KEREN - Donny Fattah (tengah) dan Tera dan Atevian. (Foto: Edu Krisnadefa) |
Tapi, dia tak cuma bermain bass,
spesialisasinya di God Bless. Donny juga bernyanyi, berteriak, dan membacakan puisi,
berorasi. Donny menjadi “orator”. “Ada manusia-manusia dengan Tuhan yang sama,
saling membunuh. Apakah Tuhan menyuruh kita membunuh? Aneh!!!” suara Donny
bergetar mengetuk nurani kita semua... ***
BEGITULAH secuil adegan yang
terekam dalam launching proyek solo
terbaru Donny, yang diberi nama Donny Fattah Project dengan judul “Hitam
Putih”. Ini proyek solo pertama Donny dalam 28 tahun terakhir, sejak dia
mengeluarkan album “Lagu Untukmu” dengan “label” Donny & Friends.
Rabu (10/6), Di Rolling Stone
Cafe, Jakarta, acara ini dihelat. Setelah sebelumnya menggelar jumpa pers
dipandu pengamat musik senior Bens Leo dan pemotongan tumpeng, konser mini itu digelar.
Ada lima dari total tujuh lagu di album Hitam Putih yang dimuntahkan Donny dan
kawan-kawan dalam konser malam itu.
Jumpa pers with Bens Leo (kanan) |
Alhasil, area belakang Rolling
Stone Cafe, yang basah lantaran sempat turun hujan pun tetap terasa hangat. Apalagi
dengan dukungan tata lampu yang wah, berkerlap-kerlip. Konser mini ini juga
sekaligus memang jadi suguhan yang luar biasa bagi para pecinta musik rock.
Tak heran, massa yang datang pun
cukup membludak. Selain God Bless Community (GBC) yang dikomandani Asriat
Ginting, banyak pencinta musik rock yang mengkhususkan diri datang. Hadir juga
beberapa musisi ternama yang juga merupakan sahabat-sahabat Donny. Sebut saja
Yockie Suryo Prayogo, mentan pemain kibor God Bless. Ada juga Thomas dan Budjana
(GIGI), serta pemain kibor El Pamas, Edi Darome.
Saya sendiri hadir bersama lima
kawan dari komunitas Rock Hits:
Muhammad Taufik, Wiedherry Nugroho, Cilegowo Wokowo, Cadix Tiga Belas, dan Seus
Eky Shuuzz. Tapi, kami tak datang berbarengan.
Taufik, hadir paling awal dan
langsung menunggu saya di area parkir. Selama acara, doi, yang juga juragan lapak
kaos metal “MetalHammer”, malah berperan sebagai fotografer ogut.Tengkyu
broooo...
Tak lama, masse Wiedherry muncul bersama
dua tokoh musik senior. Salah satunya mantan wartawan musik Rudi Suherman. Pergaulan
masse yang satu ini memang luar biasa luas, khususnya di bidang entertaint (baca: musik).
Rock Hitters eksis! |
Sementara Cilegowo dan Cadix
alias Ical, muncul saat konser berlangsung. Sebelum menuju lokasi, keduanya
sempat hunting kaset/CD terlebih
dahulu di Blok M Square..Walahh...
Nah, mbak Eky yang muncul paling
belakangan. Seperti biasa, rock n roll lady yang satu ini tampil dengan gayanya
yang nyentrik, eksentrik. Keren. Doi juga punya pergaulan luas dengan para
musisi.
Di acara ini saya juga
berkesempatan bertemu dengan sahabat yang selama ini hanya bertegur sapa lewat
komentar-komentar di Facebook, Mas
John Arif, atau ngetop dengan “nama panggung” John Arif KopiRock. Doi juga
seorang musisi, pemain perkusi dan penggiat musik tradisional yang super
nger-rock. Matur suwun mas sudah
mengenali saya... he, he, he....
Terus terang, meski hanya
memainkan lima lagu, penampilan Donny dan kawan-kawan tetap memberi kesan.
Setidaknya, penampilan mereka telah mewakili apa yang mereka tuangkan di album
Hitam Putih.
Apalagi, penampilan Donny, yang
telah menelurkan enam album studio plus tiga kompilasi bersama God Bless, benar-benar
total, malam itu. Bahkan, secara khusus, di tiga lagu pertama, dia sama sekali
tak menyentuh bass. Peran itu dimainkan oleh Rocky, putra gitaris God Bless,
Ian Antono.
Donny, 65 tahun, selain
membacakan narasi di tengah lagu, juga berlaku sebagai backing vokal bagi vokalis
utama, Atevian dan Teraya Paramehta. Nama terakhir tak lain merupakan menantu
sang maestro.
Tapi, ya itu tadi. Meski tak
menyandang bass, totalitas Donny di atas panggung tetap nampak nyata. Termasuk
saat berteriak, “Indonesia baru milik kami. Kembalikan saja milik kami!” dalam
lagu “Suara Anak Negeri”. Wuihhhhh syedafffff......
Donny Fattah |
Baru pada dua lagu terakhir, “Gaza” dan “Bintang”, suami dari Diah Pitaloka itu ikut melebur dalam musik, memainkan
bassnya. Aplaus penonton pun menggema. “Kalau yang main legend, memang beda,” ujar Edi Darome, salut.
Saya sendiri terus terang memang
sudah lama menantikan launching album
ini. Sebab, sudah hampir sebulan terakhir, kawan-kawan di GBC terus
mendengungkan gig keren ini. Asriat
Ginting juga begitu rajin mengingatkan teman-teman tentang acara ini di akun Facebook pribadinya.
Bagi saya, menyaksikan langsung
seorang Donny Fattah, yang bersama God Bless begitu memengaruhi masa-masa SMP
saya, adalah kesempatan langka. Maka itu secara khusus, saya telah melingkari
tanggal ini, termasuk juga meminta cuti kepada kantor. Dan, pada “hari H”, saya
rela pun “marathon rock n roll”—pinjam istilah om Taufik—demi bisa hadir di
Rolling Stone Cafe tepat waktu.
Dimulai subuh hari, saya sudah
bersiap untuk mengisi acara jadi narasumber tentang perjuangan tim sepak bola
Indonesia di SEA Games dalam program Apa Kabar Indonesia Pagi di TvOne, yang on air sekitar pukul 07.00 WIB. Usai siaran, pulang ke rumah
sekitar pukul delapan. Tidur... bangun sekitar pukul 12.00 WIB untuk menjemput
putra sulung saya yang mengikuti acara perpisahan dengan sekolahnya, di kawasan
Pondok Gede. Kembali ke rumah tepat pukul 15.00 WIB. Tidur lagi, bangun sekitar
pukul 17.00 WIB, mandi, langsung cabs
ke Rolling Stone Cafe. Ha, ha, ha...rempong yakkk....yang beginian
diceritain.....
Tiga Generasi
Proyek Donny yang juga pernah
membentuk Gong 2000, kali ini memang sangat menarik. Sebab, dia mengajak
orang-orang terdekatnya. Ada Maully Gagola, adik kandungnya dan pemain perkusi
kawakan, Jalu G Pratidina, yang tak lain adalah adik iparnya. Tentu saja, keduanya
bukan orang baru di musik.
Super cool Maully Gagola |
Maully, di antaranya sempat
membuat grup STAFF di tahun 1980-an bersama Ikang Fawzie, Addie MS, dan Raidy
Noor. Lalu di awal tahun 1990-an, dia juga merilis album rock bersama Legend
Bee, dengan vokalisnya Baruna Priyatomo, mantan vokalis El Pamas. Masih ingat “Jakarta Ruuockk Cityyyy...”..nah itu
lagu jagoan mereka.
Sementara Jalu, namanya sudah tak
asing lagi dalam dunia perkusi Indonesia. Bahkan, bisa dibilang, pria berambut
panjang ini adalah salah satu legenda di bidangnya. Jam terbangnya sangat
tinggi lantaran kerap bermain bersama musisi-musisi ternama—kebanyakan
Jazz—seperti Dewa Budjana, Tohpati, atau bassist Bintang Indrianto.
Tak cuma itu, Donny juga
melilbatkan putra-putra personel dan eks personel God Bless yang masih
muda-muda. Selain Rocky Antono, ada juga Nara Putra Prayindra gitaris yang
merupakan putra Yockie dan Rama (drum) putra drummer Yaya Moektio, dan tentu
saja putra Donny sendiri, Iman serta sang istri, Tera.
Selain itu, ada juga Damon, gitaris
yang merupakan putra almarhum Tony Koeswoyo, yang sempat menjulang bersama
Kidnap Katrina. Di luar itu ada Yose Kristian (drummer Iwan Fals) dan Vergy
“Egy” Harindah (pemain kibor Laskar). Sementara untuk vokalis utama, dipilihlah
Atevian, yang sempat bermain dengan Iwan Xaverius dengan band IX's. Maka itu, Donny pun menyebut
proyek ini sebagai proyek “Tiga Generasi”.
Hal menarik lainnya adalah corak
musik yang mereka mainkan. Ada rasa progressive rock yang begitu kental. Kehadiran
musisi-musisi muda juga membuat musik Donny jadi lebih segar dan bertenaga. Selain
itu, unsur ketipung yang dimainkan Jalu memberi warna tersendiri di album ini.
Dengar saja lagu “Bintang”, saat tepakan
ketipung Jalu bersahutan dengan raungan gitar Damon.
Jalu G Pratidina |
Terserah Pendengar
Asik betul mendengar album ini.
Sebuah suguhan musik megah yang mengiringi vokal paten Atevian. Untuk vokalis
yang satu ini, rasanya memang perlu diberi catatan khusus. Suara penyanyi
tinggi besar ini sangat berwarna dan unik. Dia bisa menyesuaikan karakter
vokalnya dengan lagu. Bisa jadi bening, manis, bisa juga gahar.
Di lagu “Bintang”, Atevian bernyanyi dengan cengkok khas rocker, kebetulan
lagu ini memang “rock banget”. Sementara di lagu “Terpapar” ada beberapa momen di mana suara vokalis asal Bekasi ini
terdengar begitu bening, jernih. Bahkan, di lagu “Cinta” Atevian berani bermain-main dengan karakternya. Begitu manis
dia mengawali lagu, namun terdengar gahar pada reffrain.
Kehadiran Tera juga memberi warna
tersendiri. Kualitas keren suaranya
tampak jelas saat pada lagu “Terpapar” saat dia bernyanyi layaknya
penyanyi seriosa. Simak pula aksi Tera di lagu “Suara Anak Negeri” saat melapis vokal Atep dengan “suara dua”-nya.
Dony sendiri mengaku tak
memaksakan idenya. “Saya hanya memberikan arahan. Semuanya mereka yang menentukan,”
ujar Donny saat bicara kepada media, usai jumpa pers. Namun, Donny tetap menunjuk
Jalu untuk bertanggung jawab terhadap beat,
sementara Maully di sektor rhythm. Donny
juga tak menentukan, siapa bermain di lagu apa. “Semua natural saja. Ini proyek
bersama-sama,” ujarnya, merendah.
Maka itu, Donny pun memersilakan pendengar
menilai sendiri musik apa yang mereka mainkan. Termasuk soal lirik yang di
beberapa lagu yang terdengar “keras”. “Saya
hanya berusaha mencurahkan apa yang saya lihat tentang kondisi saat ini.
Bagaimana kita mengatasinya bersama. Jadi, tidak ada maksud saya untuk
menggurui, menuding, apalagi menghujat,” ujarnya.
Nara Putra Prayindra |
Atevian |
Rocky Antono |
Ya, memang hampir semua lagu di album bermuatan pesan-pesan dan kritik sosial. Sebut saja lagu “Suara Anak Negeri” yang memotret keresahan Donny akan nasib generasi mendatang. “Jangan tipu anak negeri. Jangan curi harta kami,” begitu kata lagu tersebut.
Ada juga lagu “Terpapar” yang bercerita tentang
sosok-sosok opurtunis negeri ini yang kerjanya hanya memanfaatkan kesempatan
dalam kesempitan. Mereka sudah tak punya nurani, tak peduli akan nasib sesama,
yang mereka rugikan. “Libas habis....provokator! Sikat bersih spekulator!” Mantaff....
Damon Koeswoyo |
Sementara lagu “Uang” yang menempati track ke-6, bercerita tentang kegilaan
manusia yang tak pernah puas memburu materi. Padahal, kata Donny, uang bukan
penentu segalanya. Bukan hanya uang yang harus kita cari di dunia ini.
Donny juga tak melepas
pandangannya akan isu internasional, seperti dituliskannya dalam lagu “Gaza” yang bercerita tentang krisis
Timur Tengah. Donny menyebut lagu ini telah dibuat sejak tahun 2002, namun
sampai sekarang kondisinya tidak banyak berubah.
Album ini diproduseri
sendiri oleh Donny. Proses
rekaman dilakukan di studio pribadi milik Donny Hardono (DSS) selama total 30 hari. Sementara proses mixing dan mastering dikerjakan Indra Q, pemain kibor BIP. Untuk sound engineer ditunjuklah Edi Koesworo plus programmer Ahmad Fahmy Alatas.
Sukses terus buat Om Dons...keep
on rockin!
All Musisicians |
Oleh-oleh hehehehe |
With Nara (kiri) n Rama (tengah) (Foto: Taufik) |
God Bless Community in action! (Foto: istimewa) |
With Mas John Arif...ruoockk!! (Foto: Taufik) |
keep rockin...
ReplyDeletesiapppp broooo
DeleteRocker punya karya.... siip
ReplyDeletesiappp mas Didik....makasih sudah berkunjung :) sukses yaaa
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete