Amerika Serikat (AS), Lady Gaga, makin fenomenal. Tak hanya namanya yang kian bersinar di pelataran musik pop dunia, pundi-pundi uangnya pun terus terisi dari waktu ke waktu. Bahkan, olah Majalah Forbes dia diprediksi akan mendulang pendapatan mencapai 100 juga dolar AS (sekitar Rp 900 miliar) di tahun 2011 ini.

Untaian dolar itu, diprediksi Forbes akan mengalir dari penghasilan album barunya Born This Way yang akan dirilis Mei mendatang, tur, serta deal-deal yang dilakukannya dengan berbagai produk yang menggunakan imejnya. Dengan jumlah ini, bukan tak mungkin, Lady Gaga akan menjadi musisi dengan pendapatan paling tinggi di tahun 2011.

Sebenarnya, prediksi Forbes sendiri tak terlalu berlebihan. Pasalnya, tahun 2010 lalu, penyanyi bernama lengkap Stefani Joanne Angelina Germanotta ini sukses meraup penghasilan sebesar 64 juta dolar AS. Dalam rilis Forbes, dia menduduki posisi ketujuh sebagai musisi dengan penghasilan tertinggi di tahun 2010.

Karier wanita blonde ini memang bak the rising star. Meski baru merilis dua album;The Fame dan The Fame Monster di tahun 2008 dan 2009, namanya kini sudah seperti melegenda. Bahkan, album The Fame Monster dikabarkan telah terjual sebanyak 6 juta copy!

Lagu-lagu Lady Gaga, seperti “Dance in the Dark”, “Telephone”, “Bad Romance”, “Poker Face”, “Alejandro”, atau “Just Dance” selalu masuk dalam top music charts di AS dan Eropa. Berbagai penghargaan pun disabetnya. Yang paling fenomenal tentu saja saat dia menyabet  delapan penghargaan pada MTV Music Awards (VMA) 2010.

Namun, tentu, semua itu tak diraih Lady Gaga dengan instan. Melainkan dengan kerja keras, termasuk sudah belajar memainkan piano pada usia empat tahun. Selain itu, dia juga sudah terlebih dahulu menjadi penulis penyanyi-penyanyi top seperti Britney Spears, New Kids on The Block, ataupun Pussycat Dolls, sebelum mengeluarkan album solo.

Yang menarik, meski lagu-lagunya lebih bernuasna pop, Lady Gaga mengaku banyak terinspirasi dari musik-musik glam rock seperti David Bowie, Queen, hingga Def Leppard. Bahkan, nama “Lady Gaga” sendiri diambil dari salah satu lagu Queen, berjudul “Radio Gaga” yang terdapat di album The Works, tahun 1984.

Salam Gaga
sumber foto: celebrity-wallpappers



Friday, January 14, 2011

Metallica Belum Habis!

METALLICA: Robet Trujillo (bass), Lars Ulrich (drum), James Hetfield (gitar/vox), Kirk Hammet (gitar). (foto: prabhatrayal)
YA, Metallica memang belum habis! Hingga kini, grup musik cadas asal Los Angeles, Kalifornia, Amerika Serikat (AS) yang didirikan tahun 1981 itu masih digandrungi orang. Bahkan, album-album lawas mereka sampai saat ini masih terus diburu penggemarnya.

Itu terbukti dengan tampilnya albumself-titled mereka yang dirilis tahun 1991, atau yang lebih dikenal dengan“the black album” sebagai album terlaris dalam dua dekade terakhir, versi Nielsen’s SoundScan, yang dirilis awal pekan ini.

Nielsen’s SoundScan adalah sebuah sistem penghitungan penjualan abulm di AS dan Kanada, yang dimulai sejak 1 Maret 1991. Data yang mereka rilis jelas valid, karena menjadi acuan di industri musik AS khususnya, termasuk Billboard, dalam menentukan music charts mereka.

Berdasarkan perhitungan Nielsen’s SoundScan, sejak pertama kali dirilis, the Black Album telah terjual 15.620.000 unit! Album ini bersaing dengan Come On Over milik Shania Twain yang terjual 15.487.000 unit dan Jagged Little Pill (Alanis Morissette) yang penjualannya mencapai 14.642.000 unit.

Tak hanya itu, kebesaran band yang pernah menggelar konser di Lebak Bulus pada tahun 1993 ini makin terkukuhkan dengan masuknya nama mereka  sebagai lima grup atau musisi berpenghasilan terbanyak dari tur mereka sepanjang 2010. Total dari tur yang digelar Metallica untuk mempromosikan album Deat Magnetic (2008), Kirk Hammet dan kawan-kawan meraup 110 juta dolar AS atau sekitar Rp 995,5 miliar!

Fakta ini sebenarnya memang tak terlalu mencengangkan, mengingat Metallica memang merupakan super grup yang memiliki massa paling banyak, sejak pertama kali merilis album Kill ‘Em All di tahun 1983. Kharisma dan vokal khas milik James Hetfield dan sayatan gitar Kirk Hammett plus gebukan drum Lars Ulrich memang selalu mampu menyihir penggemarnya.

Master of Puppets yang dirilis tahun 1986 adalah salah satu karya terbesar aliasmasterpiece mereka. Album yang berisi hits-hits macam “Welcome Home (Sanitarium)”, “Battery” , dan “Master of Puppets” itu disebut-sebut sebagai tonggak awal kejayaan Metallica.  Mereka pun didaulat sebagai salah satu pioner band pengusung aliran thrash metal, selain Slayer, Megadeth, dan Anthrax. Belakangan, keempat band ini dijuluki “The Big Four” perintis thrash metal.

Bagi Metallica sendiri, album Master of Puppets jelas memiliki nilai sendiri. Sebab, di album inilah terakhir kalinya tampil bassist Cliff Burton, sebelum tewas mengenaskan lantaran kecelakaan bus. Posisi Burton kemudian digantikan Jason Newsted (1986-2001), sebelum digantikan Roberto Trujilo, hingga sekarang. Saya sendiri mengingat album ini sebagai album Metallica pertama yang beredar di Indonesia, pada tahun 1987.

Namun, tentu tak cuma album Master of Puppets. Sebab, hampir di setiap albumnya, Metallica selalu mampu menelurkan nomor-nomor legenda. Seperti “One“ dan “… And Justice for All“ di album …And Justice for All di tahun 1998, “Enter Sandman”, “Sad but True”, dan “The Unforgiven” (Black Album, 1991), “Hero of The Day” (Load, 1996), hingga “Cyanide“ di album terakhir mereka, Death Magnetic, yang dirilis tahun 2008. Tentu termasuk juga lagu-lagu “The Four Horsemen”, “Jump in the Fire”, “Seek & Destroy”, “For Whom the Bell Tolls” , serta “Fade to Black” di dua album pertama mereka, Kill ‘Em All (1983) dan Ride the Lightning (1984).
Maka itu tak salah sepertinya jika Metallica dijuluki sebagai salah satu “Metal God”.

Salam,
Bekasi 15 Januari, 03.30

sumber foto: metalwallpapers