Monday, September 14, 2015

Ahmad Albar Petjahkan Bekasi Rock City!

AHMAD ALBAR in action
SELALU ada cerita indah di malam Minggu. Dan, Sabtu malam (12/9), cerita indah itu menjadi milik kami, saya dan istri tercinta, Winda Krisnadefa. Berdua, kami menghabiskan setengah malam menyaksikan penampilan super keren dari legenda musik rock negeri ini, Ahmad Albar.

Ah... sebenarnya nyaris saja saya melewatkan malam istimewa ini. Sebab, sedianya, malam itu, ada rencana saya berlatih bersama band saya, Mawar Berduri. Ini band buat fun aja.... Namun, karena satu dan lain hal, latihan diundur, sehingga jadilah saya dan istri menikmati malam panjang berdua. Anak-anak sementara kami titipkan ke asisten...ha, ha, ha.....

Ahmad Albar, ya Ahmad Albar. Pencinta musik di negeri ini, mana yang tidak mengenal nama ini. Sudah sejak tahun 1973, nama pria dengan gaya khas rambut kribonya ini malang melintang di dunia musik Indonesia.

Bahkan, jika dirunut ke belakang lagi, pria kelahiran Surabaya, 16 Juli 1946 ini sebenarnya sudah sejak usia belasan, berstatus musisi/penyanyi. Yaitu ketika membentuk band remaja bersama Titi Qadarsih dan Luluk Sumaryo. Kuarta Nada, namanya. Ahmad Albar kecil juga sempat tampil sebagai aktor utama di film Djendral Kantjil, pada tahun 1957 yang disutradarai Nya Abbas Akup.

Namun, memang, namanya baru benar-benar mewarnai khasanah musik rock Indonesia, saat dia kembali dari Belanda di awal tahun 1970-an. Bersama Ludwig Lemans (gitar), yang dia ajak dari Belanda, Donny Fattah (bass), Deddy Dores (kibor), dan almarhum Fuad Hassan (drum), Ahmad Albar membentuk sebuah band, yang kini telah menjadi legenda. Ya, God Bless!

Namun, jangan salah, di Belanda, atau tepatnya di Eropa sendiri, ketika itu nama Ahmad Albar sendiri sudah berkibar  bersama band yang dibentuknya, Take Five dan Clover Leaf bersama Om Ludwig. Seperti tertera di situs resmi God Bless, bersama Clover Leaf, setidaknya Ahmad Albar telah merilis tak kurang dari sembilan single.

Dari kiri: Bambang, Om Iyek, dan Utox Londalo
Dan, malam itu, di Downtown Walk Sumarrecon Mal Bekasi (SMB), ayah dari Fauzi, Fachry, dan Fadli ini menghibur kami, membakar adrenalin kami. Bekasi pun petjah....ha, ha, ha. Penonton yang hadir luar biasa, berjubel. Area Downtown Walk SMB berubah jadi lautan manusia.  Mereka, penonton, tidak hanya menyemut, melingkari panggung, namun masih ada juga yang memadati balkon-balkon Downtown Walk, menyaksikan konser dari lantai atas.

O, ya, konser ini merupakan bagian dari program musik Sumarrecon Mall dengan tajuk “The Sound of Memory” yang digelar sejak 29 Agustus lalu, dan berakhir 19 September mendatang. Bukan hanya Ahmad Albar, dua pekan sebelumnya juga hadir berturut-turut Ruth Sahanaya dan Dian Pramana Putra-Deddy Dhukun. Sementara Atiek CB akan tampil sebagai penutup program ini.

Saya sendiri sudah sejak sore mempersiapkan diri untuk menyaksikan konser ini...ha, ha, ha......Perjalanan kami sempat terhambat karena macet yang lumayan  saat keluar dari perumahan, tempat kami tinggal. Biasalah....Tapi, untung, saya dan istri akhirnya bisa datang tepat waktu, sekitar pukul 19.30 WIB, saat Ahmad Albar baru membuka konser dengan lagu Gong 2000, “Kepada Perang”.

Selain bersama God Bless, Ahmad Albar memang sempat juga membentuk Gong 2000 bersama dua personel God Bless lainnya: Ian Antono (gitar) dan Donny Fattah (bass). Mereka dibantu Harry Anggoman (kibor) dan Yaya Muktio (drum).

Proyek ini dimulai pada awal tahun 1990-an, dan berakhir, sesuai namanya, pada tahun 2000. Pembubaran grup ini ditandai dengan konser mereka pada 31 Desember 2000 atau malam tahun baru 2001, di Ancol. Gong 2000 sempat merilis tiga album studio: Bara Timur (1991), Laskar (1993), dan Prahara (1998), plus double album live Gong Live, tahun 1992.

Sebenarnya, saya sempat janjian dengan Septo Bambang Mujiono, rekan dari Bekasi Rock Society dan kawan-kawan dari God Bless Community Indonesia (GBCI) dengan presidennya Asriat Ginting.  Namun, ya itu tadi. Lantaran begitu bejubelnya penonton, sulit bagi saya dan istri untuk langsung bisa bergabung dengan mereka.

Padahal, saya sebenarnya sudah melihat kawan-kawan dari GBCI di sisi kiri panggung. Seperti biasa, rekan-rekan dari GBCI ini begitu heboh .....Maka itu, meski dari jauh saya sudah bisa mengenali mereka. Tapi, ya itu tadi, karena padatnya penonton, akhirnya saya pun memutuskan menyaksikan konser, beberapa baris di depan panggung. Lumayan, setidaknya saya masih bisa mengambil gambar walau agak jauh. Sampai akhirnya Septo mengampiri di pertengahan konser.

UTOX LONDALO
Tampil Cool
Malam itu, Ahmad Albar tampil cool.  Dia mengenakan kaus ketat warna hitam dan celana jins hitam dipadu dengan ikat pinggang hitam bermata perak. Seperti biasa, di atas panggung, gayanya pun asyik. Band pengiringnya juga keren, Laskar Band, dengan formasi Utox Londalo (gitar), Harris (bass), Samboza (drum), Egy (kibor) dan vokalis Bambang, sebagai backing vokal Ahmad Albar.

Laskar memang band rock profesional yang sudah teruji tampil di berbagai ajang besar atau cafe. Mereka juga sudah terbiasa mengiringi Ahmad Albar, sehingga musik yang mereka mainkan pun begitu menyatu.

Setelah lagu pertama, Ahmad Albar berusaha berkomunikasi dengan penonton. “Apa kabar Bekasi.....” ujarnya, setengah berteriak. Tampak sang maestro agak surprise juga.... tidak menyangka, antusias luar biasa yang ditunjukkan rakyat rock Bekasi. Yeahh... Bekasi Rock City he, he, he...

Setelah itu digeberlah lagu “Bla, Bla, Bla”. Lagu ini diambil dari album God Bless, Semut Hitam, yang dirilis tahun 1988. Berhubung ini salah satu album favorit saya, maka saya pun langsung larut, ikut bernyanyi bersama sang superstar. Bukannya sombong, di album ini, hampir  semua lagunya saya hapal.....ha, ha, ha....

Di konser ini, Ahmad Albar juga melantunkan lagu “Anak Adam” yang diambil dari album God Bless, Cermin (1980), album yang disebut-sebut sebagai masterpiece God Bless, dan masih kental nuansa progressive rock-nya. Lagu “Anak Adam” ini aslinya berdurasi lebih dari 12 menit!

Di lagu ini, terlihat betul kematangan skill personel Laskar, yang memang merupakan musisi-musisi jempolan dengan jam terbang tinggi. Terutama Egy di kibor, yang memang amat dominan di lagu ini.

Aksi panggung Egy yang juga mengisi kibor di album Donny Fattah Project, juga sangat atraktif. Dia tidak hanya berdiri terpaku di depan kibor, melainkan juga beberapa kali maju ke tengah panggung dengan shoulder keyboard-nya, kibor gendong kata orang.

Lautan manusia mengempung panggung
Tak kalah dengan Egy, Utox,  sang gitaris, juga selalu mampu menghidupkan nyawa rock dengan sound gitar dan aksi panggungnya yang keren. Sayatan gitarnya memang sadis. Selain bersama Laskar, Utox juga tercatat merupakan personel d’Plant yang juga digawangi Oppie Danzo (vokal), Ossa Sungkar (drum), Atenk  (bass), dan Gatot Kies (kibor).

Sementara di sektor ritem, dengan dentuman bass dan gebukan drumnya, Harris dan Samboza begitu memberikan power pada musik yang dimainkan Laskar. Luar biasa stamina dua orang ini, terlihat betul mereka amat menikmati show.

Usai menggebar lagu-lagu nge-beat di awal, Ahmad Albar menurunkan suasana dengan mendendangkan lagu “Rumah Kita” yang juga diambil dari album Semut Hitam. Alhasil, teriakan-teriakan histeris penonton berubah menjadi paduan suara, karena nyaris mereka semua ikut bernyanyi.

O,iya penonton yang hadir datang dari berbagai kalangan dan usia. Mulai rejama, pasca-remaja, dewasa, hingga usia matang....ha,ha,ha...luar biasa... Mereka semua ikut bernyanyi, melompat-melompat, bahkan ada seorang pria setengah baya nekad naik ke atas panggung, berusaha memeluk Ahmad Albar, sebelum akhirnya diamankan petugas.

Di sebelah saya berdiri seorang bapak yang usianya kira-kira sepantaran ayah saya. Rambutnya putih. Beliau sangat fokus menonton. Sesekali dia berteriak..”Semut Hitam...Trauma..” menyebut hits-hits God Bless di akhir 1980-an. “Ikut nyanyi pak!” ujar saya. “Iya dalam hati...” dia menjawab, sambil bertepuk tangan mengikuti irama lagu.

Apa kabar Bekasiii...
Bikin Merinding
Namun yang membuat saya merinding, juga istri saya—menurut pengakuannya hehehe—adalah saat Utox meletakkan gitar listrik hijaunya dan berganti gitar kopong. Sebab, setelah itu meluncurlah lagu “Syair Kehidupan” dari kerongkongan Om Iyek. Widih ini lagu bikin meleleh....ha, ha, ha...
Bukan apa-apa, lagu ciptaan Ian Antono di album solo Ahmad Albar tahun 1980 ini, adalah sahabat setia semasa duduk di bangku SMP. Utamanya, saat gitaran dengan teman-teman sebaya,  nongkrong, menghabiskan malam, ’”nyekek botol” ha..ha..haha.

Apalagi, setelah itu, masih hanya dengan iringan gitar akustik Utox dan kibor Egy, Om Iyek langsung menyambungnya dengan lagu “Panggung Sandiwara”.  Ini lagu karangan penyair terkenal Taufik Ismail, yang dirilis Ahmad Albar bersama Duo Kribo (duet dengan Alm Ucok Harahap) di sekitar tahun 1977.

Berbagai kenangan pun berkelebat di benak, sambil mulutku terus bernyanyi. Kenangan indah masa remaja, termasuk bersama almarhum ibuku kembali  terbayang begitu jelas. Tak terasa basahlah pipi ini... Ahhh... aku pernah bercerita tentang ibuku yang amat menyukai lagu “Syair Kehidupan” dan “Panggung Sandiwara” di sini.

Untung, Ahmad Albar tak berlama-lama membuatku meleleh.  “Mari kita berjingrak-jingkrak lagi,” katanya. Malam itu, Ahmad Albar memang sangat komukatif kepada penonton. Beberapa kali dia bahkan melempar joke-joke segar. Legend gitu lho..sang raja panggung.

Lagu-lagu kencang pun kembali digeber...mulai “Menjilat Matahari”, “Ogut Suping”, “Kehidupan” (God Bless), “Bara Timur” (Gong 2000), hingga “Bis Kota” yang merupakan salah satu hits dari album solo Ahmad Albar.

Harus diakui, meski usianya telah mendekati 70 tahun, stamina Ahmad Albar masih amat prima. Seingat saya, nyaris tidak nada yang “out of tone” apalagi fals keluar dari kerongkongan om Iyek. Power vokalnya juga masih sangat dahsyat, meski tak lagi sering bermain pada nada-nada tinggi.

Secara keseluruhan, penampilan Ahmad Albar malam itu pantaslah diacungi dua jempol, bahkan mungkin tiga. Apalagi, penampilan Ahmad Albar bersama Laskar juga didukung dengan sound system yang begitu keren yang membuat konser ini jadi begitu sempurna: Cadas, joyfull, bring back my memories.....

Hebatnya, Ahmad Albar sama sekali tidak melihat set list urutan lagu-lagu yang dibawakan, luar biasa ingatan Om yang satu ini. Praktis, sejak konser dimulai, hingga berakhir sekitar pukul 20.45 WIB,  menyanyikan sekitar 12 lagu, vokalnya tetap konstan..wuihhh......

Show ini sendiri ditutup dengan lagu “Semut Hitam”, yang memang sudah ditunggu penonton. Dan, lagi, nyaris seluruh pengunjung yang hadir ikut bernyanyi untuk membuat malam itu semakin indah.

LASKAR BAND
Namun konser belum berakhir sebenarnya. Sebab, usai Ahmad Albar turun panggung, Laskar Band masih memberi kami bonus. Dua lagu pun mereka geber: “Rising Force” (Yngwie Malmsteen) dan “Final Countdown” (Europe) dengan lead vokal Bambang yang dahsyat, untuk benar-benar menyudahi malam rock n roll itu. Penonton pun puas.....

Usai konser, di lokasi aku masih sempat berkumpul, bersilaturahim dengan rekan-rekan dari Bekasi Rock Society dan GBCI. Dari GBCI, Om Asriat datang bersama pasukan militannya: Japra Case, Adiell Rock On, Nugroho Smen New Grow, Wowo Addaffa, Fatoni Wimbardi, Tamie Mellini, dan beberapa kawan lainnya.  Alhamdulillah, darah rock n roll membuatku tak pernah sendiri....
Salam untuk Bekasi Rock Society dan God Bless Community Indonesia

@edukrisnadefa
Foto: Edu Krisnadefa
My Lovely Wife

With Asriat Ginting, Presiden GBCI

With GBCI dan Bekasi Rock Society..Cadasss

"Semua angkat tangaaan...!" kata Om Iyek

Full House

Ngemall..sebelum apa sesudah konser yak??


2 comments:

  1. Asyik nih liat konser bareng istri, berasa kayak masih pacaran pasti yaa. Ahmad Albar masih semangat ya walopun dah berumur. Cadaaa bung.

    ReplyDelete
  2. hahahahaha iya mbak Prima...iya betul Ahmad Albar masih keren betul mbak hehehehe..terima kasih sudah membaca mbak Prima :)

    ReplyDelete