ROBERTO DONADONI (foto: calcioweb) |
BAGI Roberto Donadoni Parma belum selesai. Federasi
Sepak Bola Italia (FIGC) menyatakan mereka bangkrut lantaran tak mampu membayar
utang yang mencapai 218 juta euro atau sekitar Rp 3,1 triliun. Presiden Parma,
Giampietro Manenti, dijebloskan ke penjara lantaran tersangkut
kasus pencucian uang. Parma juga dikenakan pengurangan nilai total tujuh poin.
Namun, Dodadoni “tutup mata”.
Tujuh poin yang
diambil FIGC ini jelas membuat Parma makin sengsara. Kini mereka berada di
dasar klasemen Seri A dengan 16 poin dari 33 laga. Untuk
selamat dari degradasi, Parma butuh 15 poin dari lima laga tersisa,
dengan catatan tiga tim di atas mereka: Atalanta, Cagliari, dan Cesena gagal
meraih hasil-hasil positif. Agak mustahil, sepertinya.
Namun, lagi-lagi,
Donadoni, 51 tahun, yang melatih Parma sejak Januari 2012, percaya,
masih ada secercah harapan untuk bangkit. Maka itu, tak pernah dia menyerah. Donadoni
bahkan bergeming meski ada beberapa klub ingin memboyongnya. “Parma boleh kolaps,
tapi semangat kami tidak!” ujarnya.
Kini, bersama
pasukannya, Donadoni coba kembali merangkai harapan-harapan itu, sekecil apa pun. Setidaknya untuk
menyelamatkan harga diri mereka hingga akhir musim.
Tapi, bagaimana
bisa mengangkat semangat dan
moral pemain yang semusim penuh belum
dibayar gajinya? Ternyata Donadoni bisa. Buktinya, belakangan Parma terus
menampakkan performa menanjak.
Dalam enam laga
terakhir, sebelum dikalahkan Lazio, mereka hanya kalah sekali. Sisanya, dua
kali imbang, tiga kali menang. Parma menahan tim kuat Internazionale (1-1) dan
mengalahkan kandidat juara Juventus 1-0. Terakhir, Antonio Nocerino dan
kawan-kawan menghajar Palermo 1-0, akhir pekan lalu.
Apa rahasia
Donadoni? “Saya katakan kepada pemain, hanya pikirkan masa depan Anda,” ujar
mantan sayap AC Milan yang dikenal memiliki gocekan maut itu.
Dan, Donadoni
menyebut, sukses mereka mengalahkan Juventus di giornata ke-29 ibarat dongeng, yang membuat semangat bangkit
pasukannya makin menjadi. “Saya sangat bangga terhadap pemain,” ujar Donadoni,
nyaris menitikkan airmata.
Antonio Nocerino dan kawan-kawan tetap semangat meski gajinya belum dibayar semusim penuh. (foto: eurosports) |
Kisah Parma musim
ini memang memilukan. Mereka terancam bubar karena masalah finansial. Bahkan,
musim ini pun, mereka sebenarnya terancam tak bisa menyelesaikan kompetisi jika
tidak dapat bantuan dana 5 juta euro dari Lega Calcio, operator Seri A. Parma
juga sempat gagal mementaskan dua laga kandangnya,
karena tak mampu membayar steward dan
petugas keamanan/kepolisian untuk mengamankan pertandingan di Stadion Ennio
Tardini.
Saat ini, pemain
Parma juga bergantian mengemudi bus tim mereka menuju stadion saat pertandingan
karena tak punya uang untuk membayar driver.
Usai laga, pemain Parma juga harus mencuci sendri kostum tim mereka.
Tapi, ternyata
mereka masih punya semangat juang luar biasa di lapangan. Dan, jika di akhir
musim nanti, Parma selamat dari degradasi, perjuangan
mereka benar-benar seperti dalam
dongeng. Dongeng
yang seharusnya bisa menginspirasi siapa pun, bahwa tak boleh hilang semangat,
dalam kondisi sesulit apa pun.*
*Tulisan ini dimuat di Harian TopSkor Edisi Kamis, 30 April 2015
No comments:
Post a Comment