AHMAD ALBAR in action |
SELALU
ada cerita indah di malam Minggu. Dan, Sabtu malam (12/9), cerita indah itu
menjadi milik kami, saya dan istri tercinta, Winda Krisnadefa. Berdua, kami menghabiskan setengah malam menyaksikan penampilan super keren dari legenda musik rock negeri ini, Ahmad Albar.
Ah... sebenarnya nyaris saja saya
melewatkan malam istimewa ini. Sebab, sedianya, malam itu, ada rencana saya
berlatih bersama band saya, Mawar
Berduri. Ini band buat fun
aja.... Namun, karena satu dan lain hal, latihan diundur, sehingga jadilah saya
dan istri menikmati malam panjang berdua. Anak-anak sementara kami titipkan
ke asisten...ha, ha, ha.....
Ahmad Albar, ya Ahmad Albar.
Pencinta musik di negeri ini, mana yang tidak mengenal nama ini. Sudah sejak
tahun 1973, nama pria dengan gaya khas rambut kribonya ini malang melintang di
dunia musik Indonesia.
Bahkan, jika dirunut ke belakang
lagi, pria kelahiran Surabaya, 16 Juli 1946 ini sebenarnya sudah sejak usia
belasan, berstatus musisi/penyanyi. Yaitu ketika membentuk band remaja bersama Titi
Qadarsih dan Luluk Sumaryo. Kuarta Nada, namanya. Ahmad Albar kecil juga sempat
tampil sebagai aktor utama di film Djendral Kantjil, pada tahun 1957 yang
disutradarai Nya Abbas Akup.
Namun, memang, namanya baru
benar-benar mewarnai khasanah musik rock Indonesia, saat dia kembali dari
Belanda di awal tahun 1970-an. Bersama Ludwig
Lemans (gitar), yang dia ajak dari Belanda, Donny Fattah (bass), Deddy
Dores (kibor), dan almarhum Fuad
Hassan (drum), Ahmad Albar membentuk
sebuah band, yang kini telah menjadi legenda. Ya, God Bless!
Namun, jangan salah, di Belanda,
atau tepatnya di Eropa sendiri, ketika itu nama Ahmad Albar sendiri sudah berkibar bersama band yang dibentuknya, Take Five dan Clover Leaf bersama Om Ludwig.
Seperti tertera di situs resmi God Bless, bersama Clover Leaf, setidaknya Ahmad
Albar telah merilis tak kurang dari sembilan single.
Dari kiri: Bambang, Om Iyek, dan Utox Londalo |
Dan, malam itu, di Downtown Walk Sumarrecon Mal Bekasi (SMB),
ayah dari Fauzi, Fachry, dan Fadli ini menghibur kami, membakar adrenalin kami.
Bekasi pun petjah....ha, ha, ha. Penonton yang hadir luar biasa, berjubel. Area
Downtown Walk SMB berubah jadi lautan manusia. Mereka, penonton, tidak hanya menyemut,
melingkari panggung, namun masih ada juga yang memadati balkon-balkon Downtown
Walk, menyaksikan konser dari lantai atas.
O, ya, konser ini merupakan
bagian dari program musik Sumarrecon Mall dengan tajuk “The Sound of Memory” yang digelar sejak 29 Agustus lalu, dan berakhir
19 September mendatang. Bukan hanya Ahmad Albar, dua pekan sebelumnya juga
hadir berturut-turut Ruth Sahanaya dan Dian Pramana Putra-Deddy Dhukun.
Sementara Atiek CB akan tampil sebagai penutup program ini.
Saya sendiri sudah sejak sore
mempersiapkan diri untuk menyaksikan konser ini...ha, ha, ha......Perjalanan
kami sempat terhambat karena macet yang lumayan saat keluar dari perumahan, tempat kami
tinggal. Biasalah....Tapi, untung, saya dan istri akhirnya bisa datang tepat
waktu, sekitar pukul 19.30 WIB, saat Ahmad Albar baru membuka konser dengan
lagu Gong 2000, “Kepada Perang”.
Selain bersama God Bless, Ahmad
Albar memang sempat juga membentuk Gong 2000 bersama dua personel God Bless
lainnya: Ian Antono (gitar) dan Donny Fattah (bass). Mereka dibantu Harry Anggoman (kibor) dan Yaya Muktio (drum).
Proyek ini dimulai pada awal
tahun 1990-an, dan berakhir, sesuai namanya, pada tahun 2000. Pembubaran grup
ini ditandai dengan konser mereka pada 31 Desember 2000 atau malam tahun baru
2001, di Ancol. Gong 2000 sempat merilis tiga album studio: Bara Timur (1991),
Laskar (1993), dan Prahara (1998), plus double album live Gong Live, tahun 1992.
Sebenarnya, saya sempat janjian dengan Septo Bambang Mujiono, rekan dari
Bekasi Rock Society dan kawan-kawan dari God Bless Community Indonesia (GBCI) dengan presidennya Asriat Ginting. Namun, ya itu tadi. Lantaran begitu bejubelnya
penonton, sulit bagi saya dan istri untuk langsung bisa bergabung dengan mereka.
Padahal, saya sebenarnya sudah
melihat kawan-kawan dari GBCI di sisi kiri panggung. Seperti biasa, rekan-rekan
dari GBCI ini begitu heboh .....Maka itu, meski dari jauh saya sudah bisa
mengenali mereka. Tapi, ya itu tadi, karena padatnya penonton, akhirnya saya
pun memutuskan menyaksikan konser, beberapa baris di depan panggung. Lumayan,
setidaknya saya masih bisa mengambil gambar walau agak jauh. Sampai akhirnya
Septo mengampiri di pertengahan konser.
UTOX LONDALO |
Tampil Cool
Malam itu, Ahmad Albar tampil cool. Dia mengenakan kaus ketat warna hitam dan celana
jins hitam dipadu dengan ikat pinggang hitam bermata perak. Seperti biasa, di
atas panggung, gayanya pun asyik. Band pengiringnya juga keren, Laskar Band, dengan formasi Utox Londalo (gitar), Harris (bass), Samboza (drum), Egy
(kibor) dan vokalis Bambang, sebagai
backing vokal Ahmad Albar.
Laskar memang band rock
profesional yang sudah teruji tampil di berbagai ajang besar atau cafe. Mereka
juga sudah terbiasa mengiringi Ahmad Albar, sehingga musik yang mereka mainkan
pun begitu menyatu.
Setelah lagu pertama, Ahmad Albar
berusaha berkomunikasi dengan penonton. “Apa kabar Bekasi.....” ujarnya,
setengah berteriak. Tampak sang maestro agak surprise juga.... tidak menyangka, antusias luar biasa yang ditunjukkan
rakyat rock Bekasi. Yeahh... Bekasi Rock
City he, he, he...
Setelah itu digeberlah lagu “Bla, Bla, Bla”. Lagu ini diambil dari
album God Bless, Semut Hitam, yang dirilis tahun 1988. Berhubung ini salah satu
album favorit saya, maka saya pun langsung larut, ikut bernyanyi bersama sang
superstar. Bukannya sombong, di album ini, hampir semua lagunya saya hapal.....ha, ha, ha....
Di konser ini, Ahmad Albar juga
melantunkan lagu “Anak Adam” yang
diambil dari album God Bless, Cermin (1980), album yang disebut-sebut sebagai masterpiece God Bless, dan masih kental
nuansa progressive rock-nya. Lagu “Anak
Adam” ini aslinya berdurasi lebih dari 12 menit!
Di lagu ini, terlihat betul
kematangan skill personel Laskar,
yang memang merupakan musisi-musisi jempolan dengan jam terbang tinggi. Terutama
Egy di kibor, yang memang amat dominan di lagu ini.
Aksi panggung Egy yang juga
mengisi kibor di album Donny Fattah Project, juga sangat atraktif. Dia tidak
hanya berdiri terpaku di depan kibor, melainkan juga beberapa kali maju ke tengah
panggung dengan shoulder keyboard-nya,
kibor gendong kata orang.
Lautan manusia mengempung panggung |
Tak kalah dengan Egy, Utox, sang gitaris, juga selalu mampu menghidupkan
nyawa rock dengan sound gitar dan aksi panggungnya yang keren. Sayatan gitarnya
memang sadis. Selain bersama Laskar, Utox juga tercatat merupakan personel d’Plant yang juga digawangi Oppie Danzo (vokal), Ossa Sungkar (drum), Atenk (bass), dan Gatot Kies (kibor).
Sementara di sektor ritem, dengan dentuman bass dan gebukan drumnya, Harris dan Samboza begitu memberikan power pada musik yang dimainkan Laskar. Luar biasa stamina dua orang ini, terlihat betul mereka amat menikmati show.
Sementara di sektor ritem, dengan dentuman bass dan gebukan drumnya, Harris dan Samboza begitu memberikan power pada musik yang dimainkan Laskar. Luar biasa stamina dua orang ini, terlihat betul mereka amat menikmati show.
Usai menggebar lagu-lagu nge-beat di awal, Ahmad Albar menurunkan
suasana dengan mendendangkan lagu “Rumah
Kita” yang juga diambil dari album Semut Hitam. Alhasil, teriakan-teriakan
histeris penonton berubah menjadi paduan suara, karena nyaris mereka semua ikut
bernyanyi.
O,iya penonton yang hadir datang
dari berbagai kalangan dan usia. Mulai rejama, pasca-remaja, dewasa, hingga
usia matang....ha,ha,ha...luar biasa... Mereka semua ikut bernyanyi,
melompat-melompat, bahkan ada seorang pria setengah baya nekad naik ke atas
panggung, berusaha memeluk Ahmad Albar, sebelum akhirnya diamankan petugas.
Di sebelah saya berdiri seorang
bapak yang usianya kira-kira sepantaran ayah saya. Rambutnya putih. Beliau
sangat fokus menonton. Sesekali dia berteriak..”Semut Hitam...Trauma..”
menyebut hits-hits God Bless di akhir 1980-an. “Ikut nyanyi pak!” ujar saya. “Iya
dalam hati...” dia menjawab, sambil bertepuk tangan mengikuti irama lagu.
Apa kabar Bekasiii... |
Bikin Merinding
Namun yang membuat saya
merinding, juga istri saya—menurut pengakuannya hehehe—adalah saat Utox
meletakkan gitar listrik hijaunya dan berganti gitar kopong. Sebab, setelah itu
meluncurlah lagu “Syair Kehidupan” dari kerongkongan Om Iyek. Widih ini lagu
bikin meleleh....ha, ha, ha...
Bukan apa-apa, lagu ciptaan Ian
Antono di album solo Ahmad Albar tahun 1980 ini, adalah sahabat setia semasa
duduk di bangku SMP. Utamanya, saat gitaran dengan teman-teman sebaya, nongkrong, menghabiskan malam, ’”nyekek botol” ha..ha..haha.
Apalagi, setelah itu, masih hanya
dengan iringan gitar akustik Utox dan kibor Egy, Om Iyek langsung menyambungnya
dengan lagu “Panggung Sandiwara”. Ini lagu karangan penyair terkenal Taufik Ismail, yang dirilis Ahmad Albar
bersama Duo Kribo (duet dengan Alm Ucok
Harahap) di sekitar tahun 1977.
Berbagai kenangan pun berkelebat
di benak, sambil mulutku terus bernyanyi. Kenangan indah masa remaja, termasuk bersama
almarhum ibuku kembali terbayang begitu
jelas. Tak terasa basahlah pipi ini... Ahhh... aku pernah bercerita tentang
ibuku yang amat menyukai lagu “Syair Kehidupan” dan “Panggung Sandiwara” di sini.
Untung, Ahmad Albar tak
berlama-lama membuatku meleleh. “Mari
kita berjingrak-jingkrak lagi,” katanya. Malam itu, Ahmad Albar memang sangat
komukatif kepada penonton. Beberapa kali dia bahkan melempar joke-joke
segar. Legend gitu lho..sang raja panggung.
Lagu-lagu kencang pun kembali
digeber...mulai “Menjilat Matahari”,
“Ogut Suping”, “Kehidupan” (God Bless), “Bara Timur” (Gong 2000), hingga “Bis
Kota” yang merupakan salah satu hits dari album solo Ahmad Albar.
Harus diakui, meski usianya telah
mendekati 70 tahun, stamina Ahmad Albar masih amat prima. Seingat saya, nyaris
tidak nada yang “out of tone” apalagi
fals keluar dari kerongkongan om Iyek. Power vokalnya juga masih sangat
dahsyat, meski tak lagi sering bermain pada nada-nada tinggi.
Secara keseluruhan,
penampilan Ahmad Albar malam itu pantaslah diacungi dua jempol, bahkan mungkin tiga. Apalagi,
penampilan Ahmad Albar bersama Laskar juga didukung dengan sound system yang
begitu keren yang membuat konser ini jadi begitu sempurna: Cadas, joyfull, bring back my memories.....
Hebatnya, Ahmad Albar sama sekali
tidak melihat set list urutan
lagu-lagu yang dibawakan, luar biasa ingatan Om yang satu ini. Praktis, sejak
konser dimulai, hingga berakhir sekitar pukul 20.45 WIB, menyanyikan sekitar 12 lagu, vokalnya tetap
konstan..wuihhh......
Show ini sendiri
ditutup dengan lagu “Semut Hitam”,
yang memang sudah ditunggu penonton. Dan, lagi, nyaris seluruh pengunjung yang
hadir ikut bernyanyi untuk membuat malam itu semakin indah.
LASKAR BAND |
Namun konser belum berakhir
sebenarnya. Sebab, usai Ahmad Albar turun panggung, Laskar Band masih memberi
kami bonus. Dua lagu pun mereka geber: “Rising
Force” (Yngwie Malmsteen) dan “Final
Countdown” (Europe) dengan lead vokal Bambang yang dahsyat, untuk
benar-benar menyudahi malam rock n roll itu. Penonton pun puas.....
Usai konser, di lokasi aku masih
sempat berkumpul, bersilaturahim dengan rekan-rekan dari Bekasi Rock Society dan
GBCI. Dari GBCI, Om Asriat datang bersama pasukan militannya: Japra Case, Adiell Rock On, Nugroho Smen
New Grow, Wowo Addaffa, Fatoni Wimbardi, Tamie Mellini, dan beberapa kawan
lainnya. Alhamdulillah, darah rock n
roll membuatku tak pernah sendiri....
Salam untuk Bekasi Rock Society dan
God Bless Community Indonesia
@edukrisnadefa
Foto: Edu Krisnadefa
My Lovely Wife |
With Asriat Ginting, Presiden GBCI |
With GBCI dan Bekasi Rock Society..Cadasss |
"Semua angkat tangaaan...!" kata Om Iyek |
Full House |
Ngemall..sebelum apa sesudah konser yak?? |
Asyik nih liat konser bareng istri, berasa kayak masih pacaran pasti yaa. Ahmad Albar masih semangat ya walopun dah berumur. Cadaaa bung.
ReplyDeletehahahahaha iya mbak Prima...iya betul Ahmad Albar masih keren betul mbak hehehehe..terima kasih sudah membaca mbak Prima :)
ReplyDelete