Thursday, April 30, 2015

Donadoni dan Dongeng Parma


ROBERTO DONADONI (foto: calcioweb)
BAGI Roberto Donadoni Parma belum selesai. Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) menyatakan mereka bangkrut lantaran tak mampu membayar utang yang mencapai 218 juta euro atau sekitar Rp 3,1 triliun. Presiden Parma, Giampietro Manenti, dijebloskan ke penjara lantaran tersangkut kasus pencucian uang. Parma juga dikenakan pengurangan nilai total tujuh poin. Namun, Dodadoni “tutup mata”.

Tujuh poin yang diambil FIGC ini jelas membuat Parma makin sengsara. Kini mereka berada di dasar klasemen Seri A dengan 16 poin dari 33 laga. Untuk selamat dari degradasi, Parma butuh 15 poin dari lima laga tersisa, dengan catatan tiga tim di atas mereka: Atalanta, Cagliari, dan Cesena gagal meraih hasil-hasil positif. Agak mustahil, sepertinya.


Namun, lagi-lagi, Donadoni, 51 tahun, yang melatih Parma sejak Januari 2012, percaya, masih ada secercah harapan untuk bangkit. Maka itu, tak pernah dia menyerah. Donadoni bahkan bergeming meski ada beberapa klub ingin memboyongnya. “Parma boleh kolaps, tapi semangat kami tidak!” ujarnya.

Kini, bersama pasukannya, Donadoni coba kembali merangkai harapan-harapan itu,  sekecil apa pun. Setidaknya untuk menyelamatkan harga diri mereka hingga akhir musim.
Tapi, bagaimana bisa mengangkat semangat dan moral pemain yang semusim penuh belum dibayar gajinya? Ternyata Donadoni bisa. Buktinya, belakangan Parma terus menampakkan performa menanjak.

Dalam enam laga terakhir, sebelum dikalahkan Lazio, mereka hanya kalah sekali. Sisanya, dua kali imbang, tiga kali menang. Parma menahan tim kuat Internazionale (1-1) dan mengalahkan kandidat juara Juventus 1-0. Terakhir, Antonio Nocerino dan kawan-kawan menghajar Palermo 1-0, akhir pekan lalu.

Apa rahasia Donadoni? “Saya katakan kepada pemain, hanya pikirkan masa depan Anda,” ujar mantan sayap AC Milan yang dikenal memiliki gocekan maut itu.

Dan, Donadoni menyebut, sukses mereka mengalahkan Juventus di giornata ke-29 ibarat dongeng, yang membuat semangat bangkit pasukannya makin menjadi. “Saya sangat bangga terhadap pemain,” ujar Donadoni, nyaris menitikkan airmata.

Antonio Nocerino dan kawan-kawan tetap semangat
meski gajinya belum dibayar semusim penuh. (foto: eurosports)
Kisah Parma musim ini memang memilukan. Mereka terancam bubar karena masalah finansial. Bahkan, musim ini pun, mereka sebenarnya terancam tak bisa menyelesaikan kompetisi jika tidak dapat bantuan dana 5 juta euro dari Lega Calcio, operator Seri A. Parma juga sempat gagal mementaskan dua laga kandangnya, karena tak mampu membayar steward dan petugas keamanan/kepolisian untuk mengamankan pertandingan di Stadion Ennio Tardini.

Saat ini, pemain Parma juga bergantian mengemudi bus tim mereka menuju stadion saat pertandingan karena tak punya uang untuk membayar driver. Usai laga, pemain Parma juga harus mencuci sendri kostum tim mereka.

Tapi, ternyata mereka masih punya semangat juang luar biasa di lapangan. Dan, jika di akhir musim nanti, Parma selamat dari degradasi, perjuangan mereka benar-benar seperti dalam dongeng. Dongeng yang seharusnya bisa menginspirasi siapa pun, bahwa tak boleh hilang semangat, dalam kondisi sesulit apa pun.*

*Tulisan ini dimuat di Harian TopSkor Edisi Kamis, 30 April 2015


No comments:

Post a Comment