METALLICA: Robet Trujillo (bass), Lars Ulrich (drum), James Hetfield (gitar/vox), Kirk Hammet (gitar). (foto: prabhatrayal) |
YA, Metallica memang belum habis! Hingga kini, grup musik cadas asal
Los Angeles, Kalifornia, Amerika Serikat (AS) yang didirikan tahun 1981 itu
masih digandrungi orang. Bahkan, album-album lawas mereka sampai saat ini masih
terus diburu penggemarnya.
Itu terbukti dengan
tampilnya albumself-titled mereka yang dirilis tahun 1991, atau
yang lebih dikenal dengan“the black album” sebagai
album terlaris dalam dua dekade terakhir, versi Nielsen’s SoundScan, yang
dirilis awal pekan ini.
Nielsen’s SoundScan adalah
sebuah sistem penghitungan penjualan abulm di AS dan Kanada, yang dimulai sejak
1 Maret 1991. Data yang mereka rilis jelas valid, karena menjadi acuan di
industri musik AS khususnya, termasuk Billboard, dalam menentukan music charts mereka.
Berdasarkan perhitungan
Nielsen’s SoundScan, sejak pertama kali dirilis, the Black Album telah
terjual 15.620.000 unit! Album ini bersaing dengan Come On Over milik
Shania Twain yang terjual 15.487.000 unit dan Jagged Little Pill (Alanis Morissette) yang penjualannya
mencapai 14.642.000 unit.
Tak hanya itu, kebesaran
band yang pernah menggelar konser di Lebak Bulus pada tahun 1993 ini makin
terkukuhkan dengan masuknya nama mereka sebagai lima grup atau musisi
berpenghasilan terbanyak dari tur mereka sepanjang 2010. Total dari tur yang
digelar Metallica untuk mempromosikan album Deat Magnetic (2008), Kirk Hammet
dan kawan-kawan meraup 110 juta dolar AS atau sekitar Rp 995,5 miliar!
Fakta ini sebenarnya memang
tak terlalu mencengangkan, mengingat Metallica memang merupakan super grup yang
memiliki massa paling banyak, sejak pertama kali merilis album Kill ‘Em All di
tahun 1983. Kharisma dan vokal khas milik James Hetfield dan sayatan gitar Kirk
Hammett plus gebukan drum Lars Ulrich memang selalu mampu menyihir
penggemarnya.
Master
of Puppets yang dirilis tahun 1986 adalah salah satu karya terbesar aliasmasterpiece mereka. Album yang berisi
hits-hits macam “Welcome Home
(Sanitarium)”, “Battery” , dan “Master of
Puppets” itu
disebut-sebut sebagai tonggak awal kejayaan Metallica. Mereka pun
didaulat sebagai salah satu pioner band pengusung aliran thrash metal, selain
Slayer, Megadeth, dan Anthrax. Belakangan, keempat band ini dijuluki “The Big Four” perintis thrash metal.
Bagi Metallica sendiri,
album Master of Puppets jelas memiliki nilai sendiri. Sebab,
di album inilah terakhir kalinya tampil bassist Cliff Burton, sebelum tewas
mengenaskan lantaran kecelakaan bus. Posisi Burton kemudian digantikan Jason
Newsted (1986-2001), sebelum digantikan Roberto Trujilo, hingga sekarang. Saya
sendiri mengingat album ini sebagai album Metallica pertama yang beredar di
Indonesia, pada tahun 1987.
Namun, tentu tak cuma album Master of Puppets. Sebab,
hampir di setiap albumnya, Metallica selalu mampu menelurkan nomor-nomor
legenda. Seperti “One“ dan “… And Justice for All“ di
album …And Justice for
All di tahun
1998, “Enter Sandman”,
“Sad but True”, dan “The Unforgiven” (Black Album, 1991), “Hero of The
Day” (Load, 1996), hingga “Cyanide“ di album terakhir mereka, Death Magnetic, yang
dirilis tahun 2008. Tentu termasuk juga lagu-lagu “The Four Horsemen”, “Jump in the Fire”, “Seek
& Destroy”, “For Whom the Bell Tolls” , serta “Fade to Black” di dua album pertama mereka, Kill ‘Em All (1983) dan Ride the Lightning (1984).
Maka itu tak salah
sepertinya jika Metallica dijuluki sebagai salah satu “Metal God”.
Salam,
Bekasi 15 Januari, 03.30
sumber foto:
metalwallpapers
No comments:
Post a Comment