Friday, June 10, 2011

Gwen Stefani Tak Akan Lagi Rilis Album Solo


GWEN STEFANI (foto: gossipmagazine)
ENOUGH is enough. Gwen Stefani pun memutuskan tak akan lagi mengeluarkan album solo. Ya, dua album sepertinya cukup bagi penyanyi kelahiran Kalifornia, Amerika Serikat ini untuk mengaktualisasi diri sebagai penyanyi solo. 

Kini,  dia fokus mencurahkan pikiran dan kemampuannya untuk grupnya, No Doubt. "Ada saatnya kita berhenti melakukan sesuatu. Dan, sekarang adalah waktu yang tepat bagi saya saya berhenti (bersolo karier)," ujar penyanyi cantik berusia 41 tahun, seperti dikutip Entertainment Weekly, Rabu (8/6) . "Bahkan, saya sudah merasa terlalu lama berkarier sebagai penyanyi solo." 
Seperti diketahui, dua album solo Gwen: Love. Angel. Music. Baby (L.A.M.B) dan The Sweet Escape yang dirilis pada 2004 dan 2006,  sempat meledak di pasaran, dengan angka penjualan mencapai 20 juta kopi, hingga saat ini. Dia juga sempat melahirkan monster hits semodel "Hollaback Gir", "Rich Gir"l, "Wind It Up", dan "The Sweet Escape"
Tapi, Gwen telah memutuskan. Mulai sekarang, dia tak akan lagi mengeluarkan album selain bersama No Doubt, yang kembali bereuni sejak tahun 2008 silam. Saat ini, mereka juga dikabarkan tengah menggarap album baru yang rencananya dirilis tahun ini. Padahal, Gwen menoreh sukses luar biasa di dua album solonya itu. 
Album L.A.M.B bahkan sampai terjual tak kurang dari 7 juta kopi! Album ini juga mendapat tujuh platinum. Lewat album ini Gwen juga sempat dua kali masuk nominasi Grammy Award di tahun 2005 dan 2006 sebagai Best Female Pop Vocal Performance. 
Enam single di album ini: "What You Waiting For?", "Rich Girl", "Hollaback Girl", "Cool", "Luxurious", dan "Crash" berhasil menempati posisi teratas di berbagai tangga lagu internasional. Bahkan, lagu "What You Waiting For?" yang ditulisnya bareng komposer Linda Perry, sempat beberapa kali didaur ulang penyanyi lain. Lagu ini juga dijadikan theme song game Just Dance 3. 
Album ini juga melambungkan Harajuku Girls, empat gadis muda Jepang yang berperan sebagai penari latar Gwen. "Harajuku Girls", yang juga merupakan judul lagu ketujuh di album L.A.M.B, sempat mewabah di mana-mana. 
Gwen pun jadi idola baru di Jepang. Begitu juga album The Sweet Escape dengan hits andalan "Wind It Up" dan "The Sweet Escape". Album yang dikeluarkan Interscope Records ini bahkan sempat membawa Gwen menggelar tur keliling Amerika Utara, Amerika Tengah, Eropa, hingga Asia. 
Tapi, Gwen tampaknya sudah bulat akan keputusannya. Dia mengaku tak ingin proyek solonya mengganggu konsentrasinya dengan No Doubt. Apalagi, di luar itu, dia juga masih disibukkan dengan statusnya sebagai seorang ibu bagi  Kingston dan Zuma, buah perkawinannya dengan Gavin Rossdale, mantan vokalis Bush, band rock alternatif asal London. 
NO DOUBT - Ted , Gwen, Adrian , dan Tony (foto: Billboard)
Karier Gwen sejak awal memang seperti tak bisa dipisahkan dengan No Doubt. Sebab, lewat band yang juga digawangi Tony Kanal (bass), Ted Dumont (gitar) dan Adrian Young (drum) inilah nama Gwen yang bergabung sejak usia 17 tahun, menjulang. Tepatnya lewat album ketiga mereka, Tragic Kingdom yang dirilis tahun 1995. 
Lewat single ketiga, "Don't Speak", nama grup yang didirikan pada tahun 1986 ini langsung menjulang setingi langit. Lagu yang konon bercerita tentang putusnya hubungan asmara Gwen dengan Tony Kanal ini bahkan dimasukkan oleh majalah musik Blender sebagai salah satu dari "500 Lagu Terbaik Sepanjang Masa". 
Sejak itu, nama No Doubt makin diperhitungkan orang. Lewat kombinasi musik pop, rock, dan ska, mereka terus menuai sukses di album-album selanjutnya. Seperti Retur of Saturn (2000) dan Rock Steady (2001), sebelum band ini vakum sejak 2004. 
Ketika itu, nyaris semua personel sibuk dengan proyek solo mereka. Selain Gwen, Dumont juga membuat proyek serupa. Sedangkan Kanal, sempat melakukan kolaborasi dengan penyanyi cewek senasional Pink. Kini, seperti dituturkan Gwen, No Doubt siap bangkit dan kembali menggegerkan musik dunia. "Kami sudah mengumpulkan materi. Tunggu saja tanggal mainnya," ujar Gwen. 
Sumber: Wikipedia, contactmusic, Entertainment Weekly, zimbio
Diskografi Gwen Bersama No Doubt
  • No Doubt (1992)
  • The Beacon Street Collection (1995)
  • Tragic Kingdom (1995)
  • Return of Saturn (2000)
  • Rock Steady (2001)
Solo
  • Love. Angel. Music. Baby. (2004)
  • The Sweet Escape (2006)
"Don't Speak", Gwen Stefani bersama No Doubt


Thursday, June 9, 2011

Alice Cooper Pernah Hampir Membunuh Elvis Presley

ALICE COOPER (foto: hdwallpaperbase)
YA, rocker gaek asal Detroit, Amerika Serikat, Alice Cooper, mengaku sempat terlintas dalam benaknya membunuh King of Rock N Roll, Elvis Presley demi popularitas. Kejadian itu berlangsung pada sekitar tahun 1971 di ruangan penthouse sebuah hotel mewah di Las Vegas.

"Ketika itu, Elvis mengajak saya ke dapur, membuka laci dan mengeluarkan pistol. Dia lalu meminta saya menodongkan pistol itu ke kepalanya," Cooper, yang melakukan debutnya saat merilis album Pretties for Youdengan format band tahun 1969 itu, bercerita. "Ketika itu, saya tak tahu apa yang harus saya lakukan." Cooper, 63 tahun, lalu menuturkan, sempat terbersit dalam benaknya untuk menghabisi nyawa Elvis. "Ketika itu, seperti ada suara di telinga kiri berujar ' Ayo, bunuh dia, kau akan masuk sejarah sebagai pembunuh Elvis Presley, sang raja Rock n Roll'."

Sementara di telinga kanannya, dia mendengar ujaran, yang mengatakan, "Kau tak boleh membunuhnya. Dia Elvis Presley. Lukai saja, kau akan tetap terkenal. Paling-paling hanya beberapa tahun masuk penjara."

Namun, Cooper, yang pertama kali menjulang dengan hits "I'm Eighteen" di tahun 1971 itu menceritakan, belum sempat dia memutuskan, Elvis langsung menendang pistol di tangannya, sebelum menjatuhkan Cooper di lantai dan mencekik lehernya.

"Elvis lalu berkata kepada saya, begitulah cara melumpuhkan orang bersenjata yang ingin melukaimu," ujar Cooper, yang total telah melepas 26 album studio itu.

Elvis sendiri kemudian diketahui tewas pada tahun 1977 di usia ke-42 lantaran overdosis. Kejadian di hotel Elvis itu hanya merupakan salah satu episode kelam kehidupan Cooper bersama para mendiang jawara-jawara rock n roll.

Seperti diketahui, dulu, Cooper dikenal dekat dengan drummer The Who, Keith Moon, Jim Morrison (The Doors), hingga John Lennon, yang kini semuanya telah wafat. Mereka, dulu bahkan sebuah membuat klub "minum" bernama Hollywood Vampires. Mereka biasanya minum-minum di sebuah bar terkenal, Rainbow, di Los Angeles. Bar ini yang menginspirasi Ritchie Blakmore pada tahun 1975, untuk membentuk band dengan nama serupa.

 "Saya pernah melihat mereka (Keith Moon dan Lennon) minum sampai kolaps. Tapi, Jim Morrison adalah peminum yang profesional," Cooper yang masih sempat menyihir metal head di era 1990-an dengan hits "Hey Stoopid"dan "Love's a Loaded Gun" itu, bercerita. "Saya juga sering minum bersama Janis Joplin dan Jimi Hendrix."

Di luar kebiasan menenggak alkoholnya yang  akut, Cooper sendiri dikenal sebagai rocker kontroversial. Karena tingkah laku yang tidak jelas itu, Cooper bahkan juga sempat dicekal masuk ke Inggris Raya, pada tahun 1993. Permintaan cekal ini dimotori aktivis moral Mary Whitehouse dan seorang anggota parlemen, Leo Abse.

Cooper juga sempat mendapat tuduhan membunuh seorang wanita di pesawat terbang. Sementara di atas panggung, Cooper dikenal kerap mempertontonkan aksi-aksi teaterikal yang imajinatif, dan cenderung horror. Tata rias yang seram  ala hantu adalah dandanan wajib Cooper saat mentas.

Lebih Manis
Tapi, kini, Cooper telah lebih manis. Terlepas dari aksi kontrovesialnya, saat menggelar konser dengan format hologram di London, Mei lalu, Cooper kini tampak jauh lebih dewasa.
Ketergantungannya terhadap alkohol juga sudah dia buang jauh-jauh sejak menjalani rehabilitasi di pertengahan tahun 1980-an. 

Pria kelahiran 4 Februari 1948 ini sekarang juga dikenal lebih religius. Waktu-waktu luangnya lebih sering dia isi dengan kegiatan sosial bersama istri dan ketiga anaknya: Calico, Dash, dan Sonora Rose. Atau bermain golf.

Ya, Sejak tahun 1990-an, rocker yang diakui Lady Gaga sebagai inspiratornya ini memang mendalami golf. Dia bahkan sempat ikut beberapa kejuaraan golf semi-profsional. Hingga kini, Cooper sendiri masih didaulat sebagai salah satu "moyang" heavy metal.
Lagu-lagu hitsnya seperti "Billion Dollars Babbies", "No More Mr Nice Guy, "You and Me", "Schoo''s Out", "Trash", "Poison", hingga "Only My Heart Talking"masih tembang-tembang wajib para metal head.

Selain itu, dimasukkannya nama Cooper dalam Rock and Roll Hall of Fame, awal tahun ini, juga menjadi bukti pengakuan dunia terhadap kontribusi pria bernama lengkap Vincent Damon Fournier ini. Akhir Juni ini, Cooper yang merupakan idola Dave Mustaine, pentolan Megadeth, rencanya akan merilis album kompilasi "Old School" yang berisi lagu-lagu terbaiknya pada periode 1964-74.

Dan, sebagai ajang promosinya, Cooper dikabarkan akan menggelar konser Alice Cooper's Halloween Night Of Fear, mulai Oktober mendatang. Konon, baru pada tahun 2012 mendatang, dia akan merilis album baru, yang akan diberi judulWelcome 2 My Nightmare. 
sumber: wikipedia, Stuff.co.nz, daily mirror, gibson, youtube 

Diskografi
Alice Cooper Format Band 
1969   Pretties for You 1970   Easy Action 1971   Love It to Death 1972   School's Out 1973   Billion Dollar Babies 

Solo Karier 1975   Welcome to My Nightmare 1976  Alice Cooper Goes to Hell 1977   Lace and Whiskey 1978   From the Inside 1980   Flush the Fashion 1981   Special Forces 1982   Zipper Catches Skin 1983   DaDa 1986   Constrictor 1987   Raise Your Fist and Yell 1989   Trash 1991   Hey Stoopid 1994   The Last Temptation 2000   Brutal Planet 2001   Dragontown 2003   The Eyes of Alice Cooper 2005   Dirty Diamonds 2008   Along Came a Spider 2012   Welcome 2 My Nightmare

Friday, March 11, 2011

Steven Tyler Tolak Bergabung dengan Led Zeppelin?

STEVEN TYLER (foto:93,6KKLZ)
NAMA band legendaris Inggris, Led Zeppelin, sepertinya tak cukup besar bagi Steven Tyler. Buktinya, vokalis Aerosmith itu menolak kesempatan menjadi penyanyi utama Zeppelin, menggantikan Robert Plant.

“Saya memang sempat mengikuti audisi untuk menggantikan Robert Plant. Tapi, saya berubah pikiran,” ujar Tyler seperti dikutip Guardian, beberapa hari lalu.  ”Saat Jimmy Page (gitaris Zeppelin) menanyakan apakah saya bersedia merekam lagu bersama mereka, saya katakan ‘tidak’. Saya masih penyanyi Aerosmith.”

Seperti diketahui, Zeppelin yang namanya benar-benar menjulang pada pertengahan tahun 1970-an itu memang berniat melakukan reuni dan mengeluarkan album baru. Page dan John Paul Jones tetap memainkan gitar dan bass. Sementara posisi drummer yang lowong lantaran meninggalnya John Bonham di tahun 1980, diisi putranya, Jason. Hanya Robert Plant, yang menolak kembali bergabung.

Untuk itulah, Zeppelin menggelar audisi, sejak November tahun lalu. Beberapa nama vokalis top pun dijajal, termasuk Myles Kennedy, vokalis Alter Bridge. Sayang, begitu mereka merasa cocok dengan Tyler, ayah model dan aktris cantik, Liv Tyler itu malah menolak.

RETAK - Steven Tyler dan Joe Perry dikabarkan retak (foto:nightmaircreative)
Tyler  yang telah menelurkan 14 album bersama Aerosmith itu mengaku, awalnya mengetahui Zeppelin menggear audisi dari manajer grup tersebut, Peter Mench, yang juga sahabatnya. “Dia mengatakan Robert Plant tak mau lagi bermain dengan Page dan menanyakan apakah saya mau bermain dengan Zeppelin. Saat itu saya memang tertarik,” Tyler, 62 tahun, menjelaskan.

Status Tyler sendiri sebenarnya sedang tidak jelas di Aerosmith. Gitaris Joe Perry, bahkan sempat menyebut bahwa Tyler telah mundur dari Aerosmith, meski belakangan, mereka dikabarkan kembali rujuk.  Hanya saja, Perry tampaknya belum sepenuhnya bisa menghilangkan kekesalannya terhadap Tyler, yang diawali dengan bergabungnya Tyler sebagai salah satu juri program American Idols.

Tak heran, terkait pernyataan Tyler yang menyebut dirinya menolak bergabung dengan Zeppelin, Perry menanggapinya dengan nyinyir. Kepada Pulse of Radio, dia menyebut, dalam audisi tersebut, Tyler sebenarnya gagal karena terkesan gugup dan tidak hapal lirik lagu Zeppelin. “Jadi, Zeppelin yang memutuskan tak merekrutnya. Bukan Tyler yang menolak bergabung,” ujar Perry. Jadi, mana yang benar?

Refrensi: avclub, guardian, Wikipedia

Lenny Kravitz, Sang Rocker Plus

LENNY KRAVITZ (foto:fansshare)
YA, sebutlah dia, Lenny Kravitz, sang rocker plus. Sebagai penyanyi rock, dia tak hanya memiliki karakter vokal yang khas, melainkan juga mempunyai kemampuan memainkan alat musik, dari gitar, bass, drum, hingga keyboard.

Tak hanya bisa, melainkan mahir. Bahkan, kerap, di album-albumnya, Kravitz memainkan semua instrumen di atas. Julukan rocker plus, rasanya juga makin lengkap lantaran dalam musiknya, Kravitz mencampur rock dengan unsur-unsur soul, funk, reggae, hard rock, psychedelic, folk, dan balada.

Namun, tetap, warna rock selalu dominan dalam musik pria kelahiran New York, Amerika Serikat (AS), 26 Mei 1964 ini. Itu setidaknya terlihat dengan upaya Kravitz mempertahankan sound gitar rock yang menjadi nyawa di setiap lagunya. 

Kravitz memang bukan musisi kemaren sore. Sejak merilis album debutnya, Let Love Rule, di tahun 1989, total, tak kurang dari sembilan album telah dilahirkan putra aktris Roxie Roker ini. Album terbaru Kravitzs sendiri, Black and White America, kabarnya akan dirilis musim panas, tahun ini. Namun, salah satu singlenya, "Come On Get It" telah dirilis sejak 2010 lalu, dan menjadi theme song iklan komersial kompetisi NBA.

Empat penghargaan bergengsi  di ajang Grammy Award, "Best Male Rock Vocal Performance" empat tahun berturut-turut (1999-02) juga membuktikan kapasitas mantan suami aktris Lisa Bonet mantan bintang "The Cosby Show" itu.

Di luar itu, dia juga sempat terlibat di beberapa produksi film Hollywood. Salah satunya, Precious, di mana Kravitz berperan sebagai perawat. Di film ini, Kravitz beradu peran dengan Mariah Carey.

Satu lagi kehebatan Kravitz, dia tak hanya menulis lagu untuk dinyanyikannya sendiri. Melainkan juga untuk penyanyi-penyanyi terkenal lainnya. Mulai dari Madonna, Steven Tyler, hingga mendiang Michael Jackson.

Kehebatan Kravitz memang tak hanya terletak pada melodi-melodi yang unik, rift-rift catchy, dan enak didengar, seperti pada latu "Mr. Cab Driver", "American Woman", "Are Gonna Go My Way", ataupun "Love Revolution". Melainkan juga kekuatannya dalam membuat lirik di setiap lagunya.

Lagu untuk Ayah
Tak hanya soal cinta, Kravitz juga kerap mengangkat tema-tema sosial. Salah satu lagunya, "A Long and Sad Goodbye" di album It Is Time for a Love Revolution, bahkan dia buatnya khusus sebagai ode untuk sang ayah, Sy Kravitz, seorang produser di NBC Tv, yang meninggal pada tahun 2005 lantaran leukemia.

Seperti diketahui, Kravitz memang tak memiliki hubungan harmonis dengan sang ayah. 
Papa, who's to blame?
Why you never had your fortune and fame Papa, what did you gain?
To leave the love you had for a two bit dame Papa, you meant the world to me
Why did you abandon me?
Now, it's a long and sad goodbye.

LENNY KRAVITZ (foto: theplace2)
Dalam sebuah wawancara, Kravitz menuturkan, dirinya dengan ayahnya sempat berbaikan dua minggu sebelum sang ayah meninggal. "Hubungan saya memang buruk dengan ayah karena dia telah menyakiti ibu saya, dengan berselingkuh," ujar Kravitz. "Suatu hari, dia pergi meninggalkan kami. Begitu saja, tanpa bicara apa-apa."

Kravitz, yang sempat menggunakan nama panggung Romeo Blue, memang langsung menjulang saat merilis album debut Let Love Rule di tahun 1989. Album tersebut cukup sukses, terutama di pasar Eropa, di mana mampu terjual 2 juta kopi, dan mendapat sertifikat gold di AS, tahun 1995.

Nama Kravitz kian menjulang usai mengeluarkan album kedua, Mama Said, tahun 1991. Di album ini, dia menggandeng gitaris Slash, yang tengah berkibar namanya bersama Guns N' Roses dan Sean Lennon, putra mendiang John Lennon, dedengkot The Beatles.

Album ini sendiri konon banyak bercerita tentang kisah kehidupan Kravitz dengan Lisa Bonet, wanita yang dinikahinya pada tahun 1987 dan diceraikannya enam tahun kemudian. Saat ini, buah cinta Kravitz dan Bonet, telah berusia 22 tahun, Zoe yang mulai merintis dunia model dan film.

Tembang "It Ain't Over 'til It's Over" dan "Always on the Run", yang mengandalkan gaya gitaran Slash, menjadi jagoan di album ini. Namun, lagu-lagu balada seperti "Stand by My Woman" dan "All I Ever Wanted" (featuring Sean Lennon) juga cukup menyita perhatian pencinta musik rock saat itu.
Setelah itu, bisa ditebak, jalan Kravitz di pentas musik dunia pun kian lapang.  Tak heran, enam album selanjutnya: Are You Gonna Go My Way (1993), Circus (1995), 5 (1998), Lenny (2001), Baptism (2004), serta It Is Time for a Love Revolution (2008) pun selalu menangguk sukses.

Album 5 yang menelurkan hits-hits macam "I Belong to You", "Thinking of You", dan "Fly Away" bahkan sempat meraih dua Grammy Award, untuk Best Rock Album dan Best Male Rock Vocal Performance. So, are you gonna go my way?

Diskografi
1989       Let Love Rule
1991       Mama Said
1993       Are You Gonna Go My Way
1995       Circus
1998       5
2001       Lenny
2004       Baptism
2008       It Is Time for a Love Revolution

2011       Black and White America 

Sumber: Wikipedia, musicroom, The Desert Sun, Independent, youtube, berbagai sumber 



Friday, February 18, 2011

Iron Maiden Membius Jakarta


SEMPURNA - Iron Maiden tampil sempurna malam itu (foto:tioabi)
YA, kehadiran Iron Maiden di Pantai Karnaval, Ancol, Kamis (17/2) malam, benar-benar telah membius para metal head yang hadir. Lewat aksi memukau, grup heavy metal asal Inggris yang beranggotakan Bruce Dickinson (vokal), Steve Harris (bass), Nicko McBrain (drum), serta Janick Gers, Adrian Smith, dan Dave Murray ini membuat mabuk kepayang sekitar 200 ribu penonton yang hadir. Memang, kami, penonton, sempat frustrasi berat lantaran harus begitu lama menunggu kemunculan Bruce dan kawan-kawan di atas pangung. Bayangkan, kami sudah berada di area panggung, sejak pukul 18.00. 

Namun, baru lebih dari pukul 20.00, Rise To Remain, band putra Dickinson, Austin, yang jadi grup pembuka muncul di atas panggung. Namun, semua kepenatan, kekecewaan, kebetean itu sirna begitu saja, saat Iron Maiden muncul di depan mata kami, sekitar pukul 21.20. Ya, setelah Rise To Remain tampil sekitar setengah jam, Iron Maiden, legenda heavy metal itu memang benar-benar hadir di depan mata kami.  Wowwwwww......ini bagaikan mimpi. 
 
Para penonton pun langsung gaduh tak karuan. Mereka yang sebelumnya berada di belakang barisan festival A, pelan-pelan merangsek ke depan, sehingga kami yang berada di tengah, tak jauh dari bibir panggung mulai terdesak. Namun, lantaran euforia yang begitu menyengat, kami tak terlalu merasakannya. 

Dave Murray (kiri) dan Steve Harris (foto:tioabi)
Seperti konser di Moskow dan Singapura, Iron Maiden membuka konser dengan dua lagu dari album terakhir mereka, The Final Frontier:   "Satelite 15... The Final Frontier" disusul "El Dorado" yang baru memenangkan penghargaan Grammy Awards untuk kategori Best Metal Performance. Suasana baru mulai panas, saat lagu ketiga, "2 Minutes to Midnight" digeber. Para penonton yang ada di depan panggung pun melompat-lompat sambil mengacung-ngacungkan tangan.

Sayang, beberapa dari mereka masih saja ada yang norak alias kampungan. Mereka seenaknya ber-head banging, moshpit, tanpa mempedulikan penonton lain, sehingga beberapa penonton memilih agak mundur ke belakang, daripada berperkara . 

Termasuk saya, dan rekan saya, Charles Simanjutak, beserta istrinya. Suasana makin panas begitu nomor "The Trooper" digeber setelah sebelumnya Dickinson menyanyikan "Coming Home" dan "Dance of Death". Dan, setelah lagu "The Trooper" yang membuat kocar-kacir penonton, saya tak tahu lagi di mana Charles, yang merupakan produser program Wara-Wiri di Trans7 itu berada.

Ogut (kiri) dan Charles narsis di depan panggung :)
Untung, saya bertemu kawan lama saya, Tioabi yang  yang saat ini menjadi manajer Stairway to Zinna, band yang segera merilis album, April mendatang. Saya juga bertemu Arkanda, mantan additional keyboard The Flowers, dan Laura Iyos. Satu hal yang membuat saya terkagum-kagum adalah stamina luar biasa yang dipertontonkan para personel grup yang dibentuk tahun 1975.  Dengan usia mereka yang rata-rata di atas 50 tahun, Bruce dan kawan-kawan tampak masih energik di atas panggung.

Steve Harris, bassist idola saya, begitu liar mencabik dawai-dawai bassnya meski telah berusia 54 tahun. Beberapa kali, dia juga memperlihatkan gaya andalannya, merunduk menyorongkan bassnya,  ibarat tengah menembakkan sesuatu melalui bassnya. Begitu juga dengan Janick Gers, yang menurut saya menjadi salah satu yang paling atraktif, malam itu. 

Mengenakan kaus buntung Iron maiden dan celana hitam ketat, beberapa kali, Gers, 54 tahun, melakukan atraksi dengan memutar-memutar gitar di sekujur tubuhnya. Petikan gitarnya juga masih heboh. Tak hanya di lagu-lagu kencang , saat membawakan lagu "Dance of Death", nyawa dan soul lagu yang diciptakan sound gitaran Gers juga benar-benar muncul. Entah mengapa, menyaksikan gaya dia bermain, saya teringat  sahabat saya, almarhum Ivan Bathox, yang juga seorang gitaris.

Aksi Janick Gers (foto:tioabi)
Sementara Bruce, dengan aksinya yang khas, masih begitu lincah, melompat ke sana-sini. Dia bahkan sempat mengibar-ngibarkan bendera Union Jack Britania Raya. Namun, hebatnya, vokalnya sama sekali tak terganggu, tetap stabil. Dia memang musisi berkelas. 

Bruce juga sangat komunikatif terhadap audiens. Sebelum menyanyikan lagi "Blood Brothers", yang diambil dari album Brave New World di tahun 2000, dia sempat mengajak penonton ngobrol. Dia menyebut, bagi Maiden, bertemu dengan budaya baru, orang baru, makanan baru di setiap negara, bukanlah hal istimewa. Tapi, yang membuat mereka selalu terharu adalah saat menyaksikan para penonton mereka datang dari berbagai ras, agama, suku, yang berkumpul jadi satu.  

"Di sini ada yang dari Malaysia, dari Singapura, dari Australia bahkan Amerika, right? Tapi, tak ada perbedaan di sini. Kita semua satu," ujar Bruce, yang juga berkali-kali meneriakkan "Scream for me, Jakartaaaaaaaaaaa". Saya sendiri merinding, saat Gers dan Dave Murray, lewat petikan gitarnya,  memainkan intro lagu "Fear of The Dark" yang kemudian disusul koor para penonton "Oooooooooo...ooooooooooo". 

Wuuiihhhhhhhhhhhhhh... benar-benar sebuah pengalaman yang tak akan terlupakan. Kami pun bernyanyi bersama untuk beberapa bait awal: I am the man who walks alone And when I'm walking a dark road At night or strolling through the park When the light begins to change I sometimes feel a little strange A little anxious when it's dark Fear of the dark, fear of the dark I have constant fear that something's always near Fear of the dark, fear of the dark I have a phobia that someone's always there.................................

Seperti juga di Rusia, pada lagu ke-13, "Iron Maiden", monster Mr. Eddie, versi baru, yang tingginya sekitar 6 meter juga muncul di atas panggung. Dia sempat bercengkerama dengan Janick Gers, yang sejak awal  memang begitu atraktif di sisi kiri panggung. 

Usai lagu ini, para personel menghilang di balik panggung, sebelum akhirnya muncul kembali, setelah kami, penonton, berteriak  "We want more.....we want more..........................". Trik yang biasa dilakukan musisi dunia. Setelah itu, tiga lagu berturut-turut: "The Number of The Beast", "Hallowed Be Thy Name," dan "Running Free" berturut-turut mereka geber, untuk menutup konser yang berakhir sekitar pukul 23.30 WIB itu. 

Gout with Kanda, Tio Abi, dan Laura
Terus terang, secara umum saya sendiri sangat puas menyaksikan penampilan Iron Maiden yang begitu prima, karena juga  mendapat dukungan sound system yang memadai. Saya juga tak heran, jika begitu banyak musisi lokal menyempatkan diri hadir di konser ini. Sebut saja Bagus Netral, Maki & Enda (Ungu), Once (Dewa), Eros (Sheila on Seven), ataupun presenter Arie Dagink, yang begitu sering berseliweran di depan saya. 

Salut dan terima kasih untuk Original Production, yang telah bekerja keras untuk bisa memujudkan mimpi "The Troopers" menyaksikan langsung Iron Maiden di Jakarta, Konon, untuk hal ini, Tommy Pratama, sang dedengkot Original Production, butuh waktu lima tahun untuk meyakinkan manajemen Iron Maiden agar mau main di Indonesia.  Is it worth? Absolutely yes!  

Salam Maiden 
Setlist Iron Maiden di Ancol 1. Satelite 15… The Final Frontier 2. El Dorado 3. 2 Minutes to Midnight 4. Coming Home 5. Dance of Death 6. The Trooper 7. Blood Brothers 8. The Wickerman 9.   When The Wild Wind Blows 10. The Talisman 11.Evil That Man Do 12. Fear of The Dark 13. Iron Maiden Encore 14 The Number of The Beast 15 Hallowed Be Thy Name 16 Running Free