JUMAT malam itu, 27 Maret 2015,
terasa begitu istimewa bagiku. Bersama empat rekan aku menghabiskan malam
menyaksikan konser God Bless di Dock 88, La Piazza, Kelapa Gading. Bagaimana
tidak istimewa? God Bless gitu loh…. Band legendaris yang telah hidup di negeri
ini lebih dari 40 tahun! Band rock lokal yang paling memengaruhi masa-masa
remajaku selain Grass Rock.
Masih terekam betul dalam benak ini.
Sekitar tahun 1988, pertama kali aku menyaksikan God Bless lewat layar kaca, di
acara Aneka Ria di TVRI. “Kehidupan”, itulah lagu pertama mereka yang kukenal.
Lagu yang kemudian menjadi salah satu hits album di Semut Hitam, album God
Bless yang disebut-sebut paling sukses secara penjualan.
Lagu “Kehidupan” ini juga yang kemudian
mengantarkanku semakin intens berkenalan dengan musik God Bless, selain
lagu-lagu Iwan Fals serta glam rock ala Gun’s N Roses, Skid Row, Poison dan
kawan-kawan.
God Bless sendiri tampil sekitar pukul
21.00 WIB, setelah sebelumnya panggung jadi milik The Specialist, home band
Dock 88. Cukup menghibur juga penampilan band dengan dua vokalis ini.
Ahmad Albar dan Ian Antono |
Membawakan lagu-lagu rock hits di era
1970-an hingga 1990-an, The Specialist mampu mengangkat hype audiens dengan
nomor-nomor kencang seperti “Still of The Night” dari Whitesnake, “Highway to
Hell” (AC/DC), “You Give Love a Bad Name” (Bon Jovi) dan lainnya. Sang vokalis
juga sempat memukau audiens dengan vokal ciamiknya saat membawakan lagu Steel
Heart, “She’s Gone”.
Namun, massa begitu saja lupa akan
penampilan keren mereka begitu God Bless naik panggung. Ukuran panggung sendiri
tak terlalu besar. Mungkin sekitar 20×10 meter. Namun, itu justru membuat
artist dan penonton jadi nyaris tak berjarak, intim.
Tiket yang dijual dengan harga minimal Rp
100 ribu untuk konser dengan tajuk “A Night of Legend” ini sendiri sold out
alias ludes, des. Sehingga begitu banyak pengunjung yang harus rela menonton
dari luar arena, termasuk teman-teman dari God Bless Community (GBC), kelompok
fan militan God Bless. Namun, lantaran konsep arena yang setengah terbuka,
mereka masih bisa menikmati jalannya konser dari luar, meski dengan sudut
pandang yang tak ideal.
Alhasil, penonton yang berada di dalam dan
luar venue pun sama banyak jumlahnya. Mungkin jika ditotalnya mencapai seribu
orang, atau mungkin lebih.
Aku dan kawan-kawan beruntung karena bisa
menyaksikannya dari dalam dengan bantuan teman dari GBC. Aku pun berkesempatan
dan leluasa mengambil gambar, bahkan sampai ke bibir panggung.
Tapi, terus terang, agak sulit membagi
konsentrasi, antara mengambil gambar dan menikmati show. Apalagi lagu-lagu
yang dimainkan, semuanya sangat, sangat familiar dengan telinga ini.
Bakar Adrenalin
Tampil dengan formasi Ahmad Albar (vokal),
Ian Antono (gitar), Donny Fattah (bass), Abadi Soesman (keyboard) dan
addiotional drummer, Fajar Satritama, total, God Bless memainkan 16 lagu malam
itu.
Mereka membuka konser dengan lagu “Bla,
Bla, Bla” yang diambil dari album Semut Hitam. Lagu ini kontan langsung
membakar adrenalin penonton.
Ahmad Albar |
Wajar pula jika massa di dalam arena yang
awalnya hanya duduk di depan meja—mungkin konsep awalnya demikian—lama-lama
ikut merangsek ke depan panggung. Suasana pun jadi mirip konser rock
“sungguhan”. Bahkan ada beberapa penonton naik ke atas meja, benar-benar bikin
merinding!
Ini masih didukung dengan aksi-aksi
panggung para personel God Bless juga sangat atraktif. Albar, di usianya yang
telah mencapai 68 tahun, bahkan masih sempat berlari-lari di panggung saat lagu
“Bis Kota”. Dia juga sangat komukatif dengan penonton.
“Udah capek belum????” begitu dia
berteriak kepada penonton, di tengah-tengah konser. Massa pun serempak menjawab
“beluuummmm..” “Bagus!!! Gue juga belum capek,” dia menimpali. Ah, Ahmad
Albar…. Doi memang rocker sejati!
Selain Albar, penampilan Donny Fattah,
sang bassist, di sisi kanan panggung juga sangat energik. Menggunakan bass
senar lima, dia begitu atraktif dengan gayanya yang nyentrik. Hasilnya, kamera
otomatisku jadi kesulitan menangkap aksi-aksinya. Om Dons…. you’re my
bass hero.
Ian Antono |
Ian Antono, seperti biasa sangat kalem di
panggung. Namun, di setiap interlude lagu, jari-jarinya berubah menjadi garang,
super garang bahkan. Termasuk saat memainkan part-part milik Eet Sjahranie di
lagu “Serigala Jalanan”. Wow….Ian Antono berubah jadi shred guitarist.
Di album apa Kabar? (1997), lagu ini memang dimainkan dengan format double
lead: Eet dan Ian Antono.
Abadi Soesman juga tak kalah unjuk
kebolehan. Terutama pada lagu “Anak Adam” yang berdurasi lebih dari 11 menit.
Terasa betul kematangan keyboardist yang juga pernah lama bersama Guruh Gispy
dan Bharata Band ini dalam menggerayangi tuts-tuts keyboard.
Abadi Soesman yang baru kembali bergabung
pada tahun 2002, memang tak asing dengan lagu “Anak Adam”. Sebab, dialah yang
memainkan lagu tersebut di album Cermin, tahun 1980. Bahkan di album ini dia
juga sempat menyumbang lagu ciptaannya, “Insan Sesat”, yang kemudian dijadikan
nama band oleh teman-teman GBC yang dikomandani sang presiden, Asriat Ginting.
Di album Cermin itu, Abadi Soesman masuk
menggantikan Jockie Surjoprajogo, yang sempat hengkang usai album pertama God
Bless, tahun 1975. Jockie sendiri kembali pada album Semut Hitam, sebelumnya
akhirnya kembali meninggalkan God Bless, usai album Raksasa (1989). Kali ini
bersama drummer Teddy Sunjaya.
Uniknya keduanya kembali pada tahun 1997,
bersama Ian Antono, yang ditandai dengan dirilisnya album Apa Kabar? Baru,
setelah album ini Jockie dan Teddy benar-benar keluar.
Dan, ketika itu, lagi-lagi Abadi Soesman kembali datang menyelamatkan God Bless, mengisi tempat yang ditinggalkan Jockie. Sementara tempat Teddy sempat digantikan oleh Yaya Moektio, sebelum Fajar masuk pada sebagai additional. Mantan drummer Krakatau, Gilang Ramadhan juga sempat duduk di belakang set drum God Bless.
Performa Fajar sendiri luar biasa, malam
ini. Drummer Edane ini membuat lagu-lagu God Bless jadi lebih bertenaga. Dua
jempol untuk om Fajar.
Donny Fattah (kiri) dan Abadi Soesman |
Super Puas
Yang jelas, kami semua, penonton, bisa
pulang dengan puas. Aku sendiri sempat nyaris menangis saat God Bless membawa
dua lagu dari album solo Ahmad Albar dan bersama Duo Kribo, secara
berturut-turut, “Syair Kehidupan” dan “Panggung Sandiwara”. Saat ikut
bernyanyi di dua lagu tersebut, seperti ada airmata menetes di pipi ini.
Bukan apa-apa dua lagu tersebut, yang
dirilis tahun 1980 dan 1978, mengingatkanku akan masa remajaku lantaran kembali
ngetop di tahun 1990-an dengan berbagai cover versionnya.
Termasuk almarhumah ibuku, yang memang
sangat menyukai dua lagu ini. Sering beliau bersandung dua lagu ini saat aku
memainkannya dengan gitar..ahhh. Tapi, begitu sadar di sebelahku ada Mas
Agus Widodo, seorang kawan dari GBC, Aku jadi malu sendiri..he, he, he…
Penulis (ketiga dari kanan) bersama Presiden GBC, Asriat Ginting (berkaca mata hitam) dan rekan-rekan. |
Well, mungkin terlalu panjang jika terus
kulanjutkan cerita tentang God Bless ini dan kenangan-kenanganku. Yang jelas,
salut untuk penampilan God Bless yang luarrrrr biasa ini. Dengan usia yang
rata-rata di atas 64 tahun—Ahmad Albar bahkan telah medekati 70
tahun—stamina personel God Bless masih benar-benar oke untuk bermain konstan
selama sekitar dua jam.
Terima kasih teman-teman dari Rock Hits:
Muhammad Taufik, Joe Tobing, dan kakak-beradik Rudolph dan Simon, yang telah
menemaniku menikmati malam yang luar biasa ini. Kebersamaan kami malam
itu pun juga ditutup dengan menyantap bubur ayam..ha,ha, ha….
Thanks juga Asriat Ginting dan Nugroho
(Smen New Grow) serta teman-teman dari GBC yang ikut membuat malam Sabtuku
menjadi luar biasa indah. GBC ini memang luar biasa. Militan, cadas, dan
kompak!
Untuk pahlawan-pahlawanku di God Bless,
terus berkarya, long live, dan keep rock n roll dudeess...Dudes?
Udah di atas 60 tahunan bro.. ha, ha, ha….
Bekasi, 29 Maret, 03.40 WIB
Edu Krisnadefa
Set List God Bless di Dock 88, La Piazza
1. Bla bla bla
2. Diskriminasi
3. Menjilat Matahari
4. Rumah kita
5. Emosi
6. Srigala Jalanan
7. Anak Adam
8. Bara Timur
9. Syair kehidupan
10. Panggung Sandiwara
11. Asasi
12. Kehidupan
13. Bis Kota
14. Semut hitam
15. Ogut Suping
16. Trauma
2. Diskriminasi
3. Menjilat Matahari
4. Rumah kita
5. Emosi
6. Srigala Jalanan
7. Anak Adam
8. Bara Timur
9. Syair kehidupan
10. Panggung Sandiwara
11. Asasi
12. Kehidupan
13. Bis Kota
14. Semut hitam
15. Ogut Suping
16. Trauma
God Bless memang luar biasa. Tiga tahun lalu ku juga terkesima melihat langsung aksi panggung mereka yang 'berenergi'. Dalam show mereka tetap prima, padahal usia personel God Bless sudah sepuh. Memang God Bless tiada duanya.
ReplyDeleteBetul brader....God Bless memang tiada duanya hehhee....profesional banget pas di panggung..kekurangan satu dua okelah, tapi secara umum di usia yang udah sepuh gitu, mereka masih luarrrr biasa hehehee
DeleteWoooww.... sayang gak tau info ini, aku suka bangeeett lagu Syair kehidupan..dan no. 16..
ReplyDelete1-16 okeeee lah semuanya...mantap mas edu...
hahhaha iya sayang ibu Seno gak nonton ya hehhee..lagu2nya bener-bener yang nendang yang dibawain...tapi sayang lagu favoritku "musisi" gak dibawain, tapi sudahlah...hehehehehe
DeleteMembaca ini berasa lg ikutan nonton juga...keren!
ReplyDeleteterima kasih mbak Melly..terima kasih juga sudah singgah di blog saya..heheheh sukses buat mbak Melly...salam :)
DeletePuas Bacanya, gimana nontonnya ya Mas...:D
ReplyDeletehahahahah bisa aja mas Denny..matur suwun mas...makasih dah mampir hehehehe sukses selalu
DeleteDahsyatnya God Bless dan dahsyatnya tulisan seorang fans sejati
ReplyDeleteLong Live Classic-rock!