TERBAIK - Vixen formasi terbaik, dari kiri ke kanan: Roxy Petrucci (drum), Jan Kuehnemund (gitar), Janet Gardner (gitar/vokal), dan Share Pedersen (bass). (foto: bastetglasba.blogspot) |
VIXEN….ah terbayang lagi goyang genit Janet Gardner, sang vokalis, raungan
gitar si cantik Jan Kuehnemund, serta gebukan drum lembut namun bertenaga milik
Roxy Petrucci. Ya, Vixen, grup heavy metal cewek asal Los Angeles, Amerika
Serikat (AS) ini memang sempat menjulang namanya di akhir tahun 1980-an.
Saya ingat betul, saat masih duduk di bangku SMP, pertama kali
menyaksikan aksi mereka lewat sebuah program musik di sebuah stasiun televisi
swasta, di akhir tahun 1980-an, bernama Rocket dengan host Jeffrey Woworuntu.
“Edge of a Broken Heart” itulah lagu pertama yang saya dengar dari grup yang juga dimotori Share
Pedersen, sebagai pemain bass ini. Lagunya asyik, gaya mereka pun menarik,
lantaran grup ini terdiri dari cewek-cewek berparas cantik.
Namun, tentu saja ini bukan soal tampang, apalagi goyangan. Sebab,
selain “Edge of a Broken
Heart”, Vixen juga
memiliki hits-hits yang membuat nama mereka pantas
disejajarkan dengan grup rock cewek yang terlebih dahulu terkenal, seperti
Hearts, Bangles, ataupun Warlock yang berasal dari Jerman.
Lagu “Edge of a Broken
Heart” memang
merupakan pintu gerbang mereka merambah pentas rock dunia. Lagu yang terdapat
di album debut mereka, Vixen di tahun 1989 ini, merupakan karya dari Richard
Marx. Namun, tentu tak hanya “Edge of a Broken
Heart”. Di album ini,
Vixen juga menghasilkan tembang-tembang berbobot lainya, seperi “Crying” dan “I Want You to Rock Me”.
Imbasnya, ketika itu, grup yang didirikan tahun 1980 dan sempat
bergonta-ganti personel sebelum album debut mereka ini mendapat kesempatan
tampil sepanggung dengan pentolan-pentolan heavy metal, seperti Ozzy Osbourne,
Bon Jovi, bahkan Scorpions. Singkat kata, Vixen sudah langsung mendapat nama
lewat debut album mereka.
Sebuah prestasi yang tak mudah, mengingat ketika itu, pada periode akhir
1980-an hingga awal 1990-an, aliran heavy metal, hair metal, glam metal,
ataupun apa pun namanya, tengah mendapat tempat istimewa di hati pecinta rock.
Sehingga, begitu banyak grup-grup bermunculan pada era tersebut.
DUO IKON - Janet Gardner (kiri) dan Jan Kuehnemund jadi dua ikon Vixen. (foto: bforoencastellano.runboard) |
Memang betul, kualitas suara Janet tak sehebat Joan Jett atau
Ann Wilson (Hearts). Permainan gitar Jan ataupun gebukan Roxy mungkin tak ada
apa-apanya dibanding CC DeVille (Poison) atau Tommy Lee (Motley Crue). Namun, secara kualitas musik, album pertama
Vixen ini tetap layak mendapat tempat khusus.
Alur lagu mereka, harmonisasi vokal, serta isian-isian setiap instrument
membuat musik mereka begitu asyik didengar. Sementara napas rock jelas sekali
keluar dari raungan gitar Jan, yang sekilas mirip Lita Ford, mungkin karena sama-sama blonde.
Tak heran, album kedua mereka,Rev It Up (1990)
cukup mendapat tempat di kalangan metal head. Dari album ini, dua lagu “How Much Love”dan “Love is a Killer” sempat jadi hitsdan kerap diputar di MTV.
Hanya sayang, setahun setelah dirilisnya album ini, Vixen
menyatakan bubar. Konon, perbedaan dalam visi bermusik menjadi penyebab utama.
Masing-masing personel tak mau mengekang ego, sehingga sulit menyatukan
perbedaan di antara mereka.
Mungkin ini juga imbas dari semakin tingginya popularitas mereka.
Maklum, ketika itu, jam terbang Vixen juga sudah semakin tinggi.
“Teman-teman” mereka di setiap konser pun sudah merupakan band-band besar.
Sebut saja KISS ataupun Deep Purple.
Pada tahun 1997, Roxy kembali menghidupkan Vixen bersama Janet. Namun,
tak ada nama Jan dan Share, yang digantikan oleh Gina Stile dan Rana Ross.
Setahun kemudian mereka merilis album bertitel Tangerine.
Formasi ini juga tak bertahan lama, karena memang “pasar” heavy metal
sudah sepi lantran tergerus tren alternatif rock yang dibawa musisi-musisi asal
Seattle. Vixen baru kembali bangkit pada tahun 2001, saat Jan kembali mengajak
Roxy dan Janet, plus pemain bass baru, Pat Holloway. Sementara Share telah
bergabung dengan band suaminya, Bam, The Dogs D’Armour.
Sayang, dalam sebuah tur keliling AS deengan tajuk Voices of Metal, pada
sekitar tahun 2004, perpecahan kembali terjadi. Janet, Roxy, dan Pat memilih
hengkang, sementara Jan melanjutkan Vixen dengan menggamit Jenna Piccolo
(vokal), Lynn Louise (bass) dan Kat Kraft (drum). Formasi inilah yang berlanjut
hingga sekarang, setelah merilis album terakhir, Live and Learn pada
tahun 2006.
sumber: wikipedia, you tube, vixenrock,
bastetglasba.blogspot.com
Diskografi
1989 Vixen
1990 Rev It Up
1998 Tangerine
2006 Live and Learn
1990 Rev It Up
1998 Tangerine
2006 Live and Learn
No comments:
Post a Comment