MENANGIS - Mario Balotelli tertangkap kamera menangis di bangku cadangan usai digantikan Giampaolo Pazzi di laga lawan Napoli. (foto: imgkid) |
BUKAN hal jamak jika Mario
Balotelli menangis. Penyerang AC Milan itu dikenal sebagai sosok yang “jantan”,
kontroversial, terkesan bad boy, bahkan
susah diatur. Bukan sekali dua dia diberitakan bermasalah dengan pelatih,
apalagi wasit di lapangan.
Seingat
saya, terakhir dia menangis saat pengalungan medali perak di laga puncak Piala
Eropa 2012 di Kiev. Ketika itu, Balotelli
kecewa berat lantaran gagal membawa Italia jadi kampiun Eropa. Di final, “Gli Azzurri” dihantam Spanyol 0-4.
Tapi, Sabtu
(8/2) malam waktu Italia, di Stadion San Paolo, Napoli, sekali lagi Balotelli
tak mampu menahan sisi melankolisnya. Air mata pemain berusia 23
tahun ini begitu saja bercucuran membasahi pipinya saat duduk di bangku cadangan
Milan, usai digantikan Giampaolo Pazzini di menit ke-73. Milan pun akhirnya
ditundukkan tuan rumah 1-3.
Spekulasi
beredar, Balotelli menangis karena tifosi
Napoli terus mengejeknya dengan hinaan rasial. Benarkah? Pelatih Milan,
Clarence Seedorf, tak sependapat. Menurut Seedorf, seorang pemain menangis
adalah hal lumrah, sebagai pengungkapkan rasa emosionalnya. Bahkan, mantan bintang
Milan ini menyebut air mata Balotelli adalah
sesuatu yang indah.
“Itulah tangisan seorang atlet yang merasa kecewa
karena gagal memberikan yang terbaik. Bagaimanapun Balotelli adalah manusia
biasa,” ujar Seedorf. “Saya juga pernah mengalaminya. Bahkan, nyaris semua
pemain pernah mengalaminya.”
Betul kata
Seedorf. Air mata Balotelli memang bukan hal istimewa, karena banyak
juga pemain besar pernah melakukan. Airmata itu juga bukan “air mata buaya” alias kepura-puraan.
Namun, yang
mungkin tetap istimewa adalah penyebabnya. Betul, Balotelli menangis setelah
digantikan Pazzini. Tapi, bukan itu sebenarnya esensinya. Balotelli bukan
menangis karena digantikan Pazzini, secara harfiah.
Apalagi, proses
pergantiannya tidak didahului dengan kemarahan. Balotelli menerima begitu saja
saat Seedorf memintanya ke luar lapangan. Bukti, bahwa dia merasa pantas
digantikan pemain lain, bukan saja oleh Pazzini.
Mungkin
inilah esensinya. Balotelli merasa gagal memberikan terbaik di laga ini. Dia
merasa telah mengecewakan tak hanya tifosi
Milan dan Seedorf. Tapi, dia juga telah mengecewakan dirinya sendiri. Sebab, di
laga ini, pasti Balotelli berharap bisa memberikan kontribusi untuk Milan.
RAFAELA PICO dan PIA (foto:blogtivvu) |
Karena Pia
Di luar itu,
dalam sepekan belakangan, Balotelli memang tengah mengalami situasi yang sangat
menguras emosi. Apalagi kalo bukan kepastian dirinya merupakan ayah Pia dari
mantan kekasihnya Rafaela Pico, setelah melewati tes DNA. Kebetulan Pia dan
sang ibu menetap di Napoli.
Dalam
wawancara televisi, Balotelli mengakui, menjadi seorang ayah merupakan hal yang
luar biasa. Bahkan, dia menyebut, sekarang, menulis kata “ayah” di kertas,
membuat emosinya meledak.
Bisa jadi,
awalnya, dia ingin membawa Milan sebagai hadiah untuk untuk si kecil Piala,
yang bukan tak mungkin berada di tribune San Paolo. Namun, karena gagal,
meneteslah airmata di pipi Balotelli. Tentu, sekali lagi, ini bukan “air mata buaya”.*