Wednesday, February 9, 2011

I Miss You Grass Rock

GRASS ROCK, dari kiri ke kanan: Rere (drum), Alm Dayan (vokal), Alm Yudhi (bass),
Mandao (kibor), Zoel (vokal), Edie Kemput (gitar) (foto: facebook/fanpage/grassrock)
MASIH ingat lagu “Peterson” dan “Gadis Tersesat”? Ya, dua lagu itu milik Grass Rock, band pengusung progressive rock asal Surabaya, yang sempat menjulang namanya di era 1990-an. Dulu, grup ini digawangi Edie Kemput (gitar), Rere Reza (drum), Mandao (kibor), Yudie (bas), serta dua vokalis: Zoel dan Almarhum Dayan Zmach, yang merupakan adik kandung  Rere.

Selain dua lagu di atas, yang terdapat dalam album Anak Rembulan dan Bulan Sabit, tentu saja masih banyak lagu-lagu bagus milik Grassk Rock. Sebut saja “Khayal”, “Selamat Pagi Tragedi” (album Anak Rembulan), “Bersamamu”, “Lagu Harapan” (Bulan Sabit), “Datang Padaku”, “Santet” (Grass Rock/Santet),  ”Adakah Hasratmu”, “Janji”,  atau “Gadis Titisan Dewi” (Menembus Zaman).

Kekuatan lirik dalam lagu-lagu mereka menjadi salah satu pesona yang membuat saya hingga kini selalu merindukan mereka. Ya, Grass Rock, band yang selalu bermasalah dengan beberapa produser lantaran idealis mereka dalam bermusik, tentu juga dalam hal membuat lirik.

Pengamat musik dan wartawan senior, Remy Sutansyah, pernah menulis betapa sulitnya Grass Rock berkompromi dengan produser (baca pasar) saat penggarapan album pertama, Anak Rembulan.  Tapi, itulah Grass Rock. Mereka adalah grup yang punya karakter, prinsip dan tekad kuat meski harus menantang komersialisme dalam industri musik.

Grass Rock jelas bukanlah band kacangan. Gelar juara Festival Rock se-Indonesia di tahun 1986 yang digelar Log Zhelebour , menjadi bukti betapa mumpuni kemampuan bermusik para personel Grass Rock.
Rere, hingga kini, bahkan masih dikenal sebagai salah satu drummer terbaik di negeri ini. 

Keterlibatannya bersama Kantata Taqwa, Nicky Astria, merupakan pengakuan terhadap kepiawaiannya menggebug “beduk Inggris”. Rere juga sempat lama memperkuat ADA Band sebelum bergabung dengan Blackout.

Begitu juga dengan Edie, yang kerap terlibat sebagai additional musician beberapa penyanyi terkenal, baik di rekaman ataupun panggung live. Dengan gitar hijaunya di satu saat, Edie bisa bermain sangat halus seperti di lagu “Selamat Pagi Tragedi”. Namun, di saat lain, dengan gitarnya, dia bisa berubah menjadi begitu garang seperti di lagu “Blues untuk Sodomi” di album Bulan Sabit.

Sementara Yudie dan Mandao melengkapi indahnya komposisi-komposisi yang mereka buat mengiringi syair-syair karangan Dayan yang begitu menyentuh. Almarhum Dayan, yang pengagum penyair Kalil Gibran ini memang sangat mahir memainkan kata-kata indah lewat vokalnya yang parau. Coba saja simak sepenggal lirik lagu “Bersamamu”.

hanya letih kautinggalkan
menanti matahari pagi
ingin kuterbang tinggi lagi
meraih pelangi di angkasa
letakkan jiwaku

Tak hanya cinta, Grass Rock juga kerap mengangkat tema-tema sosial, utamanya masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sebut saja lagu “Gadis Tersesat” yang menceritakan seorang gadis lugu yang salah pergaualn. Atau, lagu “Maaf” yang berkisah tentang penyesalan seorang anak telah durhaka kepada ayahnya.

Grass Rock sendiri berkesempatan merekam album pertama pada tahun 1991 produksi Atlantic Records. Di album ini, selain “Peterson”, lagu “Selamat Pagi Tragedi” juga sempat jadi hits di radio-radio.
Setelah itu menyusul album Bulan Sabit dan Grass Rock/Santet di tahun 1992 dan 1994. Setelah sempat lama vakum, di tahun 1998, Grass Rock melepas album Menembus Zaman, yang melesatkan tembang “Adakah Hasratmu”. Sayang, usai itu, grup ini sempat vakum lama lantaran meninggalnya Dayan, lantaran sakit.

Mereka sempat berniat bangkit dengan menggamit vokalis asal Palembang bernama Hendrie. Namun, proyek tersebut gagal. Hendrie sendiri kemudian bergabung dengan Fungky Kopral.

Belakangan, saya mendengar kabar, mereka bersiap bangkit dengan vokalis baru bernama Hans Sinjay. Posisi bass gitar pun diisi Ersta Satrya Nugraha yang menggantikan Yudie telah lama sakit.   Semoga proyek reuni ini bisa sukses dan kita kembali bisa menikmati musik rock khas Indonesia yang berkualitas.


Salam Grass
Diskografi Grass Rock
1991 : Peterson (Atlantic Record)
1992 : Bulan Sabit (Ski Rrecord)
1994 : Santet (Metrotama)
1998 : Menembus Zaman (Logiss Record)




Tuesday, February 8, 2011

KISS Siap Menggebrak Lagi

KISS (foto:pinterest)
KISS belum juga habis! Meski rata-rata usia personelnya telah lebih dari 50 tahun, kelompok musik cadas asal New York, Amerika Serikat ini masih siap untuk menggebrak lagi.

Ya, setelah tahun lalu merilis album Sonic Boom, yang merupakan album ke-19 mereka, tahun ini, rencananya, grup yang awalnya digawangi Paul Stanley (vokal, gitar), Gene Simmons (vokal, bass), Ace Frehley (lead gitar), dan Peter Criss (drum) akan merilis album baru. Maret nanti, mereka mulai masuk studio rekaman.

“Saat ini kami sedang bekerja, menggarap materi, menulis beberapa lagu,” ujar gitaris Tommy Thayer, yang menggantikan Frehley, seperti dikutip MNE. “Saat ini, kami memang tak punya agenda khusus selain membuat lagu-lagu rock n’ roll yang kami cintai.”

Ya, KISS adalah rock n’ roll dan rock n’ roll adalah KISS. Darah rock n’ roll memang telah mengalir deras dalam tubuh mereka. Jika sudah begitu, siapa yang bisa melarang mereka untuk terus berkarya atas nama rock n’ roll itu sendiri, termasuk menggunakan kembali make-up menyeramkan dan segala atribut seperti di zaman keemasan mereka pada era 1970-1980-an.

Sejak kemunculan mereka di tahun 1974 dengan album Kiss disusul Hotter than Hell pada tahun yang sama, KISS memang telah menyita perhatian pecinta musik rock dunia.  Pelataran musik rock yang ketika didominasi sentuhan blues ala Led Zepplein, Deep Purple, jadi semakin berwarna dengan rock-rock segar segar dan menghentak ala KISS. Belakanga, KISS bahkan disebut-sebut sebagai pelopor aliran hard rock dan heavy metal.

Tak heran, dua album awal mereka pun sukses mendapat sertifikasi Gold. Bahkan, hingga tahun 1977, album Kiss telah terjual hingga 500 ribu kopi!

KISS memang menawarkan sesuatu yang berbeda ketika itu. Selain make-up wajah yang menyeramkan dan kostum yang superwah, setiap aksi-aksi panggung KISS juga selalu wah dan spektakuler. Ya, mata penonton konser-konser mereka ketika itu kerap dimanjakan dengan aksi-aksi teteritikal seperti semburan-semburan api yang keluar dari mulut para personelnya, kembang api, hingga kepulan asap yang ditembakan di atas panggung.

Set panggung di setiap konser KISS juga ditata sedemikian rupa. Terutama set panggung untuk drum Criss, yang dibuat khusus di tempat yang lebih tinggi. Sehingga meski berada di deret paling belakang, dari jauh pun sosok tetap terlihat dari bawah panggung.

Soal make-up para personelnya, juga ada cerita sendiri. Masing-masing make-up yang melekat di wajah personel KISS memiliki karakter sendiri-sendiri yang mewakili sosok sang pengguna.

Sosok Stanley, misalnya, dinamakan “Starchild” karena gayanya yang “sok imut” dan romantis. Sedangkan make-up “The Demon”, yang dikenakan Simmons menggambarkan karakter Simmons, yang konon selalu sinis dan tak punya sense of humor.

KISS 1983 tanpa make up: Vinnie Vincent (gitar), Eric Carr (drum),
Gene Simons (bass), Paul Stanley (gitar/vokal) (foto: uproxx)
Frehley yang mengenakan make-up “Spaceman” digambarkan sebagai sosok yang gila science. Sementara make-up “Catman” yang dikenakan Criss menggambarkan dirinya, yang konon memiliki “9 nyawa” lantaran menghabiskan masa kanak-kanaknya di kawasan Bronx, Brooklyn.

Nama KISS benar-benar menjulang, terutama secara komersial pada tahun 1978, usai merilis album Alive II. Lewat album inilah, lagu-lagu KISS dari album-album mereka terdahulu, seperti “Detroit Rock City”, “Love Gun”, “Hard Luck Woman”, “I Want You”, “Shout It Out Loud”, “I Wanna Rock n Roll All Night”, “Shock Me”, termasuk lagu balada “Beth” yang romantis itu, menjadi begitu fenemenal.

Album Alive II sendiri yang terdiri dari 20 lagu, merupakan gabungan rekaman-rekaman konser KISS di sejumlah tempat, di mana mereka membawakan lagu-lagu dari album Kiss dan Hotter Than Hell (1974), Dressed to Kill (1975), Destroyer dan Rock Roll Over (1976), serta Love Gun (1997).

Sayang, pada tahun 1982, lantaran ketegangan di intern grup,  Criss dan Frehley hengkang. Posisi mereka kemudian digantikan Eric Carr pada drum dan Vinnie Vincent pada gitar. Carr mengenakan make-up “the Foxman”, sedangkan Vincent mendapat peran “the Ankh Warrior. Vincent kemudian hengkang dan sempat digantikan Mark St. John, lalu Bruce Kulick.

Dalam otobiografinya, Simmons menuturkan, bahwa gitaris Van Halen, Eddie Van Halen, sempat berkali-kali menelponnya untuk menggantikan posisi Frehley. Ketika itu, Eddie memang tengah terlibat pertengkaran sengit dengan vokalis Van Halen, David Lee Roth. Namun, Simmons, dan adik Eddie, Alex, yang juga drummer Van Halen, memintanya agar tetap di Van Halen.

KISS tanpa make-up-Formasi 5 (September 1984 - November 1991). Dari kiri: Bruce Kulick, Paul Stanley, Eric Carr (alm), Gene Simmons. (kissfanshop)
Dengan formasi tambal-sulam ini, KISS sempat meneluarkan tujuh album, termasuk dua album fenomenal, Lick It Up di tahun 1983 dan Crazy Nights di tahun 1987. Yang juga menarik, dalam periode ini adalah keputusan KISS untuk menanggalkan atribut yang selama ini mereka kenakan, termasuk make-up yang sudah menjadi ciri khas mereka. Penampilan KISS di MTV, pada 18 September 1983,  merupakan pertama kalinya, Simmons dan kawan-kawan tampil tanpa make-up.

Tahun 1996, dua personel lama, Criss dan Frehley kembali. Hebatnya, mereka langsung menggelar konser di 58 negara, lengkap dengan atribut dan make-up seperti di awal kemunculan mereka. Album Psycho Circus, yang dirilis tahun 1998, merupakan penanda kembalinya KISS dengan personel asli mereka.

Namun, pada tahun 2001, Criss kembali meninggalkan KISS. Tempatnya, kemudian diisi Eric Singer. Singer sendiri bukan nama sembarangan, lantaran sebelumnya pernah memperkuat Black Sabbath. Dia juga sempat menjadi drummer tetap Alice Cooper dan mendiang Gary Moore. Sementara, di tahun 2002, giliran Frehley yang kembali hengkang dan digantikan Thayer, hingga saat ini.

Di luar KISS, masing-masing personelnya juga memiliki proyek sendiri-sendiri. Stanley, misalnya sempat merilis tiga album solo hingga tahun 2008. Begitu juga Simmons, yang sempat menelurkan empat album solo dan membintangi beberapa film.

Bahkan, saat ini, bersama istrinya, yang mantan playmat Playboy, Simmons memiliki acara reality show sendiri, berjudul “Gene Simmons Family Jewels“, yang menceritakan tentang kehidupannya sehari-hari.

Salam KISS, Bekasi, 8 Februari 11
sumber: wikipedia, kissonline

Diskografi KISS

Album Studio
1974   Kiss
1974   Hotter Than Hell
1975   Dressed to Kill
1976   Destroyer
1976   Rock and Roll Over
1977   Love Gun
1979   Dynasty
1980   Unmasked
1981   Music from “The Elder”
1982   Creatures of the Night
1983   Lick It Up
1984   Animalize
1985   Asylum
1987   Crazy Nights
1989   Hot in the Shade
1992   Revenge
1997   Carnival of Souls: The Final Sessions
1998   Psycho Circus
2009   Sonic Boom

Album Live
1975   Alive!
1977   Alive II
1993   Alive III
1996   Kiss Unplugged
1996   You Wanted the Best, You Got the Best!!
2003   Kiss Symphony: Alive IV
2004   Kiss Instant Live
2008   Kiss Alive 35


Monday, February 7, 2011

Konser Iron Maiden Dibuka Band Putra Bruce Dickinson


RISE TO REMAIN, Austin (tengah), (foto: loudwire)
ADA yang berbeda dari tur konser dunia Iron Maiden, tahun ini. Dalam beberapa gig, termasuk di Jakarta dan Bali, tur konser yang diberi nama "The Final Frontier World Tour 2011" ini akan dibuka oleh Rise To Remain, band Austin Dickinson, yang merupakan putra vokalis Iron Maiden, Bruce Dickinson. 

Ya, Austin, 20 tahun, yang merupakan anak kedua Bruce dari Paddy Bowden, memang telah membulatkan tekad untuk mengikuti jejak sang ayah. Bahkan, musik yang dia usung, bersama Rise To Remain bisa dibilang tak kalah garang dari Iron Maiden. 

Ya, sejak tahun 2007, band dengan aliran metalcore ini  memang telah menyita perhatian para metal head, khususnya di Inggris, negara asal mereka. Setidaknya, dua EP alias mini album telah mereka rilis, Becoming One di tahun 2008 dan Brisges Will Burn, tahun 2010 lalu. 

Rise To Remain juga pernah tampil The Sonisphere Festival, sebuah festival musik metal yang digelar keliling Eropa, Juli-Agustus lalu. Terakhir, baru-baru ini, Rise To Remain dinobatkan sebagai "Band Baru Terbaik" oleh majalah metal terkenal di Inggris Raya, Metal Hammer. 

"Tentu menyenangkan sekali bisa ikut tur bersama Iron Maiden. Kami sebenarnya sering ditawari, tapi baru kali ini bersedia," ujar Austin, kepada Metal Obsession. "Kami berkesempatan mengunjungi tempat-tempat yang mungkin tak akan kami kunjungi dalam 10-20 tahun mendatang, seperti Indonesia dan Australia." 

 
Tapi, tentu, tak bisa membanding kualitas vokal Austin dengan sang ayah, yang dikenal dengan lengkingan teriakan dahsyatnya. Selain musik yang diusung berbeda, kapasitas Austin sebagai vokalis metal tentu belum apa-apa dibanding Bruce. 

Namun, tentu, like father, like son, ekspresi Austin dengan Bruce saat bernyanyi nyaris identik. Mungkin juga lantaran wajah mereka memang mirip. So, menarik ditunggu aksi Bruce junior ini bersama Rise To Remain di Jakarta, 17 Februari, dan Bali, tiga hari kemudian. Will you be there?  

Salam Maiden

Monday, January 31, 2011

Mr. Big Kembali Utuh setelah 4 Tahun!

MR. BIG (istimewa)
YA, tahun ini  mungkin akan menjadi tahun kelahiran kembali Mr. Big. Setelah terakhir kali merilis album Actual Size, di tahun 2001, tahun ini kelompok musik pengusung hard rock/heavy metal asal Los Angeles, Amerika Serikat (AS) ini kembali mengeluarkan album baru berjudul What If.

Yang menarik, di album ni, Mr. Birg kembali tampil dengan anggota asli mereka: Eric Martin (vokal), Paul Gilbert (gitar), Billy Sheehan (bass), dan Pat Torpey (drum). Seperti diketahui, terakhir kali, formasi ini merilis album bertitle Hey Man, pada tahun 1996 atau 14 tahun yang lalu.

Gilbert dan Sheehan memang sempat hengkang dari  Mr. Big. Gilbert cabut pada tahun 1997 dan sempat digantikan Richie Kotzen. Bersama Kotzen, Mr. Big merilis dua album: Get Over It (2000) dan Actual Size, sebelum Sheehan didepak lantaran dianggap terlalu mementingkan proyek solonya, antara lain bersama gitaris Steve Vai. Sheehan juga sempat membentuk grup jazz fusion bernama Niacin.

Hebatnya, setelah 14 tahun, Mr. Big nyaris tak berubah. Lagu-lagu di album baru ini pasti akan mengingatkan kita lagu-lagu di album-album lawas mereka. Sebut saja lagu “Undertow” dan “Still Ain’t Enough for Me”, yang sejenis dengan lagu “Daddy, Brother, Lover, Little Boy”di album kedua mereka, Lean Into It. Sedangkan “Stranger in My Life” seperti mewakili lagu-lagu manis khas Mr. Big, semodel “Anyhthing For You”, “Promise Her the Moon”, atau “The Chain” di album-album lama mereka.

Mr. Big memang tetap big. Kekuatan skill masing-masing personel, mampu menyatu, menyuguhkan komposisi-komposisi yang tak hanya enak di telinga, melainkan juga mumpuni dari sisi musikalitas.
Kemampuan bermusik Eric Martin dan kawan-kawan memang tak perlu diragukan lagi. Sheehan, misalnya, berkali-kali dinobatkan sebagai Pemain Bass Terbaik oleh berbagai majalah atau institusi musik sedunia.

Sementara Gilbert, bahkan sempat disebut-sebut sebagai gitaris terbaik di era 1990-an.
Torpey? Dia bahkan dikontrak secara khusus oleh produsen drum, Tama, untuk menggelar sejumlah choacing clinic. Sementara Eric Martin, dengan vokalnya kerap mampu membius siapa pun yang mendengarnya, terutama kaum hawa.

Mr. Big sendiri, sebenarnya telah menyatakan resmi bubar pada tahun 2002, setelah menggelar konser perpisahan. Namun, secara mengejutkan, pada tahun 2009, mereka menggelar tur di Jepang, termasuk di Indonesia, dengan formasi awal. Rupanya, inilah cikal-bakal kembali Mr. Big ke pentas musik dunia.

Mr. Big sendiri pertama kali dibentuk sekitar tahun 1988. Ketika itu, Sheehan baru saja meninggalkan David Lee Roth Band, dan mengajak Eric Martin membentuk sebuah grup. Mereka kemudian menggamit Gilbert, yang saat itu sudah melambung bersama Racer X. Torpey, yang sebelumnya dikenal sebagai drummer yang kerap membantu musisi-musisi top, kemudian datang melengkapi formasi.

Album pertama mereka, dengan Mr. Big memang tak terlalu membuat heboh, meski lagu “Anyhthing for You” sempat mendapat tanggapan cukup positif di kalangan penggemar. Nama Mr. Big baru benar-benar menjulang saat merilis album kedua, Lean Into It pada tahun 1991.

Lagu-lagu di album tersebut, seperti “To be With You”, “Green-Tinted Sixties Mind”, “Just Take My Heart”, ataupun “Alive and Kickin’” sempat merajai berbagai tangga musik di AS.

Nama Mr. Big makin diperhitungkan usai mengeluarkan album ketiga, Bump Ahead di tahun 1993 dengan lagu andalan “Wild World”, yang merupakan karya asli penyanyi religius, Cat Stevens yang kemudian berganti nama Yusuf Islam.

Sayang, setelah mengeluarkan album Hey Man, mereka sempat tenggelam. Kehadiran Kotzen ternyata tak mampu menarik simpati penggemar Mr. Big yang sudah tergila-gila dengan gaya gitaran Gilbert. Dan, album terbaru mereka ini bisa jadi pembuktian bagi Mr. Big, bahwa mereka memang benar-benar telah kembali.

Salam Big
Diskografi Mr. Big
* Mr. Big (1989)
* Lean Into It (1991)
* Bump Ahead (1993)
* Hey Man (1996)
* Get Over It (2000)
* Actual Size (2001)
* What If… (2011)
Referensi: mrbigsite, wikipedia


Monday, January 24, 2011

Bruce Dickinson, Rocker yang Gila Terbang

BRUCE DICKINSON (foto: rockcircus)
ROCKER atau pilot? Tak hanya dua profesi itu. Bruce Dickinson juga mendalami olahraga anggar dan tulis-menulis. Ya, Dickinson, vokalis kelompok musik heavy metal Iron Maiden, yang akan tampil di Jakarta dan Bali pada 17 dan 20 Februari ini, memang sosok penuh bakat.

Dickinson, 52 tahun, bahkan telah mempelajari anggar saat masih berusia 13 tahun. Sementara, banyak orang baru ngeh, bahwa dia juga pandai menulis saat menerbitkan sekuel  Lord Iffy Boatrace dan The Missionary Position di  tahun 1990 dan 1992, yang terjual sekitar 30 ribu kopi.

Tapi, Dickinson adalah vokalis Maiden, band yang pernah begitu merajai  pelataran rock dunia di era 1980-an.  Tapi, Dickinson juga seorang pilot profesional yang telah memiliki lisensi terbang sejak tahun 1990-an dan sejak tahun 2007, bekerja di perusahaan penerbangan Astraeus, sebagai managing director dan kapten. Dickinson  biasa menerbangkan pesawat Boeing 757. Jadi, sebut saja dia rocker yang gila terbang. Atau, pilot yang ngerock?

Di Astraeus, Dickinson bertugas menerbangkan pesawat komersil Boeing 757 dari Inggris Raya dengan tujuan Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Namun, Dickinson juga punya pengalaman terbang ke wilayah konflik. Ya, pada tahun 2007, dia pernah ditugaskan mengangkut sekitar 200 warga Inggris Raya dari Lebanon saat terjadi konflik.

Dickinson juga punya pengalaman lain, saat menerbangkan klub sepak bola Skotlandia, Rangers FC, ke Israel saat bertanding di Piala UEFA lawan Hapoel Tel Aviv. Klub elite Inggris, Liverpool, juga pernahdia terbangkan saat duel lawan Napoli di Italia, Oktober 2010 lalu.

Sementara untuk grupnya, Dickinson mulai menjadi pilot bagi rekan-rekannya saat tur  dunia Somewhere Back in Time pada tahun 2008-09. Ketika itu, menggunakan pesawat khusus yang diberi nama “Ed Force One”, mereka menjelajah 20 kota di 13 negara dengan Dickinson sebagai pilot dan vokalisnya!

Untuk tur di Indonesia, yang punya title “The Final Frontier World Tour 2011″, Dickinson kabarnya juga menerbangkan sendiri pesawat Iron Maiden, yang konon akan mendarat di Halim Perdana Kusuma.

Rombongan Iron Maiden kabarnya berkekuatan 70 orang plus barang bawaan tak kurang dari 20 ton!
Dickinson memang bukan hanya sosok vokalis yang punya suara dan aksi panggung ciamik. Karisma dia, di panggung dan kehidupan sehari-hari pun amat melekat di kalangan penggemar Iron Maiden. Tak heran, banyak penggemar kehilangan, saat Dickinson mundur dari Iron Maiden pada tahun 1993 untuk fokus di solo albumnya.

Kehadiran Blaze Bayley, sebagai vokalis pengganti, dianggap jauh dari harapan. Karakter vokal Bayley yang berbeda dianggap telah membunuh nyawa lagu-lagu Iron Maiden. Maka itu, kembalinya Dickinson sebagai vokalis utama grup ini pada tahun 1999 bersama gitaris Adrian Smith yang sempat mundur pada tahun 1990, disambut gegap gempita.

 Bruce (tengah) dalam aksi panggungnya yang energik  (foto: dailymail/reuters)
Dickinson sendiri pertama kali bergabung dengan Maiden pada tahun 1981 menggantikan vokalisnya sebelumnya, Paul Di’Anno, yang kerap bermasalah dengan alkohol. Hebatnya, album pertama Maiden bersama Dickinson, di tahun 1982, The Number of the Beast, langsung membawa Maiden menjulang.

Mereka pun mulai diperhitungkan sebagai salah satu band terbesar masa itu. Terutama usai merilis album  Piece of Mind dan Powerslave di tahun 1983 dan 1984. Lagu-lagu yang terdapat di dua album tersebut, seperti “Aces High, “2 Minutes to Midnight”, Powerslave”, “Where Eagles Dare”, “Flight of Icarus”, termasuk lagu favorit saya, “The Trooper”, menjadi lagu wajib dengar di kalangan metal head ketika itu.

Kejayaan Maiden bersama Dickinson pun tak luntur ditelan zaman, meski belakangan muncul grup-grup baru dengan jenis musik yang beragam. Buktinya, Agustus tahun lalu, Maiden merilis album terbaru mereka, “The Final Frontier“.

Gaya mereka pun masih sama. Musik Maiden  pun tak jauh berbeda dengan yang mereka mainkan di tahun 1980-an. Masih menderu-deru, dengan gebukan drum Nicko McBrain yang berbalut cabikan bass apik dari Steve Harris. Sementara vokal Dickinson, seperti biasa, melengking mengikuti rangungan gitar Janick Gers, Adrian Smith, dan Dave Murray.
Salam Maiden




Diskografi Iron Maiden
* Iron Maiden (1980)
* Killers (1981)
* The Number of the Beast (1982)
* Piece of Mind (1983)
* Powerslave (1984)
* Somewhere in Time (1986)
* Seventh Son of a Seventh Son (1988)
* No Prayer for the Dying (1990)
* Fear of the Dark (1992)
* The X Factor (1995)
* Virtual XI (1998)
* Brave New World (2000)
* Dance of Death (2003)
* A Matter of Life and Death (2006)
* The Final Frontier (2010)
Album Solo Dickinson Dickinson
* 1990: Tattooed Millionaire
* 1994: Balls to Picasso
* 1996: Skunkworks
* 1997: Accident of Birth
* 1998: The Chemical Wedding
* 2005: Tyranny of Souls