RICARDO KAKA (foto: bmwz8us.deviantart) |
IBARAT bunga, Ricardo Kaka justru
rontok saat tengah berkembang. Ya, laga Brasil lawan Pantai Gading, Minggu
(20/6) di Grup G, yang seharusnya menjadi laga kebangkitannya justru berubah
mejnadi partai yang menyesakkan bagi pria berusia 28 tahun ini.
Kaka harus keluar lapangan
lebih cepat daripada rekan-rekannya lantaran kartu merah dari wasit Stephane
Lannoy, setelah menerima dua kartu kuning. Memang, kartu kuning kedua yang
diterimanya masih bisa diperdebatkan lantaran Abdul Kader Keita, yang dilanggar
oleh Kaka, bersandiwara sedemikian rupa.
Pemain Pantai Gading itu
bergulingan sambil memegangi wajahnya . Padahal, dalam tayang ulang, terlihat
jelas, yang disikut Kaka adalah dada Keita, bukan wajahnya.
Namun, tetap saja muncul
pertanyaan, mengapa seorang Kaka bisa begitu lepas kendali dengan menyikut
Keita. Padahal, boleh dibilang, dia sebenarnya justru tengah menikmati pertandingan
tersebut.
Dua gol awal kemenangan 3-1
Brasil yang dicetak Luis Fabiano dan Elano, tak lepas dari andil Kaka.
Penampilan Kaka juga jauh lebih cemerlang daripada ketikamembawa “Selecao” menang 2-1 atas Korea Utara di laga
pertama Grup H.
Pendek kata, laga yang
digelar di Stadion Soccer City itu seharusnya menjadi pembuktian kebintangan
Kaka, setelah serangkaian periode tak mengenakkan yang dialaminya sepanjang
musim 2009/10.
Ya, memang bukan rahasia lagi jika pemilik nama lengkap Ricardo
Izecson dos Santos Leite itu mengalami periode buruk belakangan ini.
Di
klubnya, Real Madird, Kaka tak hanya gagal membawa “Los Galacticos” meraih
barang satu trofi. Dia juga sempat mengalami cedera panjang yang membuat orang
bertanya-tanya apakah transfer 65 juta euro (sekitar Rp 726,8 miliar) yang
dikeluarkan Madrid saat merekrutnya dari AC Milan, sepadan.
Di luar itu, kehadiran Kaka
di Afrika Selatan, sebelumnya juga sempat diragukan, menyusul cedera betis yang
dialaminya. Tapi, saat berkesempatan menunjukkan kapasitas dia yang
sesungguhnya, suami Caroline Celico ini justru merusaknya dengan meyikut Keita,
apapun maksud Kaka.
Kelakuan itu juga bertolak
belakang dengan pribadi Kaka yang selama ini dikenal orang. Di luar lapangan,
Kaka adalah sosok yang santun. Tak seperti pemain Brasil kebanyakan, yang
datang dari keluarga broken home dan lingkungan kumuh, Kaka
lahir dari keluarga menengah ke atas, yang membuatnya tahu bagaimana bersikap
ala kaum aristokrat.
Kaka juga sosok yang saleh.
Setiap mencetak gol, dia selalu menengadahkan tangannya ke atas, tanda syukur
kepada Tuhan. Tak jarang, Kaka juga menggunakan baju dalam bertuliskan
pesan-pesan religius.
Mungkinkah Kaka merasa
kesal, lantaran sepanjang pertandingan, dia terus dikasari para pemain Pantai
Gading? Atau ada penyebab lain, yang membuat Kaka memang mengincar Keita.
Tentu, cuma Kaka yang tahu jawabannya.
Yang jelas, publik “Selecao” berharap
absennya Kaka di laga terakhir Brasil di Grup H, tak akan menghentikan langak “Selecao” ke babak 16 Besar. Sehingga, mereka
bisa berharap kembali menyaksikan sihir Kaka, tanpa kartu merah lagi, tentunya.
*
Tulisan ini dimuat di
Harian TopSkor edisi 23 Juni 2010
No comments:
Post a Comment