THE BEATLES/talktocanada |
Ayahku memang penggemar berat The Beatles. Tak heran, sejak usia sekitar sembilan tahun atau saat masih duduk di kelas empat SD, aku sudah terbiasa mendengarkan lagu-lagu milik kuartet asal Liverpool itu, musik ngak-ngek-ngok kata presiden pertama kita.
Dulu, aku memang sama sekali tak mengerti arti lirik-lirik lagu The Beatles. Yang kutahu, ayahku sering menyenandungkan lagu-lagu The Beatles. Lagu “Lovely Rita” adalah favorit ayahku.
Aku tak mengarang, ayahku sendiri yang mengatakan itu saat aku menginjak remaja dan mulai memainkan lagu-lagu The Beatles bersama band SMA-ku. Aku sendiri heran, mengapa “Lovely Rita”. Padahal, ibuku bernama Elfa Yohana, bukan “Rita”.
Tapi, sudahlah, aku pun tak pernah menanyakan alasannya. Yang pasti, setelah menginjak dewasa, aku setuju bahwa The Beatles-di luar perilaku pribadi personelnya-memang pantas digilai.
The Beatles, yang beranggotakan John Lennon (gitar/vocal), Paul McCartney (bass/vocal), George Harrison (gitar), dan Ringo Starr (drum), disebut-sebut sebagai pelopor musik rock n‘ roll bersama Elvis Presley, memang tak pernah akan hilang ditelan masa. Dari waktu ke waktu, penggemarnya bahkan terus bertambah.
Di negeri ini saja, tak terhitung banyaknya band-band tribute untuk kelompok yang satu ini. Mulai dari Bharata Band di era 1980-an, hingga G-Pluck band asal Bandung yang begitu mirip saat memainkan lagu-lagu The Beatles.
G-Pluck bahkan pernah didaulat untuk tampil di acara The Beatles Week Festival di Liverpool. Ini ajang bergengsi tahunan yang digelar untuk mengenang kejayaan The Beatles.
Dari segi lirik, The Beatles memang “juara”. Bermacam tema yang mereka angkat dalam lagu-lagunya, begitu mengena dalam kehidupan sehari-hari. Dari soal cinta, kehidupan sosial, hingga masalah perdamaian dunia, mereka nyanyikan dengan begitu sederhana.
Lagu“Let It Be” adalah bukti nyata betapa The Beatles amat peduli akan perdamaian di dunia. Sedangkan lagu “Lovely Rita”, “All My Loving”, “And I Love Her”, ataupun “Don’t Let Me Down” memperlihatkan betapa romantisnya Lennon dan kawan-kawan.
Namun, yang menarik, dari sisi musikalitas, The Beatles konon ternyata salah satunya terispirasi dari sebuah grup asal Indonesia, The Tielman Brothers. Well, meski personelnya asli Indonesia, grup ini memang terdengar asing di telinga kita.
Sebab, selain jadul, mereka juga lebih eksis di Belanda. Ya, The Tielman Brothers, yang digawangi Tielman bersaudara: Andy, Reggy, Ponthon, dan Loulou, memang sempat menjajah Eropa di era pada periode 1950-60-an.
Selain ngetop di Belanda, mereka juga kerap mengadakan show di Belgia, Inggris, dan Jerman. Konon, McCartney sempat beberapa kali menyaksikan pertunjukan putra-putra pasangan Herman Tielman Flora Lorine Hess ini.
Lagu-lagu mereka seperti “Black Eyes”, “Rollin & Rock” atau “Rock It Up” begitu populer dan banyak menginsipriasi musisi-musisi barat ketika itu. Apalagi masih ditambah dengan stage act alias gaya panggung mereka yang atraktif, bahkan cenderung gila-gilaan.
Kemampuan gitar Andy, sang dedengkot, ketika itu pun banyak membuat musisi bule takjub. Dengan teknik tinggi, dia memainkan rock n‘ roll, seperti dia sendiri yang menciptakan rock n‘ roll, begitu hidup dan bernyawa. Ingat, mereka hadir, sebelum era dewa-dewa gitar macam Jimi Hendrix, Ritchie Blackmore, ataupun Yngwie Malmsteen.
Ini menjadi bukti, sejak dulu Indonesia tak pernah kekurangan bakat-bakat dalam bidang apapun, termasuk musik. Begitu juga soal tulis-menulis, yang karya-karyanya juga terampar begitu luas di rumah sehat ini.
04 September 2010 | 22:19
Kompasiana
No comments:
Post a Comment